✈️ Ilustrasi Pesawat rafale Perancis [Dassault Aviation]
Menteri Pertahanan Prabowo Subianto enggan berbicara banyak soal laporan yang menyebutkan bahwa Indonesia berencana membeli 48 jet tempur, empat kapal selam, dan dua kapal perang korvet Prancis.
Selepas menghadiri rapat di komisi I Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) pada Senin (20/1) sore, Prabowo hanya tertawa dan mengatakan bahwa pembelian puluhan alat utama sistem pertahanan (alutsista) itu adalah keinginan Prancis.
"Itu mungkin keinginan Prancis, itu bisa saja itu," ucap Prabowo di depan wartawan sambil berjalan ke arah mobil.
Namun, Prabowo mengaku bahwa Indonesia perlu meningkatkan kapasitas pertahanan dengan salah satunya memodernisasi alutsista. Langkah itu, paparnya, diperlukan agar Indonesia memiliki kemampuan untuk menegakkan kedaulatan wilayah, terutama setelah insiden pelanggaran wilayah oleh puluhan kapal ikan China di Natuna baru-baru ini.
"Kita tidak bisa serta merta punya pertahanan kuat, tentunya pemerintah harus memikirkan ini. Soal pelanggaran wilayah, termasuk di Natuna baru-baru ini, harus menjadi perhatian seluruh pihak," kata Prabowo.
Indonesia dilaporkan tertarik untuk membeli 48 jet tempur Dessault Rafale, empat kapal selam Scorpene, dan dua kapal korvet GoWind buatan Prancis.
Minat Indonesia untuk membeli kapal selam Prancis disebut muncul setelah pemerintah dikabarkan berencana mengakhiri kontrak pembelian kapal selam dengan perusahaan Korea Selatan, Daewoo Shipbuilding & Marine Engineering (DSME) setelah menghadapi sejumlah masalah.
Hal itu diungkap surat kabar lokal La Tribune mengutip sumber Kementerian Pertahanan Prancis .
Dikutip FR24 News, lawatan Prabowo Subianto ke Paris pada 11 hingga 13 Januari lalu dilakukan salah satunya untuk merampungkan rencana pembelian puluhan alutsista itu.
Dalam lawatan ke Prancis baru-baru ini, Prabowo memang bertemu Menhan Florence Parly dan berdiskusi soal penguatan kerja sama pertahanan. Dalam pertemuan itu, Prabowo dan Parly sepakat memperkuat kerja sama pertahanan Indonesia-Prancis demi memajukan industri pertahanan Indonesia.
Prabowo juga mengunjungi sejumlah industri militer negara Eropa tersebut. Beberapa perusahaan yang dikunjungi Prabowo antara lain terdiri dari perusahaan pesawat tempur, kapal, radar, sistem avionik, hingga perusahaan amunisi.
Ia menganggap Prancis dapat menjadi mitra strategis dalam membantu Indonesia memperkuat alutsista TNI dan memajukan pengembangan industri pertahanan nasional.
Di sisi lain, Indonesia juga masih menggantungkan kontrak pembelian jet tempur Sukhoi Su-35 dengan Rusia. Indonesia sudah meneken kontrak pembelian 11 Su-35 dari Rusia sekitar Februari 2018 lalu.
Sekitar akhir 2018, sejumlah pihak menuturkan belasan Sukhoi siap mengangkasa di Indonesia pada 2019. Namun, hingga kini kontrak pembelian belasan pesawat itu tak kunjung jelas. (rds/evn)
Menteri Pertahanan Prabowo Subianto enggan berbicara banyak soal laporan yang menyebutkan bahwa Indonesia berencana membeli 48 jet tempur, empat kapal selam, dan dua kapal perang korvet Prancis.
Selepas menghadiri rapat di komisi I Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) pada Senin (20/1) sore, Prabowo hanya tertawa dan mengatakan bahwa pembelian puluhan alat utama sistem pertahanan (alutsista) itu adalah keinginan Prancis.
"Itu mungkin keinginan Prancis, itu bisa saja itu," ucap Prabowo di depan wartawan sambil berjalan ke arah mobil.
Namun, Prabowo mengaku bahwa Indonesia perlu meningkatkan kapasitas pertahanan dengan salah satunya memodernisasi alutsista. Langkah itu, paparnya, diperlukan agar Indonesia memiliki kemampuan untuk menegakkan kedaulatan wilayah, terutama setelah insiden pelanggaran wilayah oleh puluhan kapal ikan China di Natuna baru-baru ini.
"Kita tidak bisa serta merta punya pertahanan kuat, tentunya pemerintah harus memikirkan ini. Soal pelanggaran wilayah, termasuk di Natuna baru-baru ini, harus menjadi perhatian seluruh pihak," kata Prabowo.
Indonesia dilaporkan tertarik untuk membeli 48 jet tempur Dessault Rafale, empat kapal selam Scorpene, dan dua kapal korvet GoWind buatan Prancis.
Minat Indonesia untuk membeli kapal selam Prancis disebut muncul setelah pemerintah dikabarkan berencana mengakhiri kontrak pembelian kapal selam dengan perusahaan Korea Selatan, Daewoo Shipbuilding & Marine Engineering (DSME) setelah menghadapi sejumlah masalah.
Hal itu diungkap surat kabar lokal La Tribune mengutip sumber Kementerian Pertahanan Prancis .
Dikutip FR24 News, lawatan Prabowo Subianto ke Paris pada 11 hingga 13 Januari lalu dilakukan salah satunya untuk merampungkan rencana pembelian puluhan alutsista itu.
Dalam lawatan ke Prancis baru-baru ini, Prabowo memang bertemu Menhan Florence Parly dan berdiskusi soal penguatan kerja sama pertahanan. Dalam pertemuan itu, Prabowo dan Parly sepakat memperkuat kerja sama pertahanan Indonesia-Prancis demi memajukan industri pertahanan Indonesia.
Prabowo juga mengunjungi sejumlah industri militer negara Eropa tersebut. Beberapa perusahaan yang dikunjungi Prabowo antara lain terdiri dari perusahaan pesawat tempur, kapal, radar, sistem avionik, hingga perusahaan amunisi.
Ia menganggap Prancis dapat menjadi mitra strategis dalam membantu Indonesia memperkuat alutsista TNI dan memajukan pengembangan industri pertahanan nasional.
Di sisi lain, Indonesia juga masih menggantungkan kontrak pembelian jet tempur Sukhoi Su-35 dengan Rusia. Indonesia sudah meneken kontrak pembelian 11 Su-35 dari Rusia sekitar Februari 2018 lalu.
Sekitar akhir 2018, sejumlah pihak menuturkan belasan Sukhoi siap mengangkasa di Indonesia pada 2019. Namun, hingga kini kontrak pembelian belasan pesawat itu tak kunjung jelas. (rds/evn)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.