TNI juara umum AASAM 2015, Australia enggan tulis di daftar resmi Sang Juara
Tentara Nasional Indonesia (TNI) berhasil mengukir prestasi di dunia internasional, kontingen yang berasal dari Angkatan Darat (TNI AD) ini meraih gelar juara umum dengan merebut 56 medali dalam kejuaraan menembak Australian Army Skill at Arms Meeting (AASAM) 2015. Ke-67 medali itu terdiri dari 30 emas, 16 perak dan 10 perunggu.
Sedangkan, tuan rumah Australia menempati urutan kedua dengan perolehan 4 medali emas, 9 perak dan 6 perunggu. Disusul Amerika Serikat di urutan ketiga dengan 4 emas, 1 perak dan 2 perunggu. TNI bisa dikatakan menang telak dengan selisih sangat jauh dari negara lain.
Dengan prestasi itu, Indonesia kembali mengukuhkan kemenangan untuk ketujuh kalinya secara berturut-turut sejak 2008 sampai 2014 lalu. Dalam kompetisi menembak yang berlangsung tahun ini, Indonesia bersaing dengan 15 tim dari 13 negara, yakni Australia, Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Jepang, Filipina, Thailand, Timor Leste, Singapura, Brunei Darussalam, Kaledonia Baru, dan Tonga.
Di tengah meroketnya prestasi Indonesia dalam kejuaraan internasional ini, namun panitia AASAM 2015 belum juga merilis juaranya. Padahal, kejuaraan sudah berakhir sejak 16 Mei lalu dan sampai kini belum juga menampilkan urutan pemenangnya.
Hal itu terlihat dalam situs resmi AASAM 2015 yang beralamat di www.army.gov.au tidak juga menampilkan hasil rekapitulasi kejuaraan di tiap nomor menembak yang diikuti seluruh negara. Situs ini hanya memuat hasil lomba lima tahun sebelumnya. Jika dirunut ke bawah, TNI hampir selalu menguasai tiga besar setiap nomor menembak.
Tak hanya itu, Laman Facebook komunitas AASAM juga tak menampilkan aksi-aksi tim Indonesia selama kejuaraan berlangsung, kecuali kemenangan pada kejuaraan yang sama setahun lalu. Laman ini lebih banyak menampilkan foto personel militer Australia, AS dan Inggris. Sesekali pula beberapa negara seperti Jepang, Filipina maupun Singapura.
Kepala Staf TNI AD Jenderal Gatot Nurmantyo juga mengakui tuan rumah tak begitu saja menerima kekalahannya. Sampai-sampai mereka meminta senapan TNI diperiksa. Tentu saja Jenderal Gatot menolak.
"Kalau mau diperiksa semua," kata Gatot kesal.Kalah Lomba Tembak, AS dan Australia Minta Senjata TNI AD Dibongkar Tim menembak TNI AD
Tim Indonesia menang mutlak dalam lomba tembak internasional di Australia. Dikalahkan oleh jawara dari TNI AD, tim Amerika Serikat dan tim Australia meminta senjata yang digunakan tim Indonesia dibongkar.
"Memang ada upaya penjegalan. Mereka minta senjata tim kita dicek saat pertandingan. Minta dibongkar," ungkap Kadispen TNI AD Brigjen Wuryanto saat berbincang melalui telepon, Selasa (2/6/2015) malam.
Prestasi tim TNI AD memang patut dibanggakan karena mengharumkan nama Indonesia dalam kancah dunia. Tim berhasil menjadi juara dan menang telak dengan memboyong 30 medali emas, 16 perak dan 10 perunggu dalam Australian Army Skill at Arms Meeting (AASAM) 2015 yang digelar 20-23 Mei lalu itu.
"Kita hasilnya luar biasa. Sepanjang pertandingan upaya menjatuhkan mental tim kita dilakukan secara luar biasa oleh mereka," kata Wuryanto.
Upaya tersebut, dicontohkan Wuryanto, adalah misalnya dengan diskriminasi peraturan terhadap tim TNI AD. Jika peraturan bagi tim AS dan tim Australia dimudahkan, maka beda halnya dengan apa yang didapat tim Indonesia dalam pertandingan tersebut.
"Ada peraturan yang dibeda-bedakan. Kalau untuk mereka dibuat gampang, buat kita dipersulit. Termasuk mereka minta senjata kita dibongkar, tentu saja tidak kita ijinkan," tutur Jenderal Bintang 1 itu.
Entah apa yang membuat tim AS dan tim Australia 'paranoid' seperti itu. Padahal sudah terbukti, selama 8 tahun berturut-turut, tim Indonesia berhasil keluar menjadi juara dalam pertandingan yang sama. Sangat membanggakan!
