Senjata Fregat Malfungsi Saat Diserang Drone Houthi di Laut MerahKapal perang Denmark, HDMS Peter Willemoes, merupakan kapal yang desainnya sedang diproduksi Indonesia. (Foto/seaforces.org) ☆
Sebuah kapal perang Denmark yang dikerahkan ke Laut Merah sebagai bagian dari operasi koalisi pimpinan Amerika Serikat mengalami kerusakan sistem persenjataannya ketika diserang oleh drone-drone kelompok Houthi.
Insiden tersebut terjadi bulan lalu, namun baru diungkap kapten kapalnya pada Kamis ketika kapal tersebut tiba di Denmark.
Kegagalan sistem persenjataan tersebut, yang hingga hari Kamis hanya diberitakan oleh media pertahanan lokal Olfi dengan mengutip laporan rahasia kapten kapal, mendorong pemerintah memecat pejabat tinggi militernya, Flemming Lentfer, pada hari Rabu.
Menteri Pertahanan Troels Lund Poulsen mengatakan pemecatan itu adalah akibat dari pelanggaran kepercayaan, setelah Lentfer gagal memberi tahu kementerian secara rinci tentang insiden pada 9 Maret ketika kapal fregat Iver Huitfeldt diserang oleh kelompok Houthi Yaman.
Meskipun mengalami kerusakan, fregat tersebut menembak jatuh empat drone, kata kapten kapal kapal, Sune Lund, kepada Reuters, yang dilansir Jumat (5/4/2024).
“Kami mengalami beberapa kegagalan sistem, atau degradasi sistem, yang sedikit menantang keterlibatan kami,” kata Lund tanpa menjelaskan lebih lanjut.
“Tetapi selama pertempuran kami tidak pernah dibiarkan tanpa pertahanan. Kami memiliki banyak personel di kapal, sehingga kami dapat terus berjuang dan menetralisir ancaman.”
Angkatan Bersenjata Denmark telah mem-posting video dramatis di media sosial yang menunjukkan jatuhnya drone, yang merupakan pertama kalinya kapal perang Denmark terlibat pertempuran langsung sejak tahun 1943.
Fregat tersebut, yang kembali ke pangkalan Angkatan Laut Korsor pada hari Kamis, telah dikerahkan sebagai bagian dari Operasi Penjaga Kemakmuran yang dipimpin AS untuk membantu menjaga lalu lintas laut komersial di Laut Merah.
Menteri Pertahanan Troels Lund Poulsen dan kepala Komando Angkatan Laut Denmark Henrik Ryberg pada saat keberangkatan meyakinkan bahwa kapal tersebut siap dan mampu menjalankan misi tersebut.
“Meninggalkan pangkalan angkatan laut, semuanya baik-baik saja,” kata Lund, seraya menambahkan bahwa alasan kegagalan tersebut masih diselidiki.
“Saya merasa yakin bahwa semua langkah telah diambil untuk memitigasi tantangan yang kami hadapi pada malam hari,” katanya.
Secara terpisah, peluncur rudal yang diaktifkan namun rusak pada kapal Angkatan Laut Denmark lainnya yang berlabuh di sebelah Iver Huitfeldt pada hari Kamis memicu penutupan wilayah udara dan lalu lintas pelayaran di selat Great Belt, salah satu jalur laut tersibuk di dunia dan akses maritim utama ke Laut Baltik.
Peluncur Rudal Tidak Bisa Dimatikan Kapal perang Denmark memicu bahaya di Selat Great Belt setelah peluncur rudalnya ngadat dan gagal dinonaktifkan. Sebagian Selat Baltik Harus Ditutup. (Foto/REUTERS)
Peluncur rudal pada kapal perang Angkatan Laut Denmark ngadat dan gagal dinoantifkan ketika beroperasi di sekitar Selat Great Belt. Insiden ini memicu penutupan wilayah udara dan lalu lintas pelayaran di selat tersebut.
Kondisi tersebut membuat peluncur rudal pada kapal tersebut bisa menembakkan rudal sendiri atau tanpa komando. Itu menimbulkan bahaya bagi kapal-kapal yang berada di Selat Great Belt.
Angkatan Bersenjata Denmark mengatakan masalah teknis muncul pada rudal Harpoon yang berada di kapal fregat Denmark; HDMS Niels Juel, saat kapal tersebut ikut serta dalam uji coba ketika berlabuh di pangkalan Angkatan Laut Korsoer pada hari Kamis.
Otoritas Maritim Nasional Denmark sebelumnya memperingatkan seluruh kapal untuk tidak berlayar melalui selat Great Belt—salah satu jalur laut tersibuk di dunia dan akses maritim utama ke Laut Baltik—karena risiko jatuhnya pecahan rudal.
“Masalah terjadi selama uji wajib di mana peluncur rudal diaktifkan dan tidak dapat dinonaktifkan,” kata militer Denmark dalam sebuah pernyataan pada hari Kamis, yang dilansir Reuters, Jumat (5/4/2024).
“Sampai peluncur rudal dinonaktifkan, ada risiko rudal tersebut dapat menembak dan terbang beberapa kilometer jauhnya,” lanjut pernyataan tersebut.
Di situs webnya, Otoritas Maritim Denmark mengatakan ada latihan militer yang berlangsung di Storebaelt, tepat antara pulau Zeeland dan Funen di Denmark.
Zona bahaya diperkirakan berada hingga tujuh kilometer (4,3 mil) dari Korsoer pada ketinggian sekitar satu kilometer (0,62 mil) di atas permukaan laut dan tidak searah dengan jembatan dan terowongan yang melintasi Storebaelt.
