Mantan KSAD yang ikut konvensi itu tampil di Universitas Paramadina.
Mantan Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) Pramono Edhie Wibowo menjadi salah satu peserta Konvensi Calon Presiden Partai Demokrat yang paling gencar berkampanye. Hari ini, Kamis 26 September 2013, dalam diskusi di Universitas Paramadina Jakarta, Pramono menyinggung keberhasilannya saat memimpin TNI AD.
Sebagai KSAD, ketika itu dia memutuskan untuk membeli tank Leopard dari Jerman. Menurutnya, sangat penting bagi Indonesia untuk memperkuat alat utama sistem persenjataan (alutsista). Namun, ujar Pramono, upayanya untuk memodernisasi alutsista TNI ditentang sekelompok orang.
“Rencana awal beli 44 tank, kemudian yang datang 150 tank dengan harga yang lebih murah namun dengan perlengkapan lebih lengkap. Tapi saya disalahkan oleh sekelompok orang. Mereka dulu idealis tapi sekarang minta bagian uang,” kata Pramono tanpa menyebut jelas siapa sekelompok orang yang ia maksud itu.
Modernisasi pertahanan, ujar ipar Susilo Bambang Yudhoyono itu, penting karena alutsista Indonesia sudah tertinggal dari negara lain. “Kita kelasnya Bajaj, yang lain Pajero. Bagaimana bisa menjaga kedaulatan kalau kita tidak kuat? Alhamdulillah, tahun 2014 nanti modernisasi alutsista sudah 70 persen dari rencana,” ujar Pramono.
Modernisasi alutsista itu dipandang Pramono sebagai salah satu bentuk nasionalisme yang ia praktikkan ketika menjabat sebagai KSAD. Ia lantas mengritik mantan aktivis mahasiswa dan organisasi kepemudaan yang kehilangan idealismenya setelah menjadi pejabat publik. “Tetaplah idealis. Jangan setelah menjabat lupa idealismenya, dan jangan setelah duduk lupa berdiri,” kata dia.
Pramono juga mengeluhkan ketika ia pernah bertemu dengan sekelompok pemuda yang menggadaikan idealisme demi segelintir keuntungan. “Semua dihitung dengan uang. Berat kalau sudah begitu. Padahal kalau kita tulus dalam berusaha, Tuhan akan memberi jalan keluar,” ujarnya.(kd)
Leopard 2A4 TNI AD |
Sebagai KSAD, ketika itu dia memutuskan untuk membeli tank Leopard dari Jerman. Menurutnya, sangat penting bagi Indonesia untuk memperkuat alat utama sistem persenjataan (alutsista). Namun, ujar Pramono, upayanya untuk memodernisasi alutsista TNI ditentang sekelompok orang.
“Rencana awal beli 44 tank, kemudian yang datang 150 tank dengan harga yang lebih murah namun dengan perlengkapan lebih lengkap. Tapi saya disalahkan oleh sekelompok orang. Mereka dulu idealis tapi sekarang minta bagian uang,” kata Pramono tanpa menyebut jelas siapa sekelompok orang yang ia maksud itu.
Modernisasi pertahanan, ujar ipar Susilo Bambang Yudhoyono itu, penting karena alutsista Indonesia sudah tertinggal dari negara lain. “Kita kelasnya Bajaj, yang lain Pajero. Bagaimana bisa menjaga kedaulatan kalau kita tidak kuat? Alhamdulillah, tahun 2014 nanti modernisasi alutsista sudah 70 persen dari rencana,” ujar Pramono.
Modernisasi alutsista itu dipandang Pramono sebagai salah satu bentuk nasionalisme yang ia praktikkan ketika menjabat sebagai KSAD. Ia lantas mengritik mantan aktivis mahasiswa dan organisasi kepemudaan yang kehilangan idealismenya setelah menjadi pejabat publik. “Tetaplah idealis. Jangan setelah menjabat lupa idealismenya, dan jangan setelah duduk lupa berdiri,” kata dia.
Pramono juga mengeluhkan ketika ia pernah bertemu dengan sekelompok pemuda yang menggadaikan idealisme demi segelintir keuntungan. “Semua dihitung dengan uang. Berat kalau sudah begitu. Padahal kalau kita tulus dalam berusaha, Tuhan akan memberi jalan keluar,” ujarnya.(kd)
● Vivanews
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.