Tidak ada seorang komandan yang
menginginkan anak buahnya gugur. Demikian juga yang dirasakan oleh
Danlanud Halim Perdanakusuma Marsma TNI A. Adang Supriyadi. Kamis pagi
21 Juni 2012, Lanud Halim baru saja beres melaksanakan latihan puncak
tingkat lanud bersandi Rajawali Perkasa 2012. Latihan tahunan yang
diakhiri dengan manuver lapangan itu berlangsung lancar dan sukses
hingga upacara penutupan.
Namun, kebahagiaan tak berlangsung lama. Siang hari pukul 14.42 WIB segenap jajaran Lanud Halim dikejutkan oleh berita jatuhnya pesawat Fokker F27 milik Skadron Udara 2 dengan registrasi A-2708. Danlanud segera meluncur ke lokasi jatuhnya pesawat di Jl. Branjangan, Kompleks Rajawali. Di sana api sudah membumbung tinggi, menghanguskan sembilan rumah, dua di antaranya tertimpa pesawat.
Danlanud terhenyak, amat tidak menyangka. “Saya ini paling sering turun ke bawah, mengingatkan kepada jajaran soal safety. Tapi toh musibah terjadi juga,” ujar Danlanud tercekat. Siang itu Mayor Pnb Heri Setyawan sebagai instruktur senior di Skadron Udara 2 tengah membimbing dua juniornya melakukan latihan profisiensi. Penerbangan dilakukan dua sorti siang hari karena pagi harinya ada upacara.
Siswa pertama Lettu Pnb Paulus berlatih on seat pada sorti pertama, dilanjutkan sorti kedua oleh Letda Pnb Syahroni. Mereka bertiga ditambah empat kru pesawat yang lain, yakni Kaptek Tek Agus Supriadi (Stukpa), Serma Simulahto (JMU-1), Serka Wahyudi (JMU-2), dan Sertu Purwo (LM). Setiap siswa melakukan latihan touch and go sekitar delapan kali. Latihan untuk penerbang pertama sudah selesai dilaksanakan. “Ini adalah latihan rutin, biasa dilaksanakan berulang kali tidak saja oleh Skadron Udara 2, tapi juga oleh Skadron Udara 31 maupun Skadron Udara 17,” tambah Danlanud yang pernah menjadi Komandan Skadron Udara 2 dan mengantongi 7.000-an jam di F27 ini.
Mengapa musibah bisa terjadi dan mengakibatkan gugurnya tujuh personel TNI AU serta empat warga sipil? Danlanud Halim menggelengkan kepala terdiam. Yang jelas, saat ini tim PPKPU (Panitia Penyelidik Kecelakaan Pesawat Udara) sedang bekerja melakukan penyelidikan. Tim diketuai oleh seorang perwira menengah berpangkat kolonel beranggotakan 19 orang yang ditunjuk meliputi lima bidang penyelidikan yaitu materiil, media, manusia, manajemen, dan misi atau biasa disebut 5M. Dalam waktu kurang lebih tiga bulan tim akan melaporkan temuan dan rekomendasinya Kepada KSAU. Sebelum itu, hasil penyelidikan akan disidangkan di depan Dewan Lambangja, diketuai oleh Wakil KSAU beranggotakan perwira tinggi bintang dua dan pejabat yang ditunjuk.
Pesawat Fokker 27 yang dioperasikan oleh Skadron Udara 2 sejak tahun 1976 ada delapan pesawat. Sebanyak tiga unit jatuh, yaitu dengan registrasi A-2702, A-2703, dan A-2708. Sisa lima unit lagi sebenarnya tengah dalam proses perawatan dan penghidupan. Namun apakah apakah pesawat ini akan di-grounded permanen atau bersifat sementara hingga penyelidikan usai, belum ditentukan secara pasti.
Saat ini Skadron Udara 2 sedang
menunggu datangnya pesawat C295 buatan Airbus Military, Spanyol. Empat
penerbang TNI AU telah dikirim sejak 9 Juli lalu ke Spanyol untuk
melaksanakan ground school dan terbang konversi ke pesawat C295 di
Airbus Military Training Center, Sevilla, Spanyol. Mereka adalah
Komandan Skadron Udara 2 Letkol Pnb Elistar Silaen, Mayor Pnb Destianto,
Mayor Pnb Trinanda, dan Kapten Pnb Reza Fahlefie.
Dari PT Dirgantara Indonesia juga turut diberangkatkan dua penerbang uji, yaitu Captain Esther Gayatri Saleh, dan Capt Novista Mafriando, serta flight test engineer Heru Riadi Soenardi. Dijadwakan, pada akhir September 2012 dua pesawat C295 akan datang dan bergabung dengan jajaran Skadron Udara 2. Fasilitas hanggarnya saat ini tengah dalam pembangunan di sebelah shelter Skadron Udara 31.
