Astros II (Foto Berita HanKam) |
Sao Paulo - Kondisi alat utama sistem persenjataan yang dimiliki Tentara Nasional Indonesia sudah tak layak lagi. Jika dibandingkan dengan peralatan perang yang dimiliki negara tetangga, kemampuan dan kelengkapan alutsista TNI jauh di bawah mereka. Menghadapi kondisi tersebut High Level Committee pun dibentuk sebagai pendorong pengadaan alutsista TNI.
“HLC itu untuk mempercepat proses modernisasi persenjataan TNI,” ujar Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin yang juga Ketua HLC kepada wartawan KOMPAS M Subhan SD di Sao Paulo, Brasil, Rabu (14/11) malam waktu setempat atau Kamis (15/11) pagi waktu Indonesia.
HLC terbentuk setelah serangkaian rapat kabinet bidang politik, hukum, dan keamanan sepanjang 2011 yang membahas pengadaan alutsista. Cara kerja HLC berupaya mempercepat pengadaan alutsista prioritas, yaitu akselerasi, paralelisasi (pengadaan dan pembiayaan), integrasi (Kementerian Pertahanan dan TNI), koordinasi, dan inspeksi (kunjungan ke produsen).
Dalam kaitan itu, pekan ini Sjafrie bersama rombongan berkunjung ke Brasil, yakni ke Avibras (produsen roket) dan Embraer (produsen pesawat Super Tucano). Sjafrie bersama rombongan melihat dan berdiskusi langsung dengan para produsen alutsista itu tanpa perantara.
Menurut Kepala Badan Sarana Pertahanan Kemhan Mayjen TNI Ediwan Prabowo, pembelian roket tersebut diharapkan terwujud pada 2013. Adapun pesawat Super Tucano 2013. Adapun masih ada delapan unit lagi yang ditunggu dari 16 unit yang dibeli.
Kekuatan pertahanan
Dengan pembelian roket itu ujar Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal TNI Pramono Edhie Wibowo, kekuatan TNI bisa menyamai kekuatan pertahanan negara-negara lain.
“Indonesia sudah lama tidak punya satuan roket seperti digunakan Brasil. Pembelian (roket) dari Avibras ini untuk melengkapi alutsista kita,” kata Edhie. Apalagi, tambah Edhie, kemampuan roket tersebut bisa dikembangkan daya tembaknya dari 95 kilometer menjadi 300 km.
Memang sampai saat ini hampir semua alutsista TNI merupakan pembelian masa lalu sehingga usianya sudah sangat tua sebagai ukuran peralatan perang. Pada masa lalu, kekuatan perang Indonesia sangat dominan dan ditakuti terutama di kawasan Asia Tenggara.
Namun, saat ini kondisi justru tertinggal dari negara-negara tetangga di kawasan tersebut. Misalnya saja tahun ini pesawat TNI AU beberapa kali jatuh pada saat latihan seperti di Halim, Jakarta, dan Pekanbaru, Riau.
Dalam rapat-rapat cabinet bidang politik, hokum, dan keamanan tahun 2011 yang membahas alutsista, pemerintah memutuskan bahwa pemenuhan kebutuhan alutsista TNI diarahkan untuk mencapai kekuatan dasar minimum atau minimum essential force (MEF).
Untuk mendukung percepatan MEF, pemerintah menganggarkan dana sebesar Rp 50 triliun untuk periode 2010-2014. Namun, hingga 2012, anggaran yang direalisasi masih sedikit, yaitu sekitar Rp 17 triliun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.