Pertemuan 2+2 di Bali Kapal perang milik Australia HMAS Yarra-M 87 bersandar di Dermaga Hatta Pelabuhan Soekarno-Hatta, Makassar, Sulawesi Selatan, Rabu (26/10/2016). Kapal perang penyapu ranjau itu sebelumnya melakukan pelayaran ke Malaysia dan Singapura, dan transit untuk mengisi bahan bakar dan menjalankan misi persahabatan. (ANTARA FOTO/Dewi Fajriani) ☆
Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu mengatakan Indonesia dan Australia akan mempererat hubungan militer dalam pertemuan 2+2 di Bali pada Jumat (28/10).
"Kita paling tidak bagaimana Laut China Selatan, bagaimana ancaman teroris. Itu musuh bersama harus dibahas itu. Kita pererat hubungan yang benar, tidak ada yang lain-lain," kata Ryamizard ditemui usai jumpa pers "Dua Tahun Kerja Nyata Jokowi-JK" di Gedung Bina Graha, Kementerian Sekretariat Negara, Jakarta pada Kamis.
Ryamizard menjelaskan menteri pertahanan Australia juga mengajak dia mengunjungi tempat militer, seperti markas marinir di Kota Darwin yang dilakukan untuk menunjukkan keterbukaan militer masing-masing negara.
Menhan menambahkan dirinya akan berdiskusi dengan Australia mengenai isu negara-negara yang mendukung Papua untuk memisahkan diri agar tidak saling mengganggu.
"Saya tidak akan pernah ikut campur negara lain, negara lain tidak boleh ikut campur negara kita," ujar Ryamizard.
Menteri Pertahanan tidak menolak jika Australia mengajak latihan militer bersama untuk menangkal ancaman keamanan di kawasan maupun global.
Indonesia juga sudah berdiskusi dengan Malaysia dan FIlipina untuk dapat bersama-sama mengatasi ancaman yang berpotensi terjadi di Laut Sulu seperti halnya pembajakan yang beberapa waktu terakhir kerap terjadi.
Pertemuan 2+2 telah dilakukan sebanyak tiga kali dengan tujuan untuk memperkuat kerja sama dan meningkatkan kepercayaan di sektor militer antar negara-negara.
Pada 2015, pertemuan 2+2 dilakukan bersama Jepang di Kota Tokyo pada 17 Desember.
Terdapat tiga kluster utama yang dibahas dalam 2+2 2015 yaitu kluster regional, global dan bilateral.
Kluster regional mencakup perkembangan politik dan keamanan di kawasan Asia, termasuk masalah Laut China Selatan, kebijakan militer baru Jepang, dan tindak lanjut hasil-hasil Pertemuan Tingkat Tinggi Asia Timur (EAS) di Kuala Lumpur November 2015.
Dalam isu global, Indonesia dan Jepang sama-sama kontributor aktif bagi pasukan perdamaian PBB.
Sementara dalam tataran bilateral, hal yang dibahas adalah upaya peningkatan kerja sama ekonomi dan pertahanan.
Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu mengatakan Indonesia dan Australia akan mempererat hubungan militer dalam pertemuan 2+2 di Bali pada Jumat (28/10).
"Kita paling tidak bagaimana Laut China Selatan, bagaimana ancaman teroris. Itu musuh bersama harus dibahas itu. Kita pererat hubungan yang benar, tidak ada yang lain-lain," kata Ryamizard ditemui usai jumpa pers "Dua Tahun Kerja Nyata Jokowi-JK" di Gedung Bina Graha, Kementerian Sekretariat Negara, Jakarta pada Kamis.
Ryamizard menjelaskan menteri pertahanan Australia juga mengajak dia mengunjungi tempat militer, seperti markas marinir di Kota Darwin yang dilakukan untuk menunjukkan keterbukaan militer masing-masing negara.
Menhan menambahkan dirinya akan berdiskusi dengan Australia mengenai isu negara-negara yang mendukung Papua untuk memisahkan diri agar tidak saling mengganggu.
"Saya tidak akan pernah ikut campur negara lain, negara lain tidak boleh ikut campur negara kita," ujar Ryamizard.
Menteri Pertahanan tidak menolak jika Australia mengajak latihan militer bersama untuk menangkal ancaman keamanan di kawasan maupun global.
Indonesia juga sudah berdiskusi dengan Malaysia dan FIlipina untuk dapat bersama-sama mengatasi ancaman yang berpotensi terjadi di Laut Sulu seperti halnya pembajakan yang beberapa waktu terakhir kerap terjadi.
Pertemuan 2+2 telah dilakukan sebanyak tiga kali dengan tujuan untuk memperkuat kerja sama dan meningkatkan kepercayaan di sektor militer antar negara-negara.
Pada 2015, pertemuan 2+2 dilakukan bersama Jepang di Kota Tokyo pada 17 Desember.
Terdapat tiga kluster utama yang dibahas dalam 2+2 2015 yaitu kluster regional, global dan bilateral.
Kluster regional mencakup perkembangan politik dan keamanan di kawasan Asia, termasuk masalah Laut China Selatan, kebijakan militer baru Jepang, dan tindak lanjut hasil-hasil Pertemuan Tingkat Tinggi Asia Timur (EAS) di Kuala Lumpur November 2015.
Dalam isu global, Indonesia dan Jepang sama-sama kontributor aktif bagi pasukan perdamaian PBB.
Sementara dalam tataran bilateral, hal yang dibahas adalah upaya peningkatan kerja sama ekonomi dan pertahanan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.