Tarakan – Bandara Juwata Tarakan, tiba-tiba disabotase kelompok tak
dikenal Selasa (13/11) kemarin. Aktivitas bandara langsung lumpuh. Aksi
para teroris ini akhirnya dideteksi TNI, 226 prajurit yang menyerang
langsung head to head. Baku tembak tak terelakkan.
Inilah skenario latihan gabungan (Latgab) TNI yang digelar kemarin di Tarakan. Bila melihat strateginya, TNI tampak mahir menghadapi situasi genting seperti dalam skenario itu.
Penyerbuan prajurit TNI diawali terjunnya pasukan khusus dari 4 pesawat Hercules di atas kawasan Bandara Juwata dan Pangkalan Udara (Lanud) Tarakan sekitar pukul 05.00 pagi. Mereka langsung berpencar membentuk 4 tim yang beranggota 15 orang, menuju 4 objek vital yang akan dibebaskan secara bersamaan. Dalam serbuan itu, 3 objek vital langsung dikuasai.Pada pukul 07.35 Wita, radar Bandara Juwata kembali diganggu oleh para teroris. Desing peluru antara TNI dan musuh kembali bersahutan.
Untuk membantu TNI, 166 personel Paskhas yang menenteng senjata Senapan Serbu 2 (SS2), juga langsung diarahkan menyerbu para teroris.
Supaya bandara bisa segera direbut, hanya berselang 25 menit, mendarat 1 pesawat Hercules yang langsung menurunkan 2 unit mobil, salah satunya jenis Smart Hunter.
Beberapa prajurit Paskhas langsung bergegas mendatangi mobil yang didesain memiliki pemancar radar itu. Mereka mengatur strategi, mengeluarkan peralatan dan senjata, kemudian memasangnya di tiga titik.
Mobil Smart Hunter berfungsi untuk menggantikan fungsi radar Bandara Juwata yang dirusak musuh. Setelah beberapa saat, kendali radar pun dipegang TNI, radar kemudian dapat bekerja kembali.
Menjaga itu, sekeliling mobil Smart Hunter tersebut dipasangi senjata, yang akan langsung menembak ketika pesawat musuh tiba-tiba datang.
Akhirnya pada pukul 08.30 Wita, radar bandara berhasil diamankan. Pertunjukan mobil Smart Hunter itu merupakan puncak latihan gabungan yang turut disaksikan tiga perwira tinggi TNI yakni Brigadir Jenderal Hinza Siburian (Direktur Latihan Komando Pembina Doktrin, Pendidikan dan Latihan/Dirlat Kodiklat), Marsekal Pertama Anang Murdianto (Direktur Pendidikan Kodiklat TNI), dan Marsekal Pertama Mujahidin Harpin Ondeh (Danpuslat Kodiklat TNI).
Hinza Siburian mengatakan, skenario teroris yang menguasai bandara ini, diperlukan untuk mengeluarkan teknik dan strategi yang tepat.
“Kami harus merebut, tetapi (bandara) harus tidak rusak, karena itu dilakukan operasi khusus. Yang kami terjunkan malam hari adalah pasukan khusus untuk mereka melaksanakan, mengembalikan radar dan objek vital agar dapat difungsikan kembali,” terang penerima Adhi Makayasa tahun 1986 ini.
Marsekal Pertama Anang Murdianto menambahkan, sejauh ini, banyak sekali peningkatan peralatan prajurit, termasuk Alat Utama Sistem Persenjataan (Alutista). Seperti pembelian pesawat Hercules, maupun mobil Smart Hunter. Karena itu, prajurit harus terus melakukan latihan rutin agar nyaman menggunakan alat-alat tempur dan mengikuti strategi perang.
“Latihan seperti ini setiap tahun digelar di tempat yang berbeda. Kali ini puncaknya di Tarakan, dan selanjutnya di Sangatta pada 15 November ini. Untuk seluruh prajurit yang dikerahkan dua Latgab ini mencapai 12 ribu personel. Di sana, dari segi peralatan dan personel lebih lengkap,” terang Anang Murdianto.
