Krisis Suriah dan sengketa Laut Cina Selatan diperkirakan akan mendominasi pertemuan para menteri pertahanan ASEAN di Brunei, Kamis (29/8).
Bendera negara-negara ASEAN berkibar di ibukota Brunei, Bandar Seri Begawan, saat KTT bulan April (Credit: Reuters)
Para menteri pertahanan dari ASEAN dan delapan negara besar lainnya diduga akan membahas sengketa wilayah laut dan kemungkinan diambilnya tindakan militer terhadap Suriah dalam pertemuan di Brunei hari ini.
Menteri Pertahanan Amerika Chuck Hagel memutuskan tetap menghadiri pembicaraan di Brunei walaupun konfrontasi makin memuncak dengan Suriah. Sementara ada tanda-tanda Amerika, Inggris dan Perancis sedang bersiap-siap melancarkan serangan hukuman terhadap rezim Damaskus.
Konferensi ini dihadiri para panglima angkatan bersenjata negara ASEAN dan delapan negara lainnya, yakni Jepang, Cina, Korea Selatan, Amerika Serikat, Russia, India, Australia dan Selandia Baru.
Menteri Pertahanan Australia Stephen Smith, yang menghadiri pertemuan itu, mengatakan kepada ABC bahwa Australia dan seluruh masyarakat internasional tidak bisa mengabaikan serangan senjata kimia minggu lalu di Suriah.
"Sekarang sudah banyak bukti bahwa telah digunakan senjata kimia, sudah banyak bukti yang menunjuk pada rezim penguasa," katanya.
Diakuinya bahwa masih diperlukan lagi bukti tambahan, tapi "Australia, Amerika dan anggota masyarakat internasional telah menandaskan bahwa kalau telah digunakan senjata kimia dan penggunaannya direstui rezim Suriah, masyarakat internasional tidak bisa tutup mata."
Sementara negara-negara Barat bersiap-siap untuk kemungkinan melakukan aksi militer terhadap rezim Presiden Bashar al-Assad, Menlu Smith mengatakan, "dalam dunia yang ideal respons seperti itu seyogyanya atas pemberian wewenang dari PBB. Tapi dunia tidak ideal. Namun respons apapun yang diambil haruslah mendapat dukungan luas dari masyarakat internasional," katanya. "Oleh karena itulah Presiden Obama dan pemimpin-pemimpin lainnya di seluruh dunia membahas apa sebaiknya respons yang diambil."
Bendera negara-negara ASEAN berkibar di ibukota Brunei, Bandar Seri Begawan, saat KTT bulan April (Credit: Reuters)
Para menteri pertahanan dari ASEAN dan delapan negara besar lainnya diduga akan membahas sengketa wilayah laut dan kemungkinan diambilnya tindakan militer terhadap Suriah dalam pertemuan di Brunei hari ini.
Menteri Pertahanan Amerika Chuck Hagel memutuskan tetap menghadiri pembicaraan di Brunei walaupun konfrontasi makin memuncak dengan Suriah. Sementara ada tanda-tanda Amerika, Inggris dan Perancis sedang bersiap-siap melancarkan serangan hukuman terhadap rezim Damaskus.
Konferensi ini dihadiri para panglima angkatan bersenjata negara ASEAN dan delapan negara lainnya, yakni Jepang, Cina, Korea Selatan, Amerika Serikat, Russia, India, Australia dan Selandia Baru.
Menteri Pertahanan Australia Stephen Smith, yang menghadiri pertemuan itu, mengatakan kepada ABC bahwa Australia dan seluruh masyarakat internasional tidak bisa mengabaikan serangan senjata kimia minggu lalu di Suriah.
"Sekarang sudah banyak bukti bahwa telah digunakan senjata kimia, sudah banyak bukti yang menunjuk pada rezim penguasa," katanya.
Diakuinya bahwa masih diperlukan lagi bukti tambahan, tapi "Australia, Amerika dan anggota masyarakat internasional telah menandaskan bahwa kalau telah digunakan senjata kimia dan penggunaannya direstui rezim Suriah, masyarakat internasional tidak bisa tutup mata."
Sementara negara-negara Barat bersiap-siap untuk kemungkinan melakukan aksi militer terhadap rezim Presiden Bashar al-Assad, Menlu Smith mengatakan, "dalam dunia yang ideal respons seperti itu seyogyanya atas pemberian wewenang dari PBB. Tapi dunia tidak ideal. Namun respons apapun yang diambil haruslah mendapat dukungan luas dari masyarakat internasional," katanya. "Oleh karena itulah Presiden Obama dan pemimpin-pemimpin lainnya di seluruh dunia membahas apa sebaiknya respons yang diambil."
Sengketa Laut China Selatan
Pertemuan Menteri Pertahanan ASEAN Defence Plus (ADMM+) selama dua hari itu juga akan memusatkan pembicaraan pada sengketa antara China dengan negara-negara ASEAN tetangganya di Laut China Selatan.
Beberapa negara ASEAN terlibat sengketa dengan sesama negara ASEAN dan China. Banyak di antaranya menuduh Beijing pelan-pelan mengambil alih pulau-pulau kecil di wilayah itu.
Kata Menhan Australia Stephen Smith, sementara belum dicapai solusi antara China dan negara-negara ASEAN, pertemuan ini akan terus mendorong dihasilkannya suatu "code of conduct".
Negara-negara ASEAN sudah lama mendesak agar diberlakukan suatu "code of conduct" untuk mencegah bentrokan sengit di Laut China Selatan yang strategis. Amerika Serikat mendukung gagasan itu. China tampak kurang berminat, tapi tahun ini berjanji untuk ikut serta dalam pembicaraan di masa mendatang dengan ASEAN untuk membahas gagasan ini.
Beberapa menteri ASEAN juga mengusulkan langkah-langkah praktis untuk menghindari konflik gara-gara klaim yang tumpang tindih atas wilayah Laut China Selatan. Usulan itu antara lain mengadakan hotline antara negara-negara ASEAN dan China, latihan untuk menghindari tabrakan di laut dan kesepakatan untuk tidak "duluan menggunakan kekerasan".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.