Ilustrasi Hanggar PT DI ☆
PT Dirgantara Indonesia (PTDI) terus melakukan penjualan pesawat ke luar negeri alias ekspor. BUMN produsen pesawat ini tidak mau bergantung lagi pada uang negara untuk pengembangan bisnisnya.
"Penjualan kita agak menurun dari tahun 2015 ke 2016. Karena ada banyak perubahan dari renstra (rencana strategis) dan keterbatasan budget negara. Oleh karena itu, di 2015 kita sudah kencang penetrasi ke luar negeri. Jadi kita tidak bisa tergantung lagi kepada renstra atau APBN," ujar Direktur Niaga dan Restrukturisasi PTDI, Budiman Saleh, kepada detikFinance saat ditemui di Gedung DPR, Jakarta, Kamis malam (27/10/2016).
Ia mengatakan, hingga akhir tahun ini, PTDI menargetkan akan mengeksor pesawat untuk tiga negara, yaitu Thailand, Senegal, dan Filipina. Masing-masing dengan tipe pesawat yang berbeda. Dua unit N212 untuk Thailand, 2 unit CN235 untuk Senegal, dan 6 unit NC212 untuk Filipina.
"Senegal ada dua lagi, order yang akan kita delivery di bulan Desember ini merupakan repeat order untuk pesawat CN235. Lalu Thailand 2 unit NC212, dan Filipina juga kalau bisa kita selesaikan settlement termination contract-nya, kita akan bisa dapatkan kontrak berikutnya, karena dalam perencanaannya mereka masih membutuhkan sekitar 6 pesawat lagi," katanya.
"Jadi sampai akhir tahun ini kita targetkan tambahan order untuk 2 unit 212 Thailand, dari Senegal (2 unit CN235), dan dari Filipina (6 unit NC212)," jelasnya.
Pesawat CN295 pesanan Polri dalam tahap penyelesaian di PT DI [Hindawan H]
Selain negara-negara tersebut, PTDI juga tengah mengincar kerja sama dengan sejumlah negara lainnya seperti Uni Emirat Arab, dan Korea Selatan yang juga menjadi pelanggan setia BUMN pesawat terbang ini. Korea Selatan sendiri sudah mengoperasikan 12 unit N235, dan masih ada potensi 4 sampai 6 lagi untuk kebutuhan pertahanan negara tersebut.
Khusus untuk Uni Emirat Arab, Direktur Utama PTDI, Budi Santoso mengatakan, negara tersebut menginginkan adanya pesawat baru modifikasi dari CN235. Pesawat jenis ini sendiri telah digunakan sejak tahun 1993 oleh negara ini.
"Saya kemarin juga baru pulang dari Abu Dhabi. Di sana dia pakai CN235 buatan PTDI tahun 93-95. Jadi 20 tahun lebih. Dan mereka sangat puas. Mereka ingin sesuatu yang baru sekarang untuk menggantikan," ungkapnya dalam kesempatan yang sama.
Kondisi keuangan PTDI sendiri mulai membaik setelah di 2012 mendapatkan Penyertaan Modal Negara (PMN) sebesar Rp 1,4 triliun. Dengan adanya PMN tersebut, perusahaan kembali mendapatkan kepercayaan dari bank untuk mendapatkan pendanaan, dan dari customer untuk melakukan pengembangan rencana perusahaan.
"Dengan adanya PMN, kita punya kepercayaan dari bank untuk pinjam uang ke bank, dan customer bisa percaya bahwa kita bisa kerjakan," jelas Budi. (drk/wdl)
PT Dirgantara Indonesia (PTDI) terus melakukan penjualan pesawat ke luar negeri alias ekspor. BUMN produsen pesawat ini tidak mau bergantung lagi pada uang negara untuk pengembangan bisnisnya.
"Penjualan kita agak menurun dari tahun 2015 ke 2016. Karena ada banyak perubahan dari renstra (rencana strategis) dan keterbatasan budget negara. Oleh karena itu, di 2015 kita sudah kencang penetrasi ke luar negeri. Jadi kita tidak bisa tergantung lagi kepada renstra atau APBN," ujar Direktur Niaga dan Restrukturisasi PTDI, Budiman Saleh, kepada detikFinance saat ditemui di Gedung DPR, Jakarta, Kamis malam (27/10/2016).
Ia mengatakan, hingga akhir tahun ini, PTDI menargetkan akan mengeksor pesawat untuk tiga negara, yaitu Thailand, Senegal, dan Filipina. Masing-masing dengan tipe pesawat yang berbeda. Dua unit N212 untuk Thailand, 2 unit CN235 untuk Senegal, dan 6 unit NC212 untuk Filipina.
"Senegal ada dua lagi, order yang akan kita delivery di bulan Desember ini merupakan repeat order untuk pesawat CN235. Lalu Thailand 2 unit NC212, dan Filipina juga kalau bisa kita selesaikan settlement termination contract-nya, kita akan bisa dapatkan kontrak berikutnya, karena dalam perencanaannya mereka masih membutuhkan sekitar 6 pesawat lagi," katanya.
"Jadi sampai akhir tahun ini kita targetkan tambahan order untuk 2 unit 212 Thailand, dari Senegal (2 unit CN235), dan dari Filipina (6 unit NC212)," jelasnya.
Pesawat CN295 pesanan Polri dalam tahap penyelesaian di PT DI [Hindawan H]
Selain negara-negara tersebut, PTDI juga tengah mengincar kerja sama dengan sejumlah negara lainnya seperti Uni Emirat Arab, dan Korea Selatan yang juga menjadi pelanggan setia BUMN pesawat terbang ini. Korea Selatan sendiri sudah mengoperasikan 12 unit N235, dan masih ada potensi 4 sampai 6 lagi untuk kebutuhan pertahanan negara tersebut.
Khusus untuk Uni Emirat Arab, Direktur Utama PTDI, Budi Santoso mengatakan, negara tersebut menginginkan adanya pesawat baru modifikasi dari CN235. Pesawat jenis ini sendiri telah digunakan sejak tahun 1993 oleh negara ini.
"Saya kemarin juga baru pulang dari Abu Dhabi. Di sana dia pakai CN235 buatan PTDI tahun 93-95. Jadi 20 tahun lebih. Dan mereka sangat puas. Mereka ingin sesuatu yang baru sekarang untuk menggantikan," ungkapnya dalam kesempatan yang sama.
Kondisi keuangan PTDI sendiri mulai membaik setelah di 2012 mendapatkan Penyertaan Modal Negara (PMN) sebesar Rp 1,4 triliun. Dengan adanya PMN tersebut, perusahaan kembali mendapatkan kepercayaan dari bank untuk mendapatkan pendanaan, dan dari customer untuk melakukan pengembangan rencana perusahaan.
"Dengan adanya PMN, kita punya kepercayaan dari bank untuk pinjam uang ke bank, dan customer bisa percaya bahwa kita bisa kerjakan," jelas Budi. (drk/wdl)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.