⚓️ Menjadi partner whole local production Naval Group saat menjelaskan produk Kapal Selam Scorpene dalam sebuah acara di Jakarta, beberapa waktu lalu. (Dok ISDS)
Pemerintah Indonesia terus menambah koleksi alat utama sistem senjata (alutsista) untuk memperkuat pertahanan di Tanah Air. Dalam waktu dekat, pemerintah akan membeli dua kapal selam Scorpene untuk menambah jumlah kapal selam dalam menjaga perairan Nusantara.
Rencana teken kontrak pembelian dua kapal selam asal Prancis tersebut akan dilakukan oleh PT PAL dan Naval Group. ‘’PT PAL digandeng Naval Group untuk menjadi partner whole local production kapal selam Scorpene,’’ kata Senior Executive Vice President (SEVP) Transformation Management PT PAL, Satriyo Bintoro di acara Buka Puasa di Jakarta Pusat, Kamis (21/3/2024).
Satriyo Bintoro mengungkapkan pihaknya siap untuk ikut membangun kapal selam baru tersebut. Menurut dia, PT PAL sudah memiliki kelengkapan sarana dan prasarana untuk pembuatan kapal selam tersebut. Ditambah lagi, sambung Satriyo Bintoro, PT PAL mempunyai para teknisi yang andal dan telah berpengalaman dalam membuat kapal selam.
Para pimpinan PT Naval Group terkesan dengan kemampuan setelah melakukan kunjungan dan melihat fasilitas-fasilitas PT PAL di Kota Surabaya, Jawa Timur, beberapa waktu lalu. Menurut Satriyo Bintoro, sebanyak 93 persen fasilitas di PT PAL bisa digunakan untuk membangun kapal selam Scorpene. ‘’Kita hanya butuh tambahan fasilitas produksi untuk tujuh komponen. Jadi secara keseluruhan sudah siap. Makanya PT Naval percaya dengan PT PAL untuk jadi partner lokal pembuatan Scorpene,’’ ungkap Satriyo Bintoro yang menjabat Ketua Proyek Frigat Merah Putih ini.
Kapal selam Scorpene ini memang salah satu paling bagus di dunia. Apalagi, Naval Group bahkan memperbaharui proposal kapal selam jenis Scorpene untuk Indonesia akan menggunakan full lithitum-ion batteries (LIB). Dengan demikian, kapal selam jenis Scorpene Evolved ini akan memiliki endurance paling lama dibanding varian Scorpene sebelumnya. Berdasar berbagai informasi, Scorpene Evolved mampu menyelam selama 80 hari, 78 di antaranya dalam posisi menyelam, dengan jangkauan operasional lebih dari 8.000 mil laut, memiliki lower indiscretion rate, dan mampu mempertahankan kecepatan tertinggi lebih lama. Kapasitas ini dimiliki karena LIB bisa menyimpan dan menyalurkan lebih banyak energi dengan waktu pengisian lebih singkat dibandingkan baterai timbal-asam (lead-acid batteries).
Lebih jauh, Satriyo Bintoro menjelaskan untuk pengerjaannya, tenaga kerja yang dibutuhkan untuk membuat kapal selam Scorpene cukup besar. Bahkan, diperkirakan jumlah tenaga kerja yang nanti akan menangani kapal selam Scorpene lebih besar dibandingkan saat PT PAL membuat kapal selam KRI Alugoro (405) dari Korea Selatan. ‘’Jumlah teknisi untuk mengerjakan Scorpene bisa jadi dua kali lipat daripada saat merakit kapal selam Alugoro yang digarap di galangan PT PAL,’’ jelasnya sambil menyebut panjang kapal selam Scorpene nanti sekitar 70 meter.
Soal target penyelesaian pengerjaan kapal selam buatan Prancis tersbut akan memakan waktu enam hingga tujuh tahun. Pengerjaan kapal akan dimulai begitu kontrak nanti efektif ditandatangani kedua belah pihak. Soal akhirnya pemerintah memutuskan untuk membeli kapal selam selam Scorpene, Satriyo Bintoro mengungkapkan murni diputuskan oleh pihak pengguna, yakni Kementerian Pertahanan dan TNI AL.
Sebelumnya, sudah dilakukan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) pembangunan dua unit kapal selam Scorpene oleh Dirut PT PAL Kaharuddin Djenod dan CEO Naval Group Pierre-Eric Pommellet di kantor Kementerian Pertahanan pada 10 Februari 2022. Acara tersebut kala itu disaksikan oleh Menteri Pertahanan Prabowo Subianto dan Menteri Angkatan Bersenjata Prancis Florence Parly.
Awalnya, Indonesia memiliki lima kapal selam aktif. Yaitu KRI Cakra-401, KRI Nanggala-402, KRI Nagapasa-403, KRI Ardadedali-404, dan KRI Alugoro-405. Namun, tenggelamnya KRI Nanggala-402 beberapa waktu lalu membuat jumlah kapal selam aktif yang dimiliki Indonesia saat ini menjadi empat buah. Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL) Laksamana Muhammad Ali pada akhir tahun lalu pernah menyebut untuk menjaga perairan Indonesia yang sangat luas, Indonesia idealnya membutuhkan 12 kapal selam. Hanya saja, TNI AL tetap mempertimbangkan kesiapan anggaran dari pemerintah. (rca)
Pemerintah Indonesia terus menambah koleksi alat utama sistem senjata (alutsista) untuk memperkuat pertahanan di Tanah Air. Dalam waktu dekat, pemerintah akan membeli dua kapal selam Scorpene untuk menambah jumlah kapal selam dalam menjaga perairan Nusantara.
