150 Penulis dan pemerhati sejarah se-Indonesia berkumpul di Candi Borobudur, sejak Minggu (28/10) hingga Rabu (31/10) mendatang. Para penulis ini akan mengupas karya-karya baru mereka yang kebanyakan bercerita tentang sejarah yang penuh kontroversi dan bersifat legenda.
"Kami akan mengadili sejarah. Semua akan dikupas dengan mempertemukan para penulis novel dan sejarah," ujar sastrawan Arswendo Atmowiloto Senin (27/10) usai acara pembukaan di Manohara Hotel Kompleks Taman Wisata Candi Borobudur Magelang, Jateng.
Beberapa hal menarik yang akan dibahas di antaranya Imajinasi ruang kosong sejarah nusantara, kontroversi Gajah Mada, Sriwijaya dalam Prosa dan Arkeologi, kontroversi Syekh Siti Jenar dalam sastra dan agama.
Kegiatan ini berangkat dari makin berkembangnya tulisan-tulisan sejarah dalam bentuk novel-novel bertema silat dan sejarah nusantara. Novel-novel itu umumnya diciptakan oleh pengarang-pengarang baru yang selama ini belum dikenal publik.
Dengan menggunakan latar belakang sejarah kerajaan Mataram, Majapahit, Sriwijaya dan Pajajaran, para novelis itu berusaha menghidupkan tokoh utama bahkan tokoh-tokoh baru untuk memperkuat daya tarik karya-karya.
Berangkat dari keprihatinan akan sejarah yang masih banyak belum dikupas, para sastrawan dan penulis maka dilakukan pertemuan bertajuk Borobudur Writers and Cultur Festival 2012.
Agenda tersebut akan diselenggarakan pada tanggal 29 sampai 31 Oktober di Komplek Taman Wisata Candi Borobudur, Magelang. Tema yang akan diusung adalah "Musyawarah Akbar Novelis Silat dan Sejarah Nusantara".
Narasumber yang hadir yaitu Arswendo Atmowiloto (penulis Senopati Pamungkas), Seno Gumiro Ajidarma (penulis Nagabumi), Agus Aris Munandar (arkeolog, penulis buku biografi Gajah Mada), Fendi Siregar (fotografer, penapak tilas rute Centhini), Mudji Sutrisno SJ (pengajar studi budaya di Pasca Sarjana UI). Acara ini dimoderatori Seno Joko Suyono (wartawan budaya senior).
Panitia acara, Dorothea Rosa Herliany menambahkan kegiatan ini bertujuan untuk melihat masa silam nusantara dari berbagai sisi. Berbagai perspektif cerita sastra maupun kajian sejarah arkelogis.
"Masih banyak ruang kosong yang belum terungkap dalam sejarah, karena selalu muncul temuan baru dan perspektif baru," ungkapnya.
Dalam kegiatan tersebut juga akan diluncurkan empat novel baru berisi tentang sejarah. Di antaranya Walisongo karya Damar Shashangka. Api Merapi karya Budi Sardjono, La Galigo karya Dul Abdul Rahman, dan "Sabdo Palon dan Noyo Genggong karya Ardian Kresna.(mdk/ian)
"Kami akan mengadili sejarah. Semua akan dikupas dengan mempertemukan para penulis novel dan sejarah," ujar sastrawan Arswendo Atmowiloto Senin (27/10) usai acara pembukaan di Manohara Hotel Kompleks Taman Wisata Candi Borobudur Magelang, Jateng.
Beberapa hal menarik yang akan dibahas di antaranya Imajinasi ruang kosong sejarah nusantara, kontroversi Gajah Mada, Sriwijaya dalam Prosa dan Arkeologi, kontroversi Syekh Siti Jenar dalam sastra dan agama.
Kegiatan ini berangkat dari makin berkembangnya tulisan-tulisan sejarah dalam bentuk novel-novel bertema silat dan sejarah nusantara. Novel-novel itu umumnya diciptakan oleh pengarang-pengarang baru yang selama ini belum dikenal publik.
Dengan menggunakan latar belakang sejarah kerajaan Mataram, Majapahit, Sriwijaya dan Pajajaran, para novelis itu berusaha menghidupkan tokoh utama bahkan tokoh-tokoh baru untuk memperkuat daya tarik karya-karya.
Berangkat dari keprihatinan akan sejarah yang masih banyak belum dikupas, para sastrawan dan penulis maka dilakukan pertemuan bertajuk Borobudur Writers and Cultur Festival 2012.
Agenda tersebut akan diselenggarakan pada tanggal 29 sampai 31 Oktober di Komplek Taman Wisata Candi Borobudur, Magelang. Tema yang akan diusung adalah "Musyawarah Akbar Novelis Silat dan Sejarah Nusantara".
Narasumber yang hadir yaitu Arswendo Atmowiloto (penulis Senopati Pamungkas), Seno Gumiro Ajidarma (penulis Nagabumi), Agus Aris Munandar (arkeolog, penulis buku biografi Gajah Mada), Fendi Siregar (fotografer, penapak tilas rute Centhini), Mudji Sutrisno SJ (pengajar studi budaya di Pasca Sarjana UI). Acara ini dimoderatori Seno Joko Suyono (wartawan budaya senior).
Panitia acara, Dorothea Rosa Herliany menambahkan kegiatan ini bertujuan untuk melihat masa silam nusantara dari berbagai sisi. Berbagai perspektif cerita sastra maupun kajian sejarah arkelogis.
"Masih banyak ruang kosong yang belum terungkap dalam sejarah, karena selalu muncul temuan baru dan perspektif baru," ungkapnya.
Dalam kegiatan tersebut juga akan diluncurkan empat novel baru berisi tentang sejarah. Di antaranya Walisongo karya Damar Shashangka. Api Merapi karya Budi Sardjono, La Galigo karya Dul Abdul Rahman, dan "Sabdo Palon dan Noyo Genggong karya Ardian Kresna.(mdk/ian)
● Merdeka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.