Operator jalur tersebut mengatakan tidak ada risiko terhadap lalu lintas jalan dan kereta api di jembatan tersebut. (mas)
Sebuah kapal perang Denmark yang dikerahkan ke Laut Merah sebagai bagian dari operasi koalisi pimpinan Amerika Serikat mengalami kerusakan sistem persenjataannya ketika diserang oleh drone-drone kelompok Houthi.
Insiden tersebut terjadi bulan lalu, namun baru diungkap kapten kapalnya pada Kamis ketika kapal tersebut tiba di Denmark.
Kegagalan sistem persenjataan tersebut, yang hingga hari Kamis hanya diberitakan oleh media pertahanan lokal Olfi dengan mengutip laporan rahasia kapten kapal, mendorong pemerintah memecat pejabat tinggi militernya, Flemming Lentfer, pada hari Rabu.
Menteri Pertahanan Troels Lund Poulsen mengatakan pemecatan itu adalah akibat dari pelanggaran kepercayaan, setelah Lentfer gagal memberi tahu kementerian secara rinci tentang insiden pada 9 Maret ketika kapal fregat Iver Huitfeldt diserang oleh kelompok Houthi Yaman.
Meskipun mengalami kerusakan, fregat tersebut menembak jatuh empat drone, kata kapten kapal kapal, Sune Lund, kepada Reuters, yang dilansir Jumat (5/4/2024).
“Kami mengalami beberapa kegagalan sistem, atau degradasi sistem, yang sedikit menantang keterlibatan kami,” kata Lund tanpa menjelaskan lebih lanjut.
“Tetapi selama pertempuran kami tidak pernah dibiarkan tanpa pertahanan. Kami memiliki banyak personel di kapal, sehingga kami dapat terus berjuang dan menetralisir ancaman.”
Angkatan Bersenjata Denmark telah mem-posting video dramatis di media sosial yang menunjukkan jatuhnya drone, yang merupakan pertama kalinya kapal perang Denmark terlibat pertempuran langsung sejak tahun 1943.
Fregat tersebut, yang kembali ke pangkalan Angkatan Laut Korsor pada hari Kamis, telah dikerahkan sebagai bagian dari Operasi Penjaga Kemakmuran yang dipimpin AS untuk membantu menjaga lalu lintas laut komersial di Laut Merah.
Menteri Pertahanan Troels Lund Poulsen dan kepala Komando Angkatan Laut Denmark Henrik Ryberg pada saat keberangkatan meyakinkan bahwa kapal tersebut siap dan mampu menjalankan misi tersebut.
“Meninggalkan pangkalan angkatan laut, semuanya baik-baik saja,” kata Lund, seraya menambahkan bahwa alasan kegagalan tersebut masih diselidiki.
“Saya merasa yakin bahwa semua langkah telah diambil untuk memitigasi tantangan yang kami hadapi pada malam hari,” katanya.
Secara terpisah, peluncur rudal yang diaktifkan namun rusak pada kapal Angkatan Laut Denmark lainnya yang berlabuh di sebelah Iver Huitfeldt pada hari Kamis memicu penutupan wilayah udara dan lalu lintas pelayaran di selat Great Belt, salah satu jalur laut tersibuk di dunia dan akses maritim utama ke Laut Baltik.
Peluncur Rudal Tidak Bisa Dimatikan Kapal perang Denmark memicu bahaya di Selat Great Belt setelah peluncur rudalnya ngadat dan gagal dinonaktifkan. Sebagian Selat Baltik Harus Ditutup. (Foto/REUTERS)
Peluncur rudal pada kapal perang Angkatan Laut Denmark ngadat dan gagal dinoantifkan ketika beroperasi di sekitar Selat Great Belt. Insiden ini memicu penutupan wilayah udara dan lalu lintas pelayaran di selat tersebut.
Kondisi tersebut membuat peluncur rudal pada kapal tersebut bisa menembakkan rudal sendiri atau tanpa komando. Itu menimbulkan bahaya bagi kapal-kapal yang berada di Selat Great Belt.
Angkatan Bersenjata Denmark mengatakan masalah teknis muncul pada rudal Harpoon yang berada di kapal fregat Denmark; HDMS Niels Juel, saat kapal tersebut ikut serta dalam uji coba ketika berlabuh di pangkalan Angkatan Laut Korsoer pada hari Kamis.
Otoritas Maritim Nasional Denmark sebelumnya memperingatkan seluruh kapal untuk tidak berlayar melalui selat Great Belt—salah satu jalur laut tersibuk di dunia dan akses maritim utama ke Laut Baltik—karena risiko jatuhnya pecahan rudal.
“Masalah terjadi selama uji wajib di mana peluncur rudal diaktifkan dan tidak dapat dinonaktifkan,” kata militer Denmark dalam sebuah pernyataan pada hari Kamis, yang dilansir Reuters, Jumat (5/4/2024).
“Sampai peluncur rudal dinonaktifkan, ada risiko rudal tersebut dapat menembak dan terbang beberapa kilometer jauhnya,” lanjut pernyataan tersebut.
Di situs webnya, Otoritas Maritim Denmark mengatakan ada latihan militer yang berlangsung di Storebaelt, tepat antara pulau Zeeland dan Funen di Denmark.
Zona bahaya diperkirakan berada hingga tujuh kilometer (4,3 mil) dari Korsoer pada ketinggian sekitar satu kilometer (0,62 mil) di atas permukaan laut dan tidak searah dengan jembatan dan terowongan yang melintasi Storebaelt.
Operator jalur tersebut mengatakan tidak ada risiko terhadap lalu lintas jalan dan kereta api di jembatan tersebut. (mas)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.