Di Indonesia Dua pesawat jet tempur Sukhoi milik TNI Angkatan Udara (AU) mendarat di runway pangkalan udara Lanud Sultan Hasanuddin, Makassar, Sulawesi Selatan, Senin (28/3).
Negara-negara adidaya seperti Rusia dan AS sejak lama dikenal sebagai negara produsen alat utama sistem persenjataan (Alutsista). Tetapi mungkin belum banyak yang tahu bahwa Indonesia juga memiliki produsen Alutsista yang membuat bom untuk pesawat tempur.
Perusahaan yang memproduksi bom pesawat terbang itu adalah PT Sari Bahari yang berada di Malang. Perusahaan ini didirikan pada 1993 oleh Ricky Hendrik Egam. Perusahaan ini adalah perusahaan swasta yang ditunjuk serta mendapatkan izin untuk memproduksi Alutsista dari Kementrian Pertahanan.
Sejak 2005, perusahaan ini dipercaya menjadi mitra pemasok senjata bagi TNI terutama TNI AU. CEO PT Sari Bahari, Ricky Hendrik Egam mengatakan sebelum mendirikan pabrik, ia lebih dulu berkecimpung menjadi supplier senjata militer.
"Karena sering terjadi embargo maka muncul ide membuat pabrik senjata sendiri," katanya saat ditemui Republika.co.id.
Di samping itu, keberadaan pabrik Alutsista dalam negeri bertujuan mengurangi ketergantungan TNI dan Polri pada Alutsista pada produk luar negeri. Perusahaan yang dipimpinnya memproduksi dua macam bom yaitu bom latih dan bom live.
Sejauh ini Alutsista yang berhasil dibuat perusahaan antara lain Bomb P 100 - 120/practice/live, Warhead Practice Cal. 2,75" PSB Smokey, Container Motor Rocket Cal. 2,75", Mounting Stand Gun For Cal 5,56-12,7", serta folding fin rocket cal. 2,75".
Kekuatan bom hasil produksi anak negeri ini patut diperhitungkan. Sebagai contoh, Bomb P-100 (latih) digunakan untuk latihan pilot pesawat tempur standar Rusia.
Bom latih ini sangat praktis karena dirancang tanpa menggunakan fuze. Bom ini akan menghasilkan asap tebal pada saat mengenai target sehingga memudahkan pilot mengoreksi hasil bombingnya.
Sedangkan Bomb P-100 versi live merupakan bom fragmentasi dengan daya ledak tinggi. Bom ini ditujukan untuk menghancurkan fasilitas pangkalan terbang militer dan kendaraan lapis baja.
Untuk tipe bom live, kata Ricky, perusahaan hanya membuat selongsongnya. Isi selosong/bahan peledak menjadi tanggung jawab BUMN PT Dahana.
Sedangkan untuk bom latih, baik selongsong maupun bahan peledak diproduksi oleh Sari Bahari. Alutsista karya asli Indonesia ini juga sudah diekspor.
"Kami sudah mengekspor kepala roket ke Chili," ujarnya.
Negara-negara adidaya seperti Rusia dan AS sejak lama dikenal sebagai negara produsen alat utama sistem persenjataan (Alutsista). Tetapi mungkin belum banyak yang tahu bahwa Indonesia juga memiliki produsen Alutsista yang membuat bom untuk pesawat tempur.
Perusahaan yang memproduksi bom pesawat terbang itu adalah PT Sari Bahari yang berada di Malang. Perusahaan ini didirikan pada 1993 oleh Ricky Hendrik Egam. Perusahaan ini adalah perusahaan swasta yang ditunjuk serta mendapatkan izin untuk memproduksi Alutsista dari Kementrian Pertahanan.
Sejak 2005, perusahaan ini dipercaya menjadi mitra pemasok senjata bagi TNI terutama TNI AU. CEO PT Sari Bahari, Ricky Hendrik Egam mengatakan sebelum mendirikan pabrik, ia lebih dulu berkecimpung menjadi supplier senjata militer.
"Karena sering terjadi embargo maka muncul ide membuat pabrik senjata sendiri," katanya saat ditemui Republika.co.id.
Di samping itu, keberadaan pabrik Alutsista dalam negeri bertujuan mengurangi ketergantungan TNI dan Polri pada Alutsista pada produk luar negeri. Perusahaan yang dipimpinnya memproduksi dua macam bom yaitu bom latih dan bom live.
Sejauh ini Alutsista yang berhasil dibuat perusahaan antara lain Bomb P 100 - 120/practice/live, Warhead Practice Cal. 2,75" PSB Smokey, Container Motor Rocket Cal. 2,75", Mounting Stand Gun For Cal 5,56-12,7", serta folding fin rocket cal. 2,75".
Kekuatan bom hasil produksi anak negeri ini patut diperhitungkan. Sebagai contoh, Bomb P-100 (latih) digunakan untuk latihan pilot pesawat tempur standar Rusia.
Bom latih ini sangat praktis karena dirancang tanpa menggunakan fuze. Bom ini akan menghasilkan asap tebal pada saat mengenai target sehingga memudahkan pilot mengoreksi hasil bombingnya.
Sedangkan Bomb P-100 versi live merupakan bom fragmentasi dengan daya ledak tinggi. Bom ini ditujukan untuk menghancurkan fasilitas pangkalan terbang militer dan kendaraan lapis baja.
Untuk tipe bom live, kata Ricky, perusahaan hanya membuat selongsongnya. Isi selosong/bahan peledak menjadi tanggung jawab BUMN PT Dahana.
Sedangkan untuk bom latih, baik selongsong maupun bahan peledak diproduksi oleh Sari Bahari. Alutsista karya asli Indonesia ini juga sudah diekspor.
"Kami sudah mengekspor kepala roket ke Chili," ujarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.