Oleh: Wahyu Hutomo
Sebenarnya ini cerita yang saya
tuliskan dari seorang anggota TNI sebut saja (But) yang mana bisa
dikatakan beliau adalah merupakan tetangga saya. Memang lebih tepatnya
cerita ini hanya sekedar cerita ringan yang mana terkadang menjadi
selingan di tengah-tengah obrolan bersama. Apabila hanya sekedar
mendengar ataupun sekedar mengetahui cerita-cerita dari seorang
prajurit, aparat ataupun siapapun yang berhubungan dengan tugas
utamanya, memang terkadang terkesan biasa-biasa saja, apalagi apabila
ceritanya hanya monoton dan terkesan didramatisir. Namun entah bakat
terpendam , terpencar ataupun terkubur, di dalam menceritakan
pengalaman-pengalamannya, bapak But memang sangat lihai dalam melihat
pangsa pasar, terutama kaum muda yang terkadang kurang tertarik dengan
hal-hal semacam itu.
Semua di awali dari pak But yang ditugaskan ke tempat konflik pada kurang lebih 11 atau 10 tahun lalu. “ya, namanya juga manusia, pasti ada rasa cemas, takut, was-was di sana, apalagi keluarga di rumah” ujar ringan pak But. Sesampainya di tempat konflik tersebut, para prajurit yang diberangkatkan dari markas masing-masingpun lantas diberi penugasan masing-masing, termasuk juga kopral But. Hingga pada suatu hari datanglah saat dimana menjadi salah satu bagian momen yang sangat mengujinya. Singkat cerita, pada saat itu, kopral But sedang makan siang dengan salah seorang rekannya. Tidak beberapa lama, datanglah sekelompok orang yang mereka duga sebagai bagian dari orang yang seharusnya mereka cari. Karena kalah jumlah, serta persenjataan, entah mengapa tiba-tiba rekan kopral But tadi seperti hilang di telan Bumi. Yang mana setelah ditemui kembali oleh kopral But, rekannya tadi mengaku bahwa ia ingin ke kamar kecil, “tapi kok cepet banget (batin)” kata kopral But.
Namun dengan santainya kopral But yang dikenal gagah berani serta lumayan perkasa ini tetap melanjutkan makan siangnya dengan nyaman. “Memang saat itu di luar tugas sih, tapi kalau kamu pasti sudah kejang-kejang ketakutan” celetuk kopral santai. Untung seribu untung, sang kopral pun selamat dari kontak senjata. Ia pun selamat di minggu pertama dalam penugasannya tersebut. Di hari lainya, ternyata sang komandan memberikan penugasan kepada beberapa prajurit untuk melakukan penyerbuan, yang mana kopral But pun turut serta di dalamnnya. Saat penyerbuan terjadi, tiba-tiba “dhoorr” letusan pelor musuh pun meletus. Dan disusul dengan rentetan tembakan lainnya. Tiba-tiba komandan regu yang berada di depan kopral pun tersungkur, satu persatu rekan dan teman karibnya pun jatuh dan bahkan beberapa gugur di medan pertempuran.
Hingga pada suatu hari Ia berhasil menyelamatkan diri dan berlari ke suatu tempat. Berada pada keadan yang sangat mendesak dan tidak serta merta dapat kembali ke pos dan menghindari jangkauan musuh, kopral But pikir ini yang mengharuskannya bertahan dengan keadaan yang ada. Dan sampailah Ia di sebuah Puskesmas, dalam penyamarannya, Ia meminta 5 botol Infus kepada perawat. Apa yang dilakukannya?, ternyata sang kopral meminum cairan infus tadi untuk sekedar melepas dahaga. Dan tidak disadarinya, ternyata cairan Infus tadi bisa menahannya bahkan untuk tidak makan selama tiga hari. Dan untunglah keadaan berangsur-angsur aman, sehingga Ia pun dapat kembali ke pos dalam keadaan selamat. Namun kopral But tidak menyangka bahwa temannya satu markas terkaget-kaget saat melihat sosoknya. Ternyata di pos sendiri, sebenarnya kopral But sudah dikabarkan hilang kontak dan bahkan sudah dikabarkan tewas. Dengan perasaan yang senang namun jengkel dan sedikit galau itu, akhirnya sang kopral pun kembali disambut dengan gembira pula oleh rekan-rekan.
