Direktur Utama PT Dahana, Harry Sampurno, mengungkapkan lemahnya kekuatan Indonesia disebabkan peralatan perangnya yang sebagian besar masih berasal dari impor.
"Mereka (negara asing) tahu Indonesia kalau perang dua hari selesai," ujarnya di Kementerian BUMN, Jakarta, Jumat (14/3).
Menurutnya, karena berasal dari impor, maka negara lain mengetahui kuantitas dan kualitas senjata yang dimiliki Indonesia. "Ketahuan beli berapa roketnya, pelurunya," ucapnya.
Harry menjelaskan, jika industri militer dalam negeri bisa memproduksi senjata dan alat perang sendiri, maka Indonesia bakal disegani.
Dia mengungkapkan cara itu belum juga terealisasi sampai saat ini. Sebab, produksi Dahana sendiri hanya berkontribusi 5 persen ke militer Tanah Air. Diharapkan pemerintah bisa lebih fokus mendorong perusahaan BUMN lainnya untuk memproduksi senjata dan alat perang demi kekuatan militer dalam menjaga kedaulatan negara.
"Kalau bisa bangun industri militer, harus dibantu PT DI, PT PAL, PT Pindad . Masih kecil kontribusi kita nggak sampai 5 persen," jelasnya.
♞ Merdeka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.