Tahun ini Skadron Udara 2 juga berencana menghidupkan sisa empat pesawat CN235. Skadron Udara 2 mengoperasikan enam unit CN235 buatan PT DI, satu di antaranya jatuh saat digunakan. Sementara satu lagi sedang dalam perbaikan. Empat penerbang Skadron Udara 2 saat ini juga tengah belajar simulator CN235 di Merpati Nusantara, Surabaya.(Roni Sontani)
Namun, kebahagiaan tak berlangsung lama. Siang hari pukul 14.42 WIB segenap jajaran Lanud Halim dikejutkan oleh berita jatuhnya pesawat Fokker F27 milik Skadron Udara 2 dengan registrasi A-2708. Danlanud segera meluncur ke lokasi jatuhnya pesawat di Jl. Branjangan, Kompleks Rajawali. Di sana api sudah membumbung tinggi, menghanguskan sembilan rumah, dua di antaranya tertimpa pesawat.
Danlanud terhenyak, amat tidak menyangka. “Saya ini paling sering turun ke bawah, mengingatkan kepada jajaran soal safety. Tapi toh musibah terjadi juga,” ujar Danlanud tercekat. Siang itu Mayor Pnb Heri Setyawan sebagai instruktur senior di Skadron Udara 2 tengah membimbing dua juniornya melakukan latihan profisiensi. Penerbangan dilakukan dua sorti siang hari karena pagi harinya ada upacara.
Siswa pertama Lettu Pnb Paulus berlatih on seat pada sorti pertama, dilanjutkan sorti kedua oleh Letda Pnb Syahroni. Mereka bertiga ditambah empat kru pesawat yang lain, yakni Kaptek Tek Agus Supriadi (Stukpa), Serma Simulahto (JMU-1), Serka Wahyudi (JMU-2), dan Sertu Purwo (LM). Setiap siswa melakukan latihan touch and go sekitar delapan kali. Latihan untuk penerbang pertama sudah selesai dilaksanakan. “Ini adalah latihan rutin, biasa dilaksanakan berulang kali tidak saja oleh Skadron Udara 2, tapi juga oleh Skadron Udara 31 maupun Skadron Udara 17,” tambah Danlanud yang pernah menjadi Komandan Skadron Udara 2 dan mengantongi 7.000-an jam di F27 ini.
Mengapa musibah bisa terjadi dan mengakibatkan gugurnya tujuh personel TNI AU serta empat warga sipil? Danlanud Halim menggelengkan kepala terdiam. Yang jelas, saat ini tim PPKPU (Panitia Penyelidik Kecelakaan Pesawat Udara) sedang bekerja melakukan penyelidikan. Tim diketuai oleh seorang perwira menengah berpangkat kolonel beranggotakan 19 orang yang ditunjuk meliputi lima bidang penyelidikan yaitu materiil, media, manusia, manajemen, dan misi atau biasa disebut 5M. Dalam waktu kurang lebih tiga bulan tim akan melaporkan temuan dan rekomendasinya Kepada KSAU. Sebelum itu, hasil penyelidikan akan disidangkan di depan Dewan Lambangja, diketuai oleh Wakil KSAU beranggotakan perwira tinggi bintang dua dan pejabat yang ditunjuk.
Pesawat Fokker 27 yang dioperasikan oleh Skadron Udara 2 sejak tahun 1976 ada delapan pesawat. Sebanyak tiga unit jatuh, yaitu dengan registrasi A-2702, A-2703, dan A-2708. Sisa lima unit lagi sebenarnya tengah dalam proses perawatan dan penghidupan. Namun apakah apakah pesawat ini akan di-grounded permanen atau bersifat sementara hingga penyelidikan usai, belum ditentukan secara pasti.
Akhir September
C-295 TNI AU (Airliners) |
Dari PT Dirgantara Indonesia juga turut diberangkatkan dua penerbang uji, yaitu Captain Esther Gayatri Saleh, dan Capt Novista Mafriando, serta flight test engineer Heru Riadi Soenardi. Dijadwakan, pada akhir September 2012 dua pesawat C295 akan datang dan bergabung dengan jajaran Skadron Udara 2. Fasilitas hanggarnya saat ini tengah dalam pembangunan di sebelah shelter Skadron Udara 31.
Tahun ini Skadron Udara 2 juga berencana menghidupkan sisa empat pesawat CN235. Skadron Udara 2 mengoperasikan enam unit CN235 buatan PT DI, satu di antaranya jatuh saat digunakan. Sementara satu lagi sedang dalam perbaikan. Empat penerbang Skadron Udara 2 saat ini juga tengah belajar simulator CN235 di Merpati Nusantara, Surabaya.(Roni Sontani)
(Angkasa)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.