Itulah salah satu bagian dari cerita-cerita panjang kopral But. Singkat cerita, kopral But dapat dengan selamat menjalani penugasan-penugasannya di daerah-daerah atau yang biasa Ia sebut titik rawan itu. Dan selamat pula kembali ke markas hinnga sekarang, dan sampai cerita ini saya tuliskan, masih terdapat beberapa sisa-sisa perang yang membekas pada Kopral But, yang Ia tidak mau menjelaskan secara detail sebabnya. Dan sekali lagi Ia sangat bersyukur atas keselamatan yang masih membawanya hingga sekarang
Ilustrasi |
Semua di awali dari pak But yang ditugaskan ke tempat konflik pada kurang lebih 11 atau 10 tahun lalu. “ya, namanya juga manusia, pasti ada rasa cemas, takut, was-was di sana, apalagi keluarga di rumah” ujar ringan pak But. Sesampainya di tempat konflik tersebut, para prajurit yang diberangkatkan dari markas masing-masingpun lantas diberi penugasan masing-masing, termasuk juga kopral But. Hingga pada suatu hari datanglah saat dimana menjadi salah satu bagian momen yang sangat mengujinya. Singkat cerita, pada saat itu, kopral But sedang makan siang dengan salah seorang rekannya. Tidak beberapa lama, datanglah sekelompok orang yang mereka duga sebagai bagian dari orang yang seharusnya mereka cari. Karena kalah jumlah, serta persenjataan, entah mengapa tiba-tiba rekan kopral But tadi seperti hilang di telan Bumi. Yang mana setelah ditemui kembali oleh kopral But, rekannya tadi mengaku bahwa ia ingin ke kamar kecil, “tapi kok cepet banget (batin)” kata kopral But.
Namun dengan santainya kopral But yang dikenal gagah berani serta lumayan perkasa ini tetap melanjutkan makan siangnya dengan nyaman. “Memang saat itu di luar tugas sih, tapi kalau kamu pasti sudah kejang-kejang ketakutan” celetuk kopral santai. Untung seribu untung, sang kopral pun selamat dari kontak senjata. Ia pun selamat di minggu pertama dalam penugasannya tersebut. Di hari lainya, ternyata sang komandan memberikan penugasan kepada beberapa prajurit untuk melakukan penyerbuan, yang mana kopral But pun turut serta di dalamnnya. Saat penyerbuan terjadi, tiba-tiba “dhoorr” letusan pelor musuh pun meletus. Dan disusul dengan rentetan tembakan lainnya. Tiba-tiba komandan regu yang berada di depan kopral pun tersungkur, satu persatu rekan dan teman karibnya pun jatuh dan bahkan beberapa gugur di medan pertempuran.
Hingga pada suatu hari Ia berhasil menyelamatkan diri dan berlari ke suatu tempat. Berada pada keadan yang sangat mendesak dan tidak serta merta dapat kembali ke pos dan menghindari jangkauan musuh, kopral But pikir ini yang mengharuskannya bertahan dengan keadaan yang ada. Dan sampailah Ia di sebuah Puskesmas, dalam penyamarannya, Ia meminta 5 botol Infus kepada perawat. Apa yang dilakukannya?, ternyata sang kopral meminum cairan infus tadi untuk sekedar melepas dahaga. Dan tidak disadarinya, ternyata cairan Infus tadi bisa menahannya bahkan untuk tidak makan selama tiga hari. Dan untunglah keadaan berangsur-angsur aman, sehingga Ia pun dapat kembali ke pos dalam keadaan selamat. Namun kopral But tidak menyangka bahwa temannya satu markas terkaget-kaget saat melihat sosoknya. Ternyata di pos sendiri, sebenarnya kopral But sudah dikabarkan hilang kontak dan bahkan sudah dikabarkan tewas. Dengan perasaan yang senang namun jengkel dan sedikit galau itu, akhirnya sang kopral pun kembali disambut dengan gembira pula oleh rekan-rekan.
Itulah salah satu bagian dari cerita-cerita panjang kopral But. Singkat cerita, kopral But dapat dengan selamat menjalani penugasan-penugasannya di daerah-daerah atau yang biasa Ia sebut titik rawan itu. Dan selamat pula kembali ke markas hinnga sekarang, dan sampai cerita ini saya tuliskan, masih terdapat beberapa sisa-sisa perang yang membekas pada Kopral But, yang Ia tidak mau menjelaskan secara detail sebabnya. Dan sekali lagi Ia sangat bersyukur atas keselamatan yang masih membawanya hingga sekarang
(Kompasiana)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.