"Ini tahun ke-8 berturut-turut kita jadi juara. Itu menggetarkan mereka. Walau ada upaya penjegalan, tapi toh kita tetap menang," ucap Wuryanto bangga.
Tim Australia sendiri dalam turnamen AASAM 2015 menduduki peringkat kedua dengan raihan yang terpaut jauh dari tim Indonesia. Angkatan Darat Australia hanya berhasil mendapat 4 medali emas, 9 perak, dan 6 perunggu. Sementara di posisi ketiga, tim AS berhasil mengantongi 4 medali emas, 1 perak, dan 2 perunggu.
Selama perhelatan yang mengarumkan nama Indonesia, tim TNI AD menggunakan 4 jenis senjata. Yaitu senjata buatan dalam negeri produksi PT Pindad jenis SS-2 V-4 Heavy Barrel dan Pistol G-2 (Elite&Combat). Tim juga menggunakan 2 senjata buatan Belgia yakni senapan SO-Minimi dan senapan GPMG (General Purpose Machine Gun), serta senjata sniper AW buatan Inggris.AS dan Australia Minta Senjata Pindad Dibongkar, Canda Menhan: Isinya Bacaan Winner Team
Tim Australia dan Amerika Serikat meminta senjata tim Indonesia dibongkar dalam lomba tembak Australian Army Skill at Armas Meeting (AASAM) 2015. Mereka seolah tak terima dikalahkan telak oleh kontingen dari TNI AD.
Menhan Ryamizard Ryacudu pun menanggapi hal tersebut dengan candaan. Jikalau senjata tim TNI AD benar-benar dibongkar, kata Ryamizard, paling-paling tim lawan hanya akan menemukan jimat di dalamnya.
"Kalau diminta dipreteli senjatanya, paling hanya baca-bacaan (jimat) aja itu isinya haha," ungkap Ryamizard di kantor Kemhan, Jl Medan Merdeka Barat, Jakpus, Rabu (3/6/2015).
Meski ada kejadian seperti itu, hal tersebut dikatakan Ryamizard tak akan mempengaruhi hubungan baik antara Indonesia dengan Australia maupun AS. Bahkan Perdana Menteri Australia Tony Abbott sudah berkali-kali meminta Ryamizard untuk datang ke negaranya.
"PM Australia sudah nyuruh-nyuruh saya ke sana terus tapi saya bilang selesaikan dulu masalah yang di sana, nanti saya ke sana didemo lagi," kata mantan KSAD itu.
Permasalahan yang dimaksud Ryamizard adalah mengenai penolakan Australia tentang hukuman mati gembong narkoba warga negaranya oleh Indonesia. Ia tidak ingin kedatangannya ke Australia akan menimbulkan masalah ke depannya.
"Hukuman mati saya sebarkan ke luar, kok ada yang bilang saya kontroversi. Kebijakan presiden harus didukung, saya selalu loyal dengan atasan. Walau ada masalah narkoba kita (RI-Australia) tetap baik-baik saja," tutur Ryamizard.
Dalam turnamen AASAM yang digelar pada 20-23 Mei lalu itu, tim TNI AD menang telak dengan memboyong 30 medali emas, 16 perak, dan 10 perunggu. Sementara Australia yang berada di posisi 2 mendapat 4 medali emas, 9 perak, dan 6 perunggu. Di posisi 3, AS hanya mampu membawa pulang 4 medali emas, 1 perak, dan 2 perunggu.
Entah karena tidak terima kalah telak atau karena alasan lain, tim Australia dan AS meminta senjata yang digunakan tim TNI AD dibongkar. Senjata yang diminta dibongkar adalah buatan dalam negeri produksi PT Pindad jenis SS-2 V-4 Heavy Barel dan Pistol G-2 (Elite&Combat).
"Memang ada upaya penjegalan. Mereka minta senjata tim kita dicek saat pertandingan. Minta dibongkar," ungkap Kadispen TNI AD Brigjen Wuryanto, Selasa (2/6). (ear/mad)Saat Beraksi, Kontingen TNI AD Dipelototi Tim Eropa dan Jadi Teladan Jepang TNI AD in action ...
Ada kisah-kisah menarik seputar kemenangan kontingen TNI AD dalam kejuaraan lomba tembak internasional di Australia. Selain senjata yang digunakan diminta untuk dibongkar, ketika beraksi tim ini juga jadi perhatian para kontingen lain.
