Asal Senjata Masih Diusut Ilustrasi FPU Indonesia [istimewa] ☆
Kontingen pasukan perdamaian Indonesia masih tertahan di Sudan. Polri menyatakan senjata terbungkus tas yang menjegal kepulangan Kontingen Formed Police Unit (FPU) VIII merupakan senjata yang pernah hilang karena dicuri.
"Konon terakhir katanya, itu barang-barang (senjata) (hasil pencurian) yang pernah terjadi semacam peristiwa pencurian di sana," kata Kadiv Humas Polri Irjen Boy Rafli Amar di Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Jakarta Selatan, Kamis (2/2/2017).
Boy mengungkapkan saat ini tim investigasi gabungan dari otoritas lokal Sudan dengan African Union Mission in Darfur (UNAMID) masih mengusut asal muasal tas berisi senjata tersebut bisa berada di dekat tas miliki FPU VIII.
"Lagi diusut dari mana senjatanya berasal. Tapi sudah dinyatakan itu bukan dari kontingen kita," ujar Boy.
Sementara itu, Kabag Penerangan Umum Divisi Humas Polri Kombes Martinus Sitompul menerangkan 9 anggota Polri yang dikirim sebagai pendamping hukum FPU VIII, tidak dimasukan UNAMID dalam joint investigation.
"(Polri) Sudah mendapatkan investigasi awal, yang belum selesai dilakukan pihak otoritas dan UNAMID. Kita tidak masuk dalam joint investigation mereka," jelas Martinus.
Dengan demikian, Polri tida mengetahui sejauh mana perkembangan investigasi dari mana senjata yang pernah dicuri itu berasal.
"Sebenarnya kita ingin mengetahui bagaimana proses awal ditemukannya senjata itu hingga dituduhkan ke FPU VIII," tutup Martinus. (aud/idh)
Otoritas Sudan Nilai FPU Indonesia Sebagai yang Terbaik
Pasukan Formed Police Unit (FPU) VIII dari Indonesia dituduh menyelundupkan senjata lewat bandara Al-Fashir, Sudan. Kini tim hukum dari Indonesia sudah sampai di Sudan dan terus mengupayakan pembebasan pasukan FPU dari tahanan di Al-Fashir.
Namun ternyata Gubernur Al-Fashir mengakui kontingen dari Indonesia adalah kontingen yang terbaik yang ada di Sudan. Hal ini disampaikan Menteri Luar Negeri Retno Lestari Priansari Marsudi.
"Jadi kontingen Indonesia itu dinilai oleh mereka, sekali lagi ini berdasarkan laporan yang kita peroleh dari lapangan, kontingen Indonesia dinilai sebagai salah satu kontingen yang terbaik," kata Retno di Kompleks Istana Kepresidenan, Jl Veteran, Jakarta, Rabu (1/2/2017).
Maka otoritas setempat akan mengusahakan yang terbaik demi membebaskan kontingen Indonesia itu dari tahanan, kemudian agar bisa pulang ke Indonesia.
Tim bantuan hukum dari Indonesia sampai di Khartoum, Sudan, pada 30 Januari, dan masuk ke Al-Fashir pada 31 Januari kemarin. Gubernur setempat sudah ditemui, begitu pula Deputi Joint Special Representative dan komisioner UNAMID (United Nations-African Union Mission in Darfur) juga sudah ditemui. Tiga kali sehari, Retno berkoordinasi dengan tim yang sudah sampai di Sudan itu.
"(Pembicaraan dengan otoritas setempat) belum masuk ke substansi," kata Retno.
Rencananya, persoalan ini bakal beres diinvestigasi oleh tim hukum itu sampai 7 Februari. Namun waktunya juga bisa diperpanjang.
"Kedatangan tim kita juga sangat diapresiasi. Jadi kami ingin membuktikan apakah tuduhan mereka itu betul atau tidak. Itu saja," kata Retno. (dnu/jor)
Kontingen pasukan perdamaian Indonesia masih tertahan di Sudan. Polri menyatakan senjata terbungkus tas yang menjegal kepulangan Kontingen Formed Police Unit (FPU) VIII merupakan senjata yang pernah hilang karena dicuri.
"Konon terakhir katanya, itu barang-barang (senjata) (hasil pencurian) yang pernah terjadi semacam peristiwa pencurian di sana," kata Kadiv Humas Polri Irjen Boy Rafli Amar di Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Jakarta Selatan, Kamis (2/2/2017).
Boy mengungkapkan saat ini tim investigasi gabungan dari otoritas lokal Sudan dengan African Union Mission in Darfur (UNAMID) masih mengusut asal muasal tas berisi senjata tersebut bisa berada di dekat tas miliki FPU VIII.
"Lagi diusut dari mana senjatanya berasal. Tapi sudah dinyatakan itu bukan dari kontingen kita," ujar Boy.
Sementara itu, Kabag Penerangan Umum Divisi Humas Polri Kombes Martinus Sitompul menerangkan 9 anggota Polri yang dikirim sebagai pendamping hukum FPU VIII, tidak dimasukan UNAMID dalam joint investigation.
"(Polri) Sudah mendapatkan investigasi awal, yang belum selesai dilakukan pihak otoritas dan UNAMID. Kita tidak masuk dalam joint investigation mereka," jelas Martinus.
Dengan demikian, Polri tida mengetahui sejauh mana perkembangan investigasi dari mana senjata yang pernah dicuri itu berasal.
"Sebenarnya kita ingin mengetahui bagaimana proses awal ditemukannya senjata itu hingga dituduhkan ke FPU VIII," tutup Martinus. (aud/idh)
Otoritas Sudan Nilai FPU Indonesia Sebagai yang Terbaik
Pasukan Formed Police Unit (FPU) VIII dari Indonesia dituduh menyelundupkan senjata lewat bandara Al-Fashir, Sudan. Kini tim hukum dari Indonesia sudah sampai di Sudan dan terus mengupayakan pembebasan pasukan FPU dari tahanan di Al-Fashir.
Namun ternyata Gubernur Al-Fashir mengakui kontingen dari Indonesia adalah kontingen yang terbaik yang ada di Sudan. Hal ini disampaikan Menteri Luar Negeri Retno Lestari Priansari Marsudi.
"Jadi kontingen Indonesia itu dinilai oleh mereka, sekali lagi ini berdasarkan laporan yang kita peroleh dari lapangan, kontingen Indonesia dinilai sebagai salah satu kontingen yang terbaik," kata Retno di Kompleks Istana Kepresidenan, Jl Veteran, Jakarta, Rabu (1/2/2017).
Maka otoritas setempat akan mengusahakan yang terbaik demi membebaskan kontingen Indonesia itu dari tahanan, kemudian agar bisa pulang ke Indonesia.
Tim bantuan hukum dari Indonesia sampai di Khartoum, Sudan, pada 30 Januari, dan masuk ke Al-Fashir pada 31 Januari kemarin. Gubernur setempat sudah ditemui, begitu pula Deputi Joint Special Representative dan komisioner UNAMID (United Nations-African Union Mission in Darfur) juga sudah ditemui. Tiga kali sehari, Retno berkoordinasi dengan tim yang sudah sampai di Sudan itu.
"(Pembicaraan dengan otoritas setempat) belum masuk ke substansi," kata Retno.
Rencananya, persoalan ini bakal beres diinvestigasi oleh tim hukum itu sampai 7 Februari. Namun waktunya juga bisa diperpanjang.
"Kedatangan tim kita juga sangat diapresiasi. Jadi kami ingin membuktikan apakah tuduhan mereka itu betul atau tidak. Itu saja," kata Retno. (dnu/jor)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.