Ribuan warga Jakarta kunjungi kapal Italia ITS CarabienereKapal perang fregat Angkatan Laut Italia, ITS Carabiniere/F-593 saat membuka pintu untuk kunjungan umum, di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, saat jam kunjungan berakhir, Minggu. (ANTARA News/Ade P Marboen) ☆
Barisan pengunjung kapal perang kelas fregat Angkatan Laut Italia, FREMM Carabienere/F-593, mengular di tepi dermaga Pelabuhan Internasional Peti Kemas Tanjung Priok, Jakarta Utara, Minggu. Ini adalah hari terakhir kunjungan publik terbuka (open ship) ke kapal perang itu sebelum dia bertolak ke Singapura.
Barisan warga Jakarta dan sekitarnya itu sudah mengular sejak sebelum pukul 10.00 WIB. “Pintu kapal baru dibuka pada pukul 10.00 WIB dan berakhir 12.00 WIB. Setelah itu dibuka lagi pukul 14.00-18.30 WIB,” kata salah seorang petugas agen yang melayani keperluan kapal perang itu selama di Jakarta.
Di depan ITS Carabiniere/F-593, bertambat kapal perang survei hidrografi-oseanografi TNI AL, KRI Rigel-933.
Dua hari sebelumnya, kapal perang fregat TNI AL kelas SIGMA, KRI Diponegoro-365, yang sering dikerahkan untuk misi PBB di perairan berkonflik internasional, juga bertambat di depan kapal fregat Italia yang ukurannya mendekati kelas destroyer ini.
Pada Minggu siang itu, sebagian demi sebagian warga Jakarta pengunjung yang berdiri tertib di bawah siraman cahaya matahari yang sangat terik dapat menaiki anak tangga kapal perang yang dikategorikan sebagai fregat multi peran alias FREMM (Frégate Européenne Multi-Mission/Prancis) atau dalam bahasa Italia, Fregata europea multi-missione.
Terakhir kali kapal perang Angkatan Laut Italia mampir ke Indonesia adalah pada 1997, saat ITS Artigliere/F-582 (kelas Lupo yang telah ditarik dari dinas aktif) dan ITS Zeffiro/F-577 (kelas Maestra).
Kelas fregat kelas Bergamini dengan ITS Carabiniere/F-597 di dalamnya ini termasuk baru dalam doktrin pengerahan kapal perang dan operasi terpadu dari dimensi maritim.
Komandan ITS Carabiniere/F-593, Commander (setara letnan kolonel) Francesco Pagnotta, adalah komandan kedua kapal perang rancangan bersama Italia dan Prancis ini, melalui raksasa manufaktur kapal perang dunia, Fincantieri dan DNCS.
Dia katakan, “Berbagai misi dapat kami emban dan kami mendapat semua fasilitas itu di dalam kapal perang ini. Mulai dari misi operasi dukungan, kerja sama operasi internasional, diplomasi angkatan laut-militer, hingga tugas promosi keperluan industri pertahanan kami.”
Dia memberi contoh soal penanganan banjir pengungsi Timur Tengah pasca ISIS merebut sebagian Irak dan Suriah. Para pengungsi itu menyerbu daratan Eropa melintasi Laut Mediterania dan Italia menjadi tujuan mereka yang paling jamak dituju.
Berita-berita soal itu sangat mudah dijumpai sejak 2013, dan Angkatan Laut Italia terbilang aktif melakukan tugas kemanusiaan menolong mereka.
“Banyak operasi terkait hal itu, secara sendirian oleh Italia ataupun gabungan dengan negara Eropa di kawasan. Misalnya Operasi Mare Nostrum pada 2013-2014, Operasi Triton sejak 2014 sampai kini, Operasi Mare Sicuro pada 2015 sampai sekarang, dan Eunavfor Med sejak Juni 2015,” katanya.
Dari sisi pertahanan pasif dan aktif, ITF Carabiniere/F-593 didedikasikan sebagai kapal fregat anti kapal bawah permukaan alias kapal selam.
Secara fisik, dia memerlukan draft (bagian kapal yang terendam air laut) sedalam sembilan meter, dan di ujung lunas di bawah haluan kapal berbobot mati 6.700 ton itulah terletak perangkat andalan untuk mengendus secara 3D keberadaan kapal perang lawan, melalui instrumen Thales 4249 dan Thales CAPTAS 4249.