"Itu sangat kelihatan dari belakang, dari tempat saya berdiri. Ketika penembak kami sedang membidik, yang lain memperhatikan dengan seksama, entah itu senjata atau posisi duduk. Bahkan dari negara Eropa juga begitu, saya ingat betul Inggris memperhatikan kita," kata ketua kontingen TNI AD Mayor Syafruddin dalam perbincangan, Kamis (4/6/2015).
Syafruddin punya analisis mengapa tim lain begitu memperhatikan bagaimana prajurit TNI AD menembak. Hal itu tak lepas dari tujuh kemenangan beruntun dalam kejuaraan yang sama sebelumnya.
"Mungkin dari situ mereka ingin tahu bagaimana kami bertanding," ujar Syafruddin.
Perwira yang berdinas di Kostrad ini mengatakan, 14 penembak yang ada dalam kontingen itu merupakan prajurit pilihan. Mereka sudah berlatih dengan keras, dengan medan yang sudah disesuaikan dengan tempat Army Skill at Arms Meeting (AASAM) 2015 di Victoria, Australia.
"Jadi mental prajurit sudah teruji. Mereka tetap percaya diri," ujar Syafruddin.
Itu cerita ketika kontingen TNI AD sedang beraksi. Ada kisah lain pasca aksi, yakni setelah kontingen TNI AD diumumkan sebagai pemenang. Salah satu anggota tim dari Jepang memyambangi Syafruddin dan bertanya kiat-kiat kontingen TNI AD dapat menembak dengan jitu.
"Ya saya jawab saya sekenanya. Obrolan lapangan lah. Kalau tim Jepang memang ingin menimba ilmu ya silakan mengirim surat ke Jakarta, nanti tentu akan dibicarakan lebih lanjut," kata Syafruddin. (fjr/mad)SS2 Pindad Dilirik Timur Tengah dan Afrika Para Juara dengan medali
Senapan Serbu 2 (SS2) buatan Pindad yang digunakan kontingen TNI AD sempat diminta dibongkar oleh pihak AS dan Australia yang menjadi kompetitor dalam kejuaraan menembak. Senjata itu dilirik oleh negara-negara di Timur Tengah dan Afrika.
"Kita sedang ada pembicaraan. Saya tak bisa menyebutkan nama negara karena belum ada kontrak. Dari Timur Tengah dan Afrika lah," kata Dirut Pindad Silmy Karim dalam perbincangan, Kamis (4/6/2015).
Sampai saat ini, SS2 digunakan oleh hampir semua kesatuan di TNI. Senjata ini pertama kali digunakan pada 2005, yang merupakan penyempurnaan dari pendahulunya Senapan Serbu I (SSI).
"Yang jelas kami terus mengoptimalkan teknologi, design dalam senjata yang menjadi produk Pindad. Kalau memang dengan senjata ini, kita dapat juara ya memang begitu realitasnya," kata Silmy.
SS2 V4 menyita perhatian dalam Australian Army Skill at Arms Meeting (AASAM) yang digelar di Victoria, Australia pertengahan Mei lalu. Digunakan oleh prajurit TNI yang mahir, SS2 membantu kontingen TNI AD menyabet gelar juara dalam turnamen menembak itu, mengalahkan kontestan lain di antaranya AS dan Australia.
Dalam perlombaan, tim Indonesia menggunakan empat jenis senjata yaitu, senapan SS-2 V-4 Heavy Barrel dan pistol G-2 (Elite&Combat) buatan PT Pindad, senapan SO-Minimi buatan Belgia, senapan GPMG (General Purpose Machine Gun) buatan Belgia dan senjata sniper AW buatan Inggris.
Tapi yang diminta dibongkar oleh AS dan Australia hanya senjata SS-2 V-4 Heavy Barrel dan pistol G-2 (Elite&Combat) buatan dalam negeri.
Tentara Nasional Indonesia (TNI) berhasil mengukir prestasi di dunia internasional, kontingen yang berasal dari Angkatan Darat (TNI AD) ini meraih gelar juara umum dengan merebut 56 medali dalam kejuaraan menembak Australian Army Skill at Arms Meeting (AASAM) 2015. Ke-67 medali itu terdiri dari 30 emas, 16 perak dan 10 perunggu.
Sedangkan, tuan rumah Australia menempati urutan kedua dengan perolehan 4 medali emas, 9 perak dan 6 perunggu. Disusul Amerika Serikat di urutan ketiga dengan 4 emas, 1 perak dan 2 perunggu. TNI bisa dikatakan menang telak dengan selisih sangat jauh dari negara lain.