Inilah skenario latihan gabungan (Latgab) TNI yang digelar kemarin di Tarakan. Bila melihat strateginya, TNI tampak mahir menghadapi situasi genting seperti dalam skenario itu.
Penyerbuan prajurit TNI diawali terjunnya pasukan khusus dari 4 pesawat Hercules di atas kawasan Bandara Juwata dan Pangkalan Udara (Lanud) Tarakan sekitar pukul 05.00 pagi. Mereka langsung berpencar membentuk 4 tim yang beranggota 15 orang, menuju 4 objek vital yang akan dibebaskan secara bersamaan. Dalam serbuan itu, 3 objek vital langsung dikuasai.Pada pukul 07.35 Wita, radar Bandara Juwata kembali diganggu oleh para teroris. Desing peluru antara TNI dan musuh kembali bersahutan.
Untuk membantu TNI, 166 personel Paskhas yang menenteng senjata Senapan Serbu 2 (SS2), juga langsung diarahkan menyerbu para teroris.
Supaya bandara bisa segera direbut, hanya berselang 25 menit, mendarat 1 pesawat Hercules yang langsung menurunkan 2 unit mobil, salah satunya jenis Smart Hunter.
Beberapa prajurit Paskhas langsung bergegas mendatangi mobil yang didesain memiliki pemancar radar itu. Mereka mengatur strategi, mengeluarkan peralatan dan senjata, kemudian memasangnya di tiga titik.
Mobil Smart Hunter berfungsi untuk menggantikan fungsi radar Bandara Juwata yang dirusak musuh. Setelah beberapa saat, kendali radar pun dipegang TNI, radar kemudian dapat bekerja kembali.
Menjaga itu, sekeliling mobil Smart Hunter tersebut dipasangi senjata, yang akan langsung menembak ketika pesawat musuh tiba-tiba datang.
Akhirnya pada pukul 08.30 Wita, radar bandara berhasil diamankan. Pertunjukan mobil Smart Hunter itu merupakan puncak latihan gabungan yang turut disaksikan tiga perwira tinggi TNI yakni Brigadir Jenderal Hinza Siburian (Direktur Latihan Komando Pembina Doktrin, Pendidikan dan Latihan/Dirlat Kodiklat), Marsekal Pertama Anang Murdianto (Direktur Pendidikan Kodiklat TNI), dan Marsekal Pertama Mujahidin Harpin Ondeh (Danpuslat Kodiklat TNI).
Hinza Siburian mengatakan, skenario teroris yang menguasai bandara ini, diperlukan untuk mengeluarkan teknik dan strategi yang tepat.
“Kami harus merebut, tetapi (bandara) harus tidak rusak, karena itu dilakukan operasi khusus. Yang kami terjunkan malam hari adalah pasukan khusus untuk mereka melaksanakan, mengembalikan radar dan objek vital agar dapat difungsikan kembali,” terang penerima Adhi Makayasa tahun 1986 ini.
Marsekal Pertama Anang Murdianto menambahkan, sejauh ini, banyak sekali peningkatan peralatan prajurit, termasuk Alat Utama Sistem Persenjataan (Alutista). Seperti pembelian pesawat Hercules, maupun mobil Smart Hunter. Karena itu, prajurit harus terus melakukan latihan rutin agar nyaman menggunakan alat-alat tempur dan mengikuti strategi perang.
“Latihan seperti ini setiap tahun digelar di tempat yang berbeda. Kali ini puncaknya di Tarakan, dan selanjutnya di Sangatta pada 15 November ini. Untuk seluruh prajurit yang dikerahkan dua Latgab ini mencapai 12 ribu personel. Di sana, dari segi peralatan dan personel lebih lengkap,” terang Anang Murdianto.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.