Abu Arifin |
Riuh suara transaksi jual beli di pasar, menjadi latar bagi siapa pun yang ingin menjangkau rumah Abu Arifin. Kakek 25 cucu ini, dikenal di lingkungannya sebagai abunya, pensiunan CPM (Corps Polisi Militer). "Oh kalau abunya yang pensiunan CPM, rumahnya di dalam pasar," ujar seorang penduduk yang mengenal sosok Abu Arifin sebagai pensiunan CPM ketimbang veteran, Sabtu (5/9).
Abu Arifin hari itu mengenakan Pakaian Dinas Harian (PDH) layaknya seorang tentara yang masih aktif. Diatas pundaknya, terpampang tanda kepangkatan satu bunga melati yang merupakan pangkat terakhirnya saat memutuskan berhenti dari tentara di tahun 1964. "Saya berhenti di tahun 1964, setelah pemberontakan DI/TII berakhir. Setelah itu, saya berwiraswasta," jelas pensiunan Mayor CPM ini.
Mengenai sosok Abu Arifin, banyak orang mengenalnya adalah ajudan II Panglima Besar Jenderal Soedirman selama revolusi fisik berlangsung pascakemerdekaan hingga mangkatnya jenderal kebanggaan bangsa Indonesia itu. Diakui Abu, kharisma Jenderal Soedirman sangat luar biasa dalam memimpin pasukan. "Bahkan, pernah suatu waktu ada tawaran dari Pak Dirman kepada anak buahnya yang ingin kembali ke rumah, tetapi saat itu tidak ada yang mengambil tawaran tersebut," jelas Abu.
Baginya, sosok Jenderal Soedirman yang dikenal menjadi Bapak TNI adalah orang yang sangat idealis. Seringkali, saat ia mengajar di beberapa sekolah teologi selalu menceritakan sosok Jenderal Soedirman.
"Saya selalu bilang kepada siswa saya yang berasal dari luar negeri, seperti Inggris, Belanda, Kanada dan negara Eropa lainnya. 'Anda boleh memiliki panglima yang bagus, memiliki senjata lengkap, tetapi tidak ada satu pun dari mereka yang seperti Jenderal Soedirman. Karena beliau adalah Jenderal yang konsisten terhadap perjuangannya dan selalu bersama rakyat,'" ceritanya.
Nilai luhur tentang kesederhanaan itulah yang kemudian diadopsi Abu Arifin. Hingga beberapa hari lalu, ia belum memiliki rumah tetap untuk tempat tinggalnya. Sampai akhirnya, ia mendapat hadiah berupa rumah dari TNI melalui Kepala Komando Resor Militer (Korem) 071/ Wijayakusuma, Kamis (4/10). Meski mendapat rumah, ia masih menunjukkan komitmennya untuk terus berjuang menjaga persatuan dan kesatuan Indonesia.
"Kami berkomitmen bahwa kami adalah pejuang sepanjang zaman, bukan saat perjuangan fisik saja. Selama napas kami masih berembus, kami akan terus berjuang dan mengikat persatuan," tegasnya.[bal]
● Merdeka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.