Setelah lebih dari 30 tahun, angkatan udara Singapur akhirnya membeberkan Squadron 200. Didirikan ditahun 80an, Squadron 200 adalah unit Komando dan Kontrol (C2) yang didedikasikan untuk pertahanan udara negara Singapura. Pengumuman kemarin ini juga menjadi pernyataan resmi berdirinya Squadron 202.
Squadron 200 berada didalam Grup Pengawasan dan Kontrol Udara (ASCG) bersama dengan unit lainnya, Squadron 202 dan 203. ASCG adalah satu dari 3 bagian dari Komando Operasi dan Pertahanan Udara (ADOC). Anda mungkin mempertanyakan, kemana Squadron 201, yang faktanya adalah bagian dari Komando Partisipasi yang mendukung operasi-operasi darat / udara dibawah Grup Dukungan Udara Taktis.
Ini adalah jantung dari operasi pertahanan udara RSAF. Squadron 200 Operasi Udara dan Sistim Terkini (AOSX) dan Perwira-perwira Peperangan Udara (AWO) bertanggung jawab menjaga selama 24/7 pada sistim radar-radar tersebut, (seperti FPS 117, Giraffe AMB) dan terpadu dengan Squadron 111 dengan pesawat Peringatan Dini G550 (AEW), yang menciptakan gambaran pantauan udara sejauh 250 nautical mil untuk membantu para komandan-komandan RSAF dalam membuat keputusan.
Para AWO Squadron 200 memberikan pelayanan Pengawasan Pencegatan Darat (GCI) kepada para pesawat tempur RSAF. GCI memberikan para pilots kelebihan dalam membaca situasi peperangan dan pengawasan positif dari para komandan di darat. Ada pula Para Pengawas Pertahanan Udara Darat (GBAD) yang memberi perintah kepada unit-unit penembak Grup Pertahanan Udara (ADG).
Dengan bertambah rumitnya ancaman sekitar dan peperangan udara, maka pendirian Squadron 202 akan meringankan Squadron 200 dalam mengambil beberapa tugas pertahanan udara.
Squadron 200 bekerja sangat dekat dengan Squadron 203, Squadron pengatur lalu lintas udara RSAF ini menjaga lintas keamanan udara dalam misi-misi udara RSAF dan integritas udara. Keeratan mereka dimulai sejak berdirinya Squadron 200, dengan Squadron 203 berdiri sejak awal tahun 1971. Squadron 203, yang memenangkan Best Control Squadron untuk tahun 2013-2014, mempunyai hubungan dekat dengan Otoritas Udara Sipil Singapur (CAAS) dan bertanggung jawab pada peluncuran dan pendaratan semua asset-asset milik RSAF dari pangkalan-pangkalan udara dan tidak mengganggu lalu lintas udara sipil. Untuk lebih mudah, para AWO dari Squadron 200 menuntun pesawat tempur sedekat mungkin, sedangkan 203 melakukan hal sebaliknya.
Squadron 200 sudah beraksi beberapa kali, yang paling terlihat ketika ditahun 2008 dimana mereka mendeteksi, memantau, dan mencegat pesawat Cessna Caravan tanpa identitas terbang dari Koh Samui ke Singapur. Squadron 203 mengamankan udara dari CAAS sebelum F-16D+s, dibawah pengawasan Squadron 200 mencegat pesawat tersebut dan memaksa untuk mendarat di Lanud Internasional Changi. Squadron 200 dan 203 juga terlibat pada tahun 2003 dimana pesawat tempur diterbangkan ketika sebuah Beechcraft 33 hilang kontak dengan menara udara selagi terbang kearah Singapur. Kemudian didapati bahwa pesawat tersebut tidak dapat dihubungi karena kegagalan listrik didalamnya.
Dengan KASAU, yang juga Panglima ADOC, terus menyerukan “forging of tribes” pada semua unit-unit RSAF, terbukanya kedok Squadron 200 tidak hanya memberikan identitas asli para personil Squadron 200 kepada umum, tapi juga memberikan arti tersendiri dan komitmen atas kerahasiaan mereka. Juga mengangkat beban dari mereka. Seperti seorang personil dari Squadron 200 yang tidak mau disebut namanya mengatakan kepada Koran lokal bahwa, ”Saya sekarang tidak lagi menghindari pertanyaan-pertanyaan dari keluarga maupun teman-teman dimana saya bertugas. Saya sekarang dapat dengan bangga berkata saya bertugas di Squadron 200.”
Ketiga Squadron 200, 202, 203 akan membuat RSAF menjadi lebih efektif dalam mengoperasikan pertahanan udara darat, dan pesawat tempur untuk menghadapi skenario-skenario spektrum pertahanan udara, baik konvensional maupun non konvensional. Dan ini mengingatkan bahwa ada personil diluar sana bekerja tanpa henti secara senyap melakukan misi 24/7, semua untuk kepentingan yang tinggi yaitu keamanan diudara.[Mikhey]
Squadron 200 berada didalam Grup Pengawasan dan Kontrol Udara (ASCG) bersama dengan unit lainnya, Squadron 202 dan 203. ASCG adalah satu dari 3 bagian dari Komando Operasi dan Pertahanan Udara (ADOC). Anda mungkin mempertanyakan, kemana Squadron 201, yang faktanya adalah bagian dari Komando Partisipasi yang mendukung operasi-operasi darat / udara dibawah Grup Dukungan Udara Taktis.
Ini adalah jantung dari operasi pertahanan udara RSAF. Squadron 200 Operasi Udara dan Sistim Terkini (AOSX) dan Perwira-perwira Peperangan Udara (AWO) bertanggung jawab menjaga selama 24/7 pada sistim radar-radar tersebut, (seperti FPS 117, Giraffe AMB) dan terpadu dengan Squadron 111 dengan pesawat Peringatan Dini G550 (AEW), yang menciptakan gambaran pantauan udara sejauh 250 nautical mil untuk membantu para komandan-komandan RSAF dalam membuat keputusan.
Para AWO Squadron 200 memberikan pelayanan Pengawasan Pencegatan Darat (GCI) kepada para pesawat tempur RSAF. GCI memberikan para pilots kelebihan dalam membaca situasi peperangan dan pengawasan positif dari para komandan di darat. Ada pula Para Pengawas Pertahanan Udara Darat (GBAD) yang memberi perintah kepada unit-unit penembak Grup Pertahanan Udara (ADG).
Dengan bertambah rumitnya ancaman sekitar dan peperangan udara, maka pendirian Squadron 202 akan meringankan Squadron 200 dalam mengambil beberapa tugas pertahanan udara.
Squadron 200 bekerja sangat dekat dengan Squadron 203, Squadron pengatur lalu lintas udara RSAF ini menjaga lintas keamanan udara dalam misi-misi udara RSAF dan integritas udara. Keeratan mereka dimulai sejak berdirinya Squadron 200, dengan Squadron 203 berdiri sejak awal tahun 1971. Squadron 203, yang memenangkan Best Control Squadron untuk tahun 2013-2014, mempunyai hubungan dekat dengan Otoritas Udara Sipil Singapur (CAAS) dan bertanggung jawab pada peluncuran dan pendaratan semua asset-asset milik RSAF dari pangkalan-pangkalan udara dan tidak mengganggu lalu lintas udara sipil. Untuk lebih mudah, para AWO dari Squadron 200 menuntun pesawat tempur sedekat mungkin, sedangkan 203 melakukan hal sebaliknya.
Squadron 200 sudah beraksi beberapa kali, yang paling terlihat ketika ditahun 2008 dimana mereka mendeteksi, memantau, dan mencegat pesawat Cessna Caravan tanpa identitas terbang dari Koh Samui ke Singapur. Squadron 203 mengamankan udara dari CAAS sebelum F-16D+s, dibawah pengawasan Squadron 200 mencegat pesawat tersebut dan memaksa untuk mendarat di Lanud Internasional Changi. Squadron 200 dan 203 juga terlibat pada tahun 2003 dimana pesawat tempur diterbangkan ketika sebuah Beechcraft 33 hilang kontak dengan menara udara selagi terbang kearah Singapur. Kemudian didapati bahwa pesawat tersebut tidak dapat dihubungi karena kegagalan listrik didalamnya.
Dengan KASAU, yang juga Panglima ADOC, terus menyerukan “forging of tribes” pada semua unit-unit RSAF, terbukanya kedok Squadron 200 tidak hanya memberikan identitas asli para personil Squadron 200 kepada umum, tapi juga memberikan arti tersendiri dan komitmen atas kerahasiaan mereka. Juga mengangkat beban dari mereka. Seperti seorang personil dari Squadron 200 yang tidak mau disebut namanya mengatakan kepada Koran lokal bahwa, ”Saya sekarang tidak lagi menghindari pertanyaan-pertanyaan dari keluarga maupun teman-teman dimana saya bertugas. Saya sekarang dapat dengan bangga berkata saya bertugas di Squadron 200.”
Ketiga Squadron 200, 202, 203 akan membuat RSAF menjadi lebih efektif dalam mengoperasikan pertahanan udara darat, dan pesawat tempur untuk menghadapi skenario-skenario spektrum pertahanan udara, baik konvensional maupun non konvensional. Dan ini mengingatkan bahwa ada personil diluar sana bekerja tanpa henti secara senyap melakukan misi 24/7, semua untuk kepentingan yang tinggi yaitu keamanan diudara.[Mikhey]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.