Di Perairan SabahFoto/Ilustrasi/Sindonews
Aksi penculikan kelompok Abu Sayyaf terhadap warga negara Indonesia (WNI) kembali terjadi. Setelah sebelumnya tiga WNI berhasil dibebaskan, kini lima WNI kembali jadi korban penculikan kelompok yang berbasis di Filipina selatan itu.
Dikutip dari laman The Star, Minggu (19/1/2020), kelima WNI tersebut diculik di perairan Sabah, Malaysia, tidak jauh dari tempat tiga pelaut Indonesia diculik sebelumnya.
Menurut pernyataan polisi setempat, penculikan terjadi pada Kamis malam ketika delapan WNI sedang memancing. Namun tiga dari mereka dibebaskan.
Menurut tiga WNI yang dibebaskan, enam penculik dengan topeng hitam di atas kapal cepat menangkap kapal penangkap ikan mereka. Para penculik kemudian membawa mereka ke perairan lepas Filipina sebelum mengizinkan ketiga orang tersebut pergi ke perairan Malaysia dengan kapal penangkap ikan, kata pernyataan itu.
Komandan Komando Keamanan Sabah Timur (Esscom) Hazani Ghazali mengatakan bahwa orang-orang bersenjata itu berada di speedboat dan melarikan diri ke negara tetangga setelah mengambil lima sandera.
Sekitar jam 1 siang pada hari Jumat, nelayan setempat mengatakan kepada polisi laut di Lahad Datu bahwa mereka telah melihat jaring ikan di daerah tersebut tetapi tidak dapat menemukan pukat atau krunya di sekitar Tambisan.
Pada jam 9 malam, pasukan keamanan Esscom menemukan kapal pukat menuju Tambisan dan pasukan elit naik kapal pukat dan menemukan tiga anggota kru di dalamnya.
Para awak yang diculik adalah kapten Arsyad Dahlan (41), La Baa (32), Riswanto Hayano (27), Edi Lawalopo (53), dan Syarizal Kastamiran (29). Semuanya adalah warga negara Indonesia yang bekerja di perusahaan perikanan yang berbasis di Sandakan.
Kelompok-kelompok penculik di bawah kendali orang-orang bersenjata Abu Sayyaf Salip Murah dan Mike Apo telah mengintai di sepanjang perbatasan laut antara Sabah dan rantai pulau Tawi Tawi Filipina dalam memburu target mereka yang bernilai.
Sebelumnya pada 5 Januari, Indonesia dan Filipina bersama-sama membebaskan Muhammad Farhan (27), salah satu dari tiga warga negara Indonesia yang diculik oleh kelompok Abu Sayyaf sejak September 2019. Sebelumnya, dua rekan pelautnya telah dibebaskan.
Penculikan terbaru telah meningkatkan jumlah warga negara Indonesia yang diculik oleh kelompok tersebut menjadi 41 sejak 2016. Menurut Kementerian Luar Negeri sebagian besar dari mereka telah dibebaskan.
Kemenlu Akui Ada 5 WNI Diculik
Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Indonesia mengonfirmasi laporan adanya lima orang warga negara Indonesia (WNI) yang diculik di perairan Lahad Datu, Sabah, Malaysia.
Penculikan ini terjadi hanya beberapa hari sejak satu orang terakhir dari tiga WNI yang diculik tahun lalu, dibebaskan oleh kelompok Abu Sayyaf.
"Telah terdapat konfirmasi dari Konsul RI di Tawau bahwa benar terdapat 5 awak kapal WNI yang bekerja di kapal ikan Malaysia hilang di perairan Tambisan, Lahad Datu," kata Direktur Perlindungan Warga Negara dan Badan Hukum Indonesia (PWNI-BHI) Kemlu RI, Judha Nugraha.
"KJRI di Kota Kinabalu dan Konsulat RI di Tawau saat ini sedang berkoordinasi dengan otoritas setempat mengenai detil kejadian," sambungnya melalui pesan singkat kepada Sindonews pada Minggu (19/1/2020). (nth)
♖ Sindonews
Aksi penculikan kelompok Abu Sayyaf terhadap warga negara Indonesia (WNI) kembali terjadi. Setelah sebelumnya tiga WNI berhasil dibebaskan, kini lima WNI kembali jadi korban penculikan kelompok yang berbasis di Filipina selatan itu.
Dikutip dari laman The Star, Minggu (19/1/2020), kelima WNI tersebut diculik di perairan Sabah, Malaysia, tidak jauh dari tempat tiga pelaut Indonesia diculik sebelumnya.
Menurut pernyataan polisi setempat, penculikan terjadi pada Kamis malam ketika delapan WNI sedang memancing. Namun tiga dari mereka dibebaskan.
Menurut tiga WNI yang dibebaskan, enam penculik dengan topeng hitam di atas kapal cepat menangkap kapal penangkap ikan mereka. Para penculik kemudian membawa mereka ke perairan lepas Filipina sebelum mengizinkan ketiga orang tersebut pergi ke perairan Malaysia dengan kapal penangkap ikan, kata pernyataan itu.
Komandan Komando Keamanan Sabah Timur (Esscom) Hazani Ghazali mengatakan bahwa orang-orang bersenjata itu berada di speedboat dan melarikan diri ke negara tetangga setelah mengambil lima sandera.
Sekitar jam 1 siang pada hari Jumat, nelayan setempat mengatakan kepada polisi laut di Lahad Datu bahwa mereka telah melihat jaring ikan di daerah tersebut tetapi tidak dapat menemukan pukat atau krunya di sekitar Tambisan.
Pada jam 9 malam, pasukan keamanan Esscom menemukan kapal pukat menuju Tambisan dan pasukan elit naik kapal pukat dan menemukan tiga anggota kru di dalamnya.
Para awak yang diculik adalah kapten Arsyad Dahlan (41), La Baa (32), Riswanto Hayano (27), Edi Lawalopo (53), dan Syarizal Kastamiran (29). Semuanya adalah warga negara Indonesia yang bekerja di perusahaan perikanan yang berbasis di Sandakan.
Kelompok-kelompok penculik di bawah kendali orang-orang bersenjata Abu Sayyaf Salip Murah dan Mike Apo telah mengintai di sepanjang perbatasan laut antara Sabah dan rantai pulau Tawi Tawi Filipina dalam memburu target mereka yang bernilai.
Sebelumnya pada 5 Januari, Indonesia dan Filipina bersama-sama membebaskan Muhammad Farhan (27), salah satu dari tiga warga negara Indonesia yang diculik oleh kelompok Abu Sayyaf sejak September 2019. Sebelumnya, dua rekan pelautnya telah dibebaskan.
Penculikan terbaru telah meningkatkan jumlah warga negara Indonesia yang diculik oleh kelompok tersebut menjadi 41 sejak 2016. Menurut Kementerian Luar Negeri sebagian besar dari mereka telah dibebaskan.
Kemenlu Akui Ada 5 WNI Diculik
Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Indonesia mengonfirmasi laporan adanya lima orang warga negara Indonesia (WNI) yang diculik di perairan Lahad Datu, Sabah, Malaysia.
Penculikan ini terjadi hanya beberapa hari sejak satu orang terakhir dari tiga WNI yang diculik tahun lalu, dibebaskan oleh kelompok Abu Sayyaf.
"Telah terdapat konfirmasi dari Konsul RI di Tawau bahwa benar terdapat 5 awak kapal WNI yang bekerja di kapal ikan Malaysia hilang di perairan Tambisan, Lahad Datu," kata Direktur Perlindungan Warga Negara dan Badan Hukum Indonesia (PWNI-BHI) Kemlu RI, Judha Nugraha.
"KJRI di Kota Kinabalu dan Konsulat RI di Tawau saat ini sedang berkoordinasi dengan otoritas setempat mengenai detil kejadian," sambungnya melalui pesan singkat kepada Sindonews pada Minggu (19/1/2020). (nth)
♖ Sindonews
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.