Perangkat ini dioperasikan dari ruang pengendalian pertempuran, yang tidak boleh difoto dalam bentuk apapun oleh siapapun. Di dalam ruang operasi ini terdapat berbagai instrumen sensor lain yang tidak kalah canggih dengan sajian informasi yang sangat mudah dipahami.
Thales 4249 dan Thales CAPTAS 4249 ini dikombinasikan dengan peluru kendali Milas dari MBDA serta peluncur WASS Triple B-515/3 untuk torpedo tipe MU 90. Jika diperlukan, dua helikopter SH-90 (versi maritim dari NH-90 dari Leonardo, Fokker Helicopter, dan Airbus Helicopter), siap diterbangkan untuk mengendus kapal-kapal selam itu.
Dari sisi pertahanan udara, ITS Carabiniere/F-593 dilengkapi peluru kendali wahana udara SYLVER A43 VLS sebanyak 16 sel yang dibenamkan di dalam geladak di depan anjungan, di belakang kanon 76 milimeter Davide OTO Melara-Oerlikon, yang juga buatan Italia.
Yang juga tidak kalah menyeramkan bagi musuh mereka adalah peluru kendali kapal permukaan, Teseo/Otomat Mk-2/A.
Dilihat secara kasat mata, di ujung paling atas dari menara utama kapal, terdapat sistem radar EMPAR (European Multifunction Phased Array) yang terdiri dari Planar Array dan Multiple Target Trap. Semuanya dilindungi dalam kubah bundar raksasa.
Selain untuk menjalin peningkatan hubungan diplomatik antar kedua negara dan antar warga negara, kunjungan ITS Carabiniere/F-593 ini juga untuk mempromosikan kehadiran industri pertahanan Italia dan perusahaan-perusahaan pendukungnya.
Dengar-dengar, kapal fregat kelas Bergamini (atau fregat kelas Aquitaine di Angkatan Laut Prancis) sepanjang 144 meter ini juga ditawarkan kepada Indonesia untuk melengkapi daftar arsenal TNI AL. Pada sisi ini, Kerajaan Denmark juga mempromosikan hal serupa kepada Indonesia, yaitu kapal fregat kelas Iver Huitfeldt.
Barisan pengunjung kapal perang kelas fregat Angkatan Laut Italia, FREMM Carabienere/F-593, mengular di tepi dermaga Pelabuhan Internasional Peti Kemas Tanjung Priok, Jakarta Utara, Minggu. Ini adalah hari terakhir kunjungan publik terbuka (open ship) ke kapal perang itu sebelum dia bertolak ke Singapura.
Barisan warga Jakarta dan sekitarnya itu sudah mengular sejak sebelum pukul 10.00 WIB. “Pintu kapal baru dibuka pada pukul 10.00 WIB dan berakhir 12.00 WIB. Setelah itu dibuka lagi pukul 14.00-18.30 WIB,” kata salah seorang petugas agen yang melayani keperluan kapal perang itu selama di Jakarta.
Di depan ITS Carabiniere/F-593, bertambat kapal perang survei hidrografi-oseanografi TNI AL, KRI Rigel-933.
Dua hari sebelumnya, kapal perang fregat TNI AL kelas SIGMA, KRI Diponegoro-365, yang sering dikerahkan untuk misi PBB di perairan berkonflik internasional, juga bertambat di depan kapal fregat Italia yang ukurannya mendekati kelas destroyer ini.
Pada Minggu siang itu, sebagian demi sebagian warga Jakarta pengunjung yang berdiri tertib di bawah siraman cahaya matahari yang sangat terik dapat menaiki anak tangga kapal perang yang dikategorikan sebagai fregat multi peran alias FREMM (Frégate Européenne Multi-Mission/Prancis) atau dalam bahasa Italia, Fregata europea multi-missione.
Terakhir kali kapal perang Angkatan Laut Italia mampir ke Indonesia adalah pada 1997, saat ITS Artigliere/F-582 (kelas Lupo yang telah ditarik dari dinas aktif) dan ITS Zeffiro/F-577 (kelas Maestra).