Rencana teken kontrak pembelian dua kapal selam asal Prancis tersebut akan dilakukan oleh PT PAL dan Naval Group. ‘’PT PAL digandeng Naval Group untuk menjadi partner whole local production kapal selam Scorpene,’’ kata Senior Executive Vice President (SEVP) Transformation Management PT PAL, Satriyo Bintoro di acara Buka Puasa di Jakarta Pusat, Kamis (21/3/2024).
Satriyo Bintoro mengungkapkan pihaknya siap untuk ikut membangun kapal selam baru tersebut. Menurut dia, PT PAL sudah memiliki kelengkapan sarana dan prasarana untuk pembuatan kapal selam tersebut. Ditambah lagi, sambung Satriyo Bintoro, PT PAL mempunyai para teknisi yang andal dan telah berpengalaman dalam membuat kapal selam.
Para pimpinan PT Naval Group terkesan dengan kemampuan setelah melakukan kunjungan dan melihat fasilitas-fasilitas PT PAL di Kota Surabaya, Jawa Timur, beberapa waktu lalu. Menurut Satriyo Bintoro, sebanyak 93 persen fasilitas di PT PAL bisa digunakan untuk membangun kapal selam Scorpene. ‘’Kita hanya butuh tambahan fasilitas produksi untuk tujuh komponen. Jadi secara keseluruhan sudah siap. Makanya PT Naval percaya dengan PT PAL untuk jadi partner lokal pembuatan Scorpene,’’ ungkap Satriyo Bintoro yang menjabat Ketua Proyek Frigat Merah Putih ini.
Kapal selam Scorpene ini memang salah satu paling bagus di dunia. Apalagi, Naval Group bahkan memperbaharui proposal kapal selam jenis Scorpene untuk Indonesia akan menggunakan full lithitum-ion batteries (LIB). Dengan demikian, kapal selam jenis Scorpene Evolved ini akan memiliki endurance paling lama dibanding varian Scorpene sebelumnya. Berdasar berbagai informasi, Scorpene Evolved mampu menyelam selama 80 hari, 78 di antaranya dalam posisi menyelam, dengan jangkauan operasional lebih dari 8.000 mil laut, memiliki lower indiscretion rate, dan mampu mempertahankan kecepatan tertinggi lebih lama. Kapasitas ini dimiliki karena LIB bisa menyimpan dan menyalurkan lebih banyak energi dengan waktu pengisian lebih singkat dibandingkan baterai timbal-asam (lead-acid batteries).
Lebih jauh, Satriyo Bintoro menjelaskan untuk pengerjaannya, tenaga kerja yang dibutuhkan untuk membuat kapal selam Scorpene cukup besar. Bahkan, diperkirakan jumlah tenaga kerja yang nanti akan menangani kapal selam Scorpene lebih besar dibandingkan saat PT PAL membuat kapal selam KRI Alugoro (405) dari Korea Selatan. ‘’Jumlah teknisi untuk mengerjakan Scorpene bisa jadi dua kali lipat daripada saat merakit kapal selam Alugoro yang digarap di galangan PT PAL,’’ jelasnya sambil menyebut panjang kapal selam Scorpene nanti sekitar 70 meter.
Soal target penyelesaian pengerjaan kapal selam buatan Prancis tersbut akan memakan waktu enam hingga tujuh tahun. Pengerjaan kapal akan dimulai begitu kontrak nanti efektif ditandatangani kedua belah pihak. Soal akhirnya pemerintah memutuskan untuk membeli kapal selam selam Scorpene, Satriyo Bintoro mengungkapkan murni diputuskan oleh pihak pengguna, yakni Kementerian Pertahanan dan TNI AL.
Sebelumnya, sudah dilakukan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) pembangunan dua unit kapal selam Scorpene oleh Dirut PT PAL Kaharuddin Djenod dan CEO Naval Group Pierre-Eric Pommellet di kantor Kementerian Pertahanan pada 10 Februari 2022. Acara tersebut kala itu disaksikan oleh Menteri Pertahanan Prabowo Subianto dan Menteri Angkatan Bersenjata Prancis Florence Parly.
Awalnya, Indonesia memiliki lima kapal selam aktif. Yaitu KRI Cakra-401, KRI Nanggala-402, KRI Nagapasa-403, KRI Ardadedali-404, dan KRI Alugoro-405. Namun, tenggelamnya KRI Nanggala-402 beberapa waktu lalu membuat jumlah kapal selam aktif yang dimiliki Indonesia saat ini menjadi empat buah. Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL) Laksamana Muhammad Ali pada akhir tahun lalu pernah menyebut untuk menjaga perairan Indonesia yang sangat luas, Indonesia idealnya membutuhkan 12 kapal selam. Hanya saja, TNI AL tetap mempertimbangkan kesiapan anggaran dari pemerintah. (rca)
⚓️ sindonews
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.