Dengan prestasi itu, Indonesia kembali mengukuhkan kemenangan untuk ketujuh kalinya secara berturut-turut sejak 2008 sampai 2014 lalu. Dalam kompetisi menembak yang berlangsung tahun ini, Indonesia bersaing dengan 15 tim dari 13 negara, yakni Australia, Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Jepang, Filipina, Thailand, Timor Leste, Singapura, Brunei Darussalam, Kaledonia Baru, dan Tonga.
Di tengah meroketnya prestasi Indonesia dalam kejuaraan internasional ini, namun panitia AASAM 2015 belum juga merilis juaranya. Padahal, kejuaraan sudah berakhir sejak 16 Mei lalu dan sampai kini belum juga menampilkan urutan pemenangnya.
Hal itu terlihat dalam situs resmi AASAM 2015 yang beralamat di www.army.gov.au tidak juga menampilkan hasil rekapitulasi kejuaraan di tiap nomor menembak yang diikuti seluruh negara. Situs ini hanya memuat hasil lomba lima tahun sebelumnya. Jika dirunut ke bawah, TNI hampir selalu menguasai tiga besar setiap nomor menembak.
Tak hanya itu, Laman Facebook komunitas AASAM juga tak menampilkan aksi-aksi tim Indonesia selama kejuaraan berlangsung, kecuali kemenangan pada kejuaraan yang sama setahun lalu. Laman ini lebih banyak menampilkan foto personel militer Australia, AS dan Inggris. Sesekali pula beberapa negara seperti Jepang, Filipina maupun Singapura.
Kepala Staf TNI AD Jenderal Gatot Nurmantyo juga mengakui tuan rumah tak begitu saja menerima kekalahannya. Sampai-sampai mereka meminta senapan TNI diperiksa. Tentu saja Jenderal Gatot menolak.
"Kalau mau diperiksa semua," kata Gatot kesal.Kalah Lomba Tembak, AS dan Australia Minta Senjata TNI AD Dibongkar Tim menembak TNI AD
Tim Indonesia menang mutlak dalam lomba tembak internasional di Australia. Dikalahkan oleh jawara dari TNI AD, tim Amerika Serikat dan tim Australia meminta senjata yang digunakan tim Indonesia dibongkar.
"Memang ada upaya penjegalan. Mereka minta senjata tim kita dicek saat pertandingan. Minta dibongkar," ungkap Kadispen TNI AD Brigjen Wuryanto saat berbincang melalui telepon, Selasa (2/6/2015) malam.
Prestasi tim TNI AD memang patut dibanggakan karena mengharumkan nama Indonesia dalam kancah dunia. Tim berhasil menjadi juara dan menang telak dengan memboyong 30 medali emas, 16 perak dan 10 perunggu dalam Australian Army Skill at Arms Meeting (AASAM) 2015 yang digelar 20-23 Mei lalu itu.
"Kita hasilnya luar biasa. Sepanjang pertandingan upaya menjatuhkan mental tim kita dilakukan secara luar biasa oleh mereka," kata Wuryanto.
Upaya tersebut, dicontohkan Wuryanto, adalah misalnya dengan diskriminasi peraturan terhadap tim TNI AD. Jika peraturan bagi tim AS dan tim Australia dimudahkan, maka beda halnya dengan apa yang didapat tim Indonesia dalam pertandingan tersebut.
"Ada peraturan yang dibeda-bedakan. Kalau untuk mereka dibuat gampang, buat kita dipersulit. Termasuk mereka minta senjata kita dibongkar, tentu saja tidak kita ijinkan," tutur Jenderal Bintang 1 itu.
Entah apa yang membuat tim AS dan tim Australia 'paranoid' seperti itu. Padahal sudah terbukti, selama 8 tahun berturut-turut, tim Indonesia berhasil keluar menjadi juara dalam pertandingan yang sama. Sangat membanggakan!
"Ini tahun ke-8 berturut-turut kita jadi juara. Itu menggetarkan mereka. Walau ada upaya penjegalan, tapi toh kita tetap menang," ucap Wuryanto bangga.
Tim Australia sendiri dalam turnamen AASAM 2015 menduduki peringkat kedua dengan raihan yang terpaut jauh dari tim Indonesia. Angkatan Darat Australia hanya berhasil mendapat 4 medali emas, 9 perak, dan 6 perunggu. Sementara di posisi ketiga, tim AS berhasil mengantongi 4 medali emas, 1 perak, dan 2 perunggu.
