Korea Utara datang dengan sebuah “tawaran konkrit“ yang bisa mengurangi ketegangan di kawasan, demikian pernyataan Menteri Luar Negeri Indonesia setelah bertemu mitranya dari Korea Utara. "Selama diskusi, saya menerima sesuatu yang sangat spesifik, usulan konkrit dari pihak (Korea Utara) bagi kami untuk mengkomunikasikannya kepada pihak lain,“ kata Menlu Marty Natalegawa kepada para wartawan.
Ia menolak menjelaskan namun menambahkan: “Saya pikir itu akan sangat berguna untuk ditindaklanjuti untuk mencoba menciptakan momentum baru untuk mengurangi kategangan di kawasan.“
Natalagawa tidak bersedia mengungkapkan apa yang ia maksud dengan “pihak lain“, namun ia kemudian merujuk kepada pembicaraan enam pihak yang sudah lama macet terkait perundingan senjata nuklir Korea Utara.
Proses itu melibatkan dua Korea, Cina, Amerika Serikat, Jepang dan Rusia. Perundingan yang mencoba menawarkan konsesi ekonomi dan keamanan bagi Korea Utara sebagai imbalan atas pelucutan senjata nuklir, terakhir kali digelar pada Desember 2008.
Pihak Utara mengumumkan pada April berikutnya bahwa mereka menarik diri dari perundingan dan melanjutkan program pengayaan nuklirnya.
Menlu Natalegawa meyakini bahwa proposal yang diajukan oleh Ri Su-Yong, yang mengambil peran sebagai Menlu Korea Utara pada April lalu, terkait dengan isu “yang selama ini telah menyibukkan kita“.
“Masalah proliferasi senjata nuklir, isu peluncuran rudal balistik, isu latihan militer,“ kata Marty.
“Usulan itu sangat bagus, sangat konstruktif.“
Natalegawa tidak mengatakan kapan usulan itu kemungkinan akan disampaikan kepada ”pihak lain”.
Indonesia coba jadi penengah
Hubungan antara Korea Utara dan Selatan menegang beberapa bulan terakhir, dengan Pyongyang mengungkapkan kemarahan atas latihan militer bersama yang dilakukan Seoul dengan Amerika Serikat.
Pyongyang bermain “elang dan merpati”, akhir-akhir ini, lewat aksi uji coba rudal sejak Juni lalu dan pada saat bersamaan, sesekali menyampaikan tawaran perdamaian.
Indonesia secara umum mempunyai hubungan erat dengan Korea Utara sejak 1960an, ketika kedua pendiri negara, Sukarno dari Indonesia dan Kim Il-Sung dari Korea Utara, membangun hubungan baik diantara kedua negara.
Jakarta sering memainkan peran penengah dalam sengketa internasional, dan mendasarkan kebijakan luar negerinya dengan prinsip puny “sejuta teman dan nol musuh“.ab/rn (afp,ap,rtr)
Ia menolak menjelaskan namun menambahkan: “Saya pikir itu akan sangat berguna untuk ditindaklanjuti untuk mencoba menciptakan momentum baru untuk mengurangi kategangan di kawasan.“
Natalagawa tidak bersedia mengungkapkan apa yang ia maksud dengan “pihak lain“, namun ia kemudian merujuk kepada pembicaraan enam pihak yang sudah lama macet terkait perundingan senjata nuklir Korea Utara.
Proses itu melibatkan dua Korea, Cina, Amerika Serikat, Jepang dan Rusia. Perundingan yang mencoba menawarkan konsesi ekonomi dan keamanan bagi Korea Utara sebagai imbalan atas pelucutan senjata nuklir, terakhir kali digelar pada Desember 2008.
Pihak Utara mengumumkan pada April berikutnya bahwa mereka menarik diri dari perundingan dan melanjutkan program pengayaan nuklirnya.
Menlu Natalegawa meyakini bahwa proposal yang diajukan oleh Ri Su-Yong, yang mengambil peran sebagai Menlu Korea Utara pada April lalu, terkait dengan isu “yang selama ini telah menyibukkan kita“.
“Masalah proliferasi senjata nuklir, isu peluncuran rudal balistik, isu latihan militer,“ kata Marty.
“Usulan itu sangat bagus, sangat konstruktif.“
Natalegawa tidak mengatakan kapan usulan itu kemungkinan akan disampaikan kepada ”pihak lain”.
Indonesia coba jadi penengah
Hubungan antara Korea Utara dan Selatan menegang beberapa bulan terakhir, dengan Pyongyang mengungkapkan kemarahan atas latihan militer bersama yang dilakukan Seoul dengan Amerika Serikat.
Pyongyang bermain “elang dan merpati”, akhir-akhir ini, lewat aksi uji coba rudal sejak Juni lalu dan pada saat bersamaan, sesekali menyampaikan tawaran perdamaian.
Indonesia secara umum mempunyai hubungan erat dengan Korea Utara sejak 1960an, ketika kedua pendiri negara, Sukarno dari Indonesia dan Kim Il-Sung dari Korea Utara, membangun hubungan baik diantara kedua negara.
Jakarta sering memainkan peran penengah dalam sengketa internasional, dan mendasarkan kebijakan luar negerinya dengan prinsip puny “sejuta teman dan nol musuh“.ab/rn (afp,ap,rtr)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.