Penilaian itu diungkapkan oleh Klik Dr. Wong Chin-Huat, Kepala Bagian Analisis Sosial dan Politik di Institut Penang, lembaga pemikir milik negara bagian Penang, Malaysia.
"Pemerintah seolah-olah ada prioritas yang lebih tinggi daripada menyelamatkan penumpang dan juga awak kapal yakni untuk menutupi kesilapan," kata Dr. Wong melalui wawancara telepon Kamis (20/03).
"Memang kasus MH370 ini sesuatu yang agak luar biasa dan boleh dimaafkan kalau berlaku sedikit kalang kabut pada peringkat awal."
Akan tetapi kalang kabut itu berlangsung terus menerus, lanjutnya, dan baru berkurang lebih dari seminggu setelah hilangnya pesawat Malaysia Airlines pada Sabtu (08/03) ketika masyarakat internasional melancarkan kecaman pedas atas cara-cara Malaysia menangani kasus ini.
'Menekan kritikan'
Hal tersebut terjadi antara lain karena selama ini pemerintah Malaysia menangani krisis yang melibatkan warga setempat, bukan masyarakat internasional.
"Sering pemerintah mengambil suatu sikap yang menekan kritikan, menekan persoalan. Sampailah pemerintah biasa bahwa segala bencana itu boleh diuruskan dengan cara yang meminimalkan kecaman kepada image pemerintah," jelas Dr. Wong.
Hal yang turut melindungi pemerintah dari kecaman adalah sebagian media massa, surat kabar, radio dan televisi yang mempunyai jangkauan luas, dikendalikan oleh koalisi yang memerintah, Barisan Nasional.
Penilaian berbeda disampaikan oleh Profesor Jayum Anak Jawan, Wakil Ketua Kluster Politik, Keselamatan dan Hal Ehwal Antarbangsa, Majelis Profesor Negara Malaysia.
Menurutnya, pemerintah Malaysia telah berusaha maksimal menangani krisis hilangnya pesawat Malaysia Airlines.
"Malaysia mencoba segala upaya untuk mengurus perkara ini tetapi ini perkara baru. Kita tidak ada pengalaman," jelas profesor di Universitas Putra Malaysia itu.
"Cuma yang diketengahkan oleh sebagian pihak di Malaysia dan juga di luar negara adalah kesigapan Malaysia mengurusnya. Jadi proses managing the crisis yang mereka suarakan."
Kemarin sejumlah keluarga penumpang warga Cina menyerbu ruang konferensi pers di sebuah hotel dekat dengan Bandara KLIA Kuala Lumpur untuk menyuarakan kemarahan mereka tetapi mereka kemudian digiring ke ruang lain dan tidak diberi kesempatan berbicara dengan media.
Kedua analis sependapat bahwa pihak oposisi di dalam negeri berusaha menahan diri untuk tidak terlalu mengecam tindakan pemerintah dalam menangani krisis karena secara umum masyarakat terperanjat dengan hilangnya pesawat maskapai penerbangan nasional itu.
Namun kepentingan kepartaian tampaknya tetap kental di tengah krisis sekalipun. Hal ini terbukti ketika menteri perhubungan menyampaikan briefing kepada anggota parlemen dan yang diundang hanya anggota-anggota parlemen dari koalisi Barisan Nasional.
■ BBC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.