Selama perhelatan yang mengarumkan nama Indonesia, tim TNI AD menggunakan 4 jenis senjata. Yaitu senjata buatan dalam negeri produksi PT Pindad jenis SS-2 V-4 Heavy Barrel dan Pistol G-2 (Elite&Combat). Tim juga menggunakan 2 senjata buatan Belgia yakni senapan SO-Minimi dan senapan GPMG (General Purpose Machine Gun), serta senjata sniper AW buatan Inggris.AS dan Australia Minta Senjata Pindad Dibongkar, Canda Menhan: Isinya Bacaan Winner Team
Tim Australia dan Amerika Serikat meminta senjata tim Indonesia dibongkar dalam lomba tembak Australian Army Skill at Armas Meeting (AASAM) 2015. Mereka seolah tak terima dikalahkan telak oleh kontingen dari TNI AD.
Menhan Ryamizard Ryacudu pun menanggapi hal tersebut dengan candaan. Jikalau senjata tim TNI AD benar-benar dibongkar, kata Ryamizard, paling-paling tim lawan hanya akan menemukan jimat di dalamnya.
"Kalau diminta dipreteli senjatanya, paling hanya baca-bacaan (jimat) aja itu isinya haha," ungkap Ryamizard di kantor Kemhan, Jl Medan Merdeka Barat, Jakpus, Rabu (3/6/2015).
Meski ada kejadian seperti itu, hal tersebut dikatakan Ryamizard tak akan mempengaruhi hubungan baik antara Indonesia dengan Australia maupun AS. Bahkan Perdana Menteri Australia Tony Abbott sudah berkali-kali meminta Ryamizard untuk datang ke negaranya.
"PM Australia sudah nyuruh-nyuruh saya ke sana terus tapi saya bilang selesaikan dulu masalah yang di sana, nanti saya ke sana didemo lagi," kata mantan KSAD itu.
Permasalahan yang dimaksud Ryamizard adalah mengenai penolakan Australia tentang hukuman mati gembong narkoba warga negaranya oleh Indonesia. Ia tidak ingin kedatangannya ke Australia akan menimbulkan masalah ke depannya.
"Hukuman mati saya sebarkan ke luar, kok ada yang bilang saya kontroversi. Kebijakan presiden harus didukung, saya selalu loyal dengan atasan. Walau ada masalah narkoba kita (RI-Australia) tetap baik-baik saja," tutur Ryamizard.
Dalam turnamen AASAM yang digelar pada 20-23 Mei lalu itu, tim TNI AD menang telak dengan memboyong 30 medali emas, 16 perak, dan 10 perunggu. Sementara Australia yang berada di posisi 2 mendapat 4 medali emas, 9 perak, dan 6 perunggu. Di posisi 3, AS hanya mampu membawa pulang 4 medali emas, 1 perak, dan 2 perunggu.
Entah karena tidak terima kalah telak atau karena alasan lain, tim Australia dan AS meminta senjata yang digunakan tim TNI AD dibongkar. Senjata yang diminta dibongkar adalah buatan dalam negeri produksi PT Pindad jenis SS-2 V-4 Heavy Barel dan Pistol G-2 (Elite&Combat).
"Memang ada upaya penjegalan. Mereka minta senjata tim kita dicek saat pertandingan. Minta dibongkar," ungkap Kadispen TNI AD Brigjen Wuryanto, Selasa (2/6). (ear/mad)Saat Beraksi, Kontingen TNI AD Dipelototi Tim Eropa dan Jadi Teladan Jepang TNI AD in action ...
Ada kisah-kisah menarik seputar kemenangan kontingen TNI AD dalam kejuaraan lomba tembak internasional di Australia. Selain senjata yang digunakan diminta untuk dibongkar, ketika beraksi tim ini juga jadi perhatian para kontingen lain.
"Itu sangat kelihatan dari belakang, dari tempat saya berdiri. Ketika penembak kami sedang membidik, yang lain memperhatikan dengan seksama, entah itu senjata atau posisi duduk. Bahkan dari negara Eropa juga begitu, saya ingat betul Inggris memperhatikan kita," kata ketua kontingen TNI AD Mayor Syafruddin dalam perbincangan, Kamis (4/6/2015).
Syafruddin punya analisis mengapa tim lain begitu memperhatikan bagaimana prajurit TNI AD menembak. Hal itu tak lepas dari tujuh kemenangan beruntun dalam kejuaraan yang sama sebelumnya.
"Mungkin dari situ mereka ingin tahu bagaimana kami bertanding," ujar Syafruddin.
Perwira yang berdinas di Kostrad ini mengatakan, 14 penembak yang ada dalam kontingen itu merupakan prajurit pilihan. Mereka sudah berlatih dengan keras, dengan medan yang sudah disesuaikan dengan tempat Army Skill at Arms Meeting (AASAM) 2015 di Victoria, Australia.
"Jadi mental prajurit sudah teruji. Mