Kicauan Kedubes AS untuk Lebanon berupa klarifikasi tentang ISIS.
Kedutaan Besar (Kedubes) Amerika Serikat (AS) di Beirut, Lebanon menolak klaim sejumlah kabar di media sosial setempat dan menyangkal bahwa Amerika Serikat (AS) adalah sang pembuat dan membenarkan berdirinya Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
Laporan media di Lebanon telah menyatakan, mantan menteri luar negeri AS, Hillary Clinton dalam memoarnya berjudul 'Hard Choice', ia, "telah mengakui dalam bukunya bahwa Amerika Serikat menciptakan Negara Islam dan berencana mengakui kehadirannya."
Kedubes AS segera bertindak dengan mengklarifikasi bahwa buku yang diterbitkan Hillary tidak memiliki referensi apapun tentang keterlibatan AS dalam penciptaan ISIS atau berencana untuk mengakuinya sebagai organisasi yang sah.
Laporan media mengatakan bahwa AS menghentikan rencana mereka tersebut setelah terjadi revolusi di Mesir dan kebijakannya mengutuk gerakan Ikhwanul Muslimin.
Dilansir Upi.com pada Kamis (7/8), Kedubes melalui akun Twitter dan Facebook telah membuat pernyataan bahwa tuduhan yang muncul itu adalah palsu.
"Setiap anjuran bahwa Amerika Serikat pernah mempertimbangkan mengakui Negara Islam Irak dan Levant (wilayah Suriah dan sekitarnya) atau memiliki peran dalam penciptaannya, sudah terbukti salah. ISIS tidak lain sebuah organisasi teroris. Dugaan yang beredar di Lebanon yang bertentangan adalah palsu."
Kedutaan Besar (Kedubes) Amerika Serikat (AS) di Beirut, Lebanon menolak klaim sejumlah kabar di media sosial setempat dan menyangkal bahwa Amerika Serikat (AS) adalah sang pembuat dan membenarkan berdirinya Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
Laporan media di Lebanon telah menyatakan, mantan menteri luar negeri AS, Hillary Clinton dalam memoarnya berjudul 'Hard Choice', ia, "telah mengakui dalam bukunya bahwa Amerika Serikat menciptakan Negara Islam dan berencana mengakui kehadirannya."
Kedubes AS segera bertindak dengan mengklarifikasi bahwa buku yang diterbitkan Hillary tidak memiliki referensi apapun tentang keterlibatan AS dalam penciptaan ISIS atau berencana untuk mengakuinya sebagai organisasi yang sah.
Laporan media mengatakan bahwa AS menghentikan rencana mereka tersebut setelah terjadi revolusi di Mesir dan kebijakannya mengutuk gerakan Ikhwanul Muslimin.
Dilansir Upi.com pada Kamis (7/8), Kedubes melalui akun Twitter dan Facebook telah membuat pernyataan bahwa tuduhan yang muncul itu adalah palsu.
"Setiap anjuran bahwa Amerika Serikat pernah mempertimbangkan mengakui Negara Islam Irak dan Levant (wilayah Suriah dan sekitarnya) atau memiliki peran dalam penciptaannya, sudah terbukti salah. ISIS tidak lain sebuah organisasi teroris. Dugaan yang beredar di Lebanon yang bertentangan adalah palsu."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.