Kelas fregat kelas Bergamini dengan ITS Carabiniere/F-597 di dalamnya ini termasuk baru dalam doktrin pengerahan kapal perang dan operasi terpadu dari dimensi maritim.
Komandan ITS Carabiniere/F-593, Commander (setara letnan kolonel) Francesco Pagnotta, adalah komandan kedua kapal perang rancangan bersama Italia dan Prancis ini, melalui raksasa manufaktur kapal perang dunia, Fincantieri dan DNCS.
Dia katakan, “Berbagai misi dapat kami emban dan kami mendapat semua fasilitas itu di dalam kapal perang ini. Mulai dari misi operasi dukungan, kerja sama operasi internasional, diplomasi angkatan laut-militer, hingga tugas promosi keperluan industri pertahanan kami.”
Dia memberi contoh soal penanganan banjir pengungsi Timur Tengah pasca ISIS merebut sebagian Irak dan Suriah. Para pengungsi itu menyerbu daratan Eropa melintasi Laut Mediterania dan Italia menjadi tujuan mereka yang paling jamak dituju.
Berita-berita soal itu sangat mudah dijumpai sejak 2013, dan Angkatan Laut Italia terbilang aktif melakukan tugas kemanusiaan menolong mereka.
“Banyak operasi terkait hal itu, secara sendirian oleh Italia ataupun gabungan dengan negara Eropa di kawasan. Misalnya Operasi Mare Nostrum pada 2013-2014, Operasi Triton sejak 2014 sampai kini, Operasi Mare Sicuro pada 2015 sampai sekarang, dan Eunavfor Med sejak Juni 2015,” katanya.
Dari sisi pertahanan pasif dan aktif, ITF Carabiniere/F-593 didedikasikan sebagai kapal fregat anti kapal bawah permukaan alias kapal selam.
Secara fisik, dia memerlukan draft (bagian kapal yang terendam air laut) sedalam sembilan meter, dan di ujung lunas di bawah haluan kapal berbobot mati 6.700 ton itulah terletak perangkat andalan untuk mengendus secara 3D keberadaan kapal perang lawan, melalui instrumen Thales 4249 dan Thales CAPTAS 4249.
Perangkat ini dioperasikan dari ruang pengendalian pertempuran, yang tidak boleh difoto dalam bentuk apapun oleh siapapun. Di dalam ruang operasi ini terdapat berbagai instrumen sensor lain yang tidak kalah canggih dengan sajian informasi yang sangat mudah dipahami.
Thales 4249 dan Thales CAPTAS 4249 ini dikombinasikan dengan peluru kendali Milas dari MBDA serta peluncur WASS Triple B-515/3 untuk torpedo tipe MU 90. Jika diperlukan, dua helikopter SH-90 (versi maritim dari NH-90 dari Leonardo, Fokker Helicopter, dan Airbus Helicopter), siap diterbangkan untuk mengendus kapal-kapal selam itu.
Dari sisi pertahanan udara, ITS Carabiniere/F-593 dilengkapi peluru kendali wahana udara SYLVER A43 VLS sebanyak 16 sel yang dibenamkan di dalam geladak di depan anjungan, di belakang kanon 76 milimeter Davide OTO Melara-Oerlikon, yang juga buatan Italia.
Yang juga tidak kalah menyeramkan bagi musuh mereka adalah peluru kendali kapal permukaan, Teseo/Otomat Mk-2/A.
Dilihat secara kasat mata, di ujung paling atas dari menara utama kapal, terdapat sistem radar EMPAR (European Multifunction Phased Array) yang terdiri dari Planar Array dan Multiple Target Trap. Semuanya dilindungi dalam kubah bundar raksasa.
Selain untuk menjalin peningkatan hubungan diplomatik antar kedua negara dan antar warga negara, kunjungan ITS Carabiniere/F-593 ini juga untuk mempromosikan kehadiran industri pertahanan Italia dan perusahaan-perusahaan pendukungnya.
Dengar-dengar, kapal fregat kelas Bergamini (atau fregat kelas Aquitaine di Angkatan Laut Prancis) sepanjang 144 meter ini juga ditawarkan kepada Indonesia untuk melengkapi daftar arsenal TNI AL. Pada sisi ini, Kerajaan Denmark juga mempromosikan hal serupa kepada Indonesia, yaitu kapal fregat kelas Iver Huitfeldt.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.