Bergen, Germany ☆ Satu-naik, dua-naik, eselon kekiri, eselon kekanan dan naik untuk pengamatan. Ini semua adalah formasi formasi bertempur dari Resimen lapis baja Singapura batalyon 48 (48 SAR) yang sedang mengeksekusi dengan tank Leopard 2SG MBT pada latihan penyerbuan panser di Jerman.
Diadakan di dataran Bergen – daerah berlatih NATO – dimana tempat latihan menembak tiga kali lebih jauh dari maksimum tempat latihan menembak di Singapura – latihan pergerakan lapis baja ini ditutup dengan latihan menembak dilevel sub batalyon melibatkan 13 Leopard 2SG MBT yang beroperasi bersama dan didukung oleh bantuan tembakan untuk bekerjasama satu sama lain.
Ini adalah kelima sejak dimulainya ditahun 2009, Latihan penyerangan lapis baja (Exercise Panzer Strikes) diadakan dari 8 April hingga 21 Mei tahun ini. Panzer adalah kata untuk lapis baja dalam bahasa Jerman.
Sejak tahun ini, Angkatan Bersenjata Singapura (SAF) dapat berlatih di Jerman dua kali setahun sebagai bagian dari kesepakatan antara pemerintah Singapura dan Jerman.
Ketika kunjungan perkenalan ke Jerman 22-24 April, Menteri Pertahanan Dr Ng Eng Hen bertemu dengan rekan sejawatnya Dr Thomas de Maiziere di Berlin. Kedua pihak menyepakati hubungan bilateral antara Singapura dan Jerman, dank omit untuk memperkuat dan memperluas kerjasama pertahanan. Dr Ng juga mengapresiasi pemerintah Jerman akan dukungan bagi mereka untuk dapat berlatih di negara Jerman.
Singapura dan Jerman menandatangani Perjanjian Pertahanan pada September 2005 untuk memformalisasikan interaksi kedua belah pihak. Kedua negara berhubungan secara berkala dalam hal pertahanan seperti, kunjungan, pertukaran militer, pembelajaran profesionalisme, dialog kebijaksanaan, dan kerjasama teknologi. Dr de Maiziere akan berpartisipasi tahun ini dalam Dialog Shangri-La, yang akan diselenggarakan dibulan Juni di Singapura.
Sebagai bagian dari kunjungan ke Jerman, Dr Ng akan mengunjungi para prajurit SAF di tempal pelatihan penyerbuan lapis baja pada hari ini.
Untuk Batalyon 48 SAR kompi 2, latihan tahunan ini sangat penting dalam menjaga kesiapan mereka untuk bertugas, ungkap perwira komandan kompi Mayor Lim Han Yong. “Di Singapura, 800 meter adalah jarak maksimum kita dapat menembak kearah target. Sedangkan disini, kita dapat menembak dengan jarak sejauh 2,500 meter.”
Keuntungan lainnya dari luas lahan latihan di Jerman adalah kemampuan untuk dapat menggerakkan dan membidik tank tank mereka pada sasaran bergerak, konfigurasi ini tidak dapat dilakukan sama sekali di Singapura karena keterbatasan lahan. “Hal ini mempertajam pada hal sesungguhnya, dan melatih kompetensi kru kami,” tambah Mayor Lim.
Hal menarik lain dari latihan disana adalah kesempatan untuk menembak amunisi 120mm dari Leopard 2SG MBT. Lance Corporal (LCP) Chad Augustin, yang bertanggung jawab untuk pemasok amunisi atau loader, mengungkapkan pengalaman dia sebagai “luar biasa”.
Berbicara dengan percaya diri sesudah berhasil melakukan beberapa latihan penembakan selevel peleton di Leopard 2SG sebagai bagian dari 4 orang kru, 19 tahun bintara ini berujar: “Latihan di Singapura adalah tentang kesiapan sedangkan disini, tentang pengalaman menembakkan amunisi. Jika anda menanyakan kepada saya dua minggu lalu, Saya mungkin akan mengatakan kepada anda saya mungkin tidak berhasil menjadi loader/pemasok. Tapi sekarang, saya merasa dapat melakukan segala hal.”
Master Warrant Officer (MWO) Lim Siang Yam, Komandan sekolah latihan lapis baja, juga ikut dalam pelatihan penyerangan lapis baja dengan 158 para pelatih dan prajurit, sebagian besar baru saja lulus dari Pelatihan Kadet Spesialis 05/12.
Ini adalah pertama kali prajurit AI (Armoured Infantry) berpartisipasi di Latihan Penyerangan Lapis Baja / Exercise Panzer Strike, dan dalam 3 minggu latihan di Jerman akan melengkapi latihan mereka sebagai spesialis dalam formasi lapis baja.
Di Singapura, para prajurit AI melatih kemampuan mereka di simulator latihan penembakan lapis baja. Walaupun simulator membantu para prajurit menajamkan keahlian penembakan mereka, MWO Lim menuding bahwa membutuhkan lebih dari itu untuk menembak target dalam keadaan statis dan bergerak dalam latihan secara nyata.
“Tingkat kelelahan dan stress mental sangat berbeda dimana mereka mempunyai banyak persiapan sebelum melakukan latihan secara nyata,” kata prajurit berumur 48 tahun ini.
Prajurit AI yang sedang dilatih Jeevan S/O Mahendran mengatakan bahwa sesudah latihan penembakan secara nyata, dia lebih percaya diri mengenai prosedural dalam pengoperasian kendaraan tempur BIONIX IFV, juga sebagai penugasan lainnya seperti sebagai komandan kendaraan, sebagai penembak, dan sebagai prajurit dibelakang. “Saya merasa percaya diri untuk mengurus dan memimpin anak buah saya dimasa datang.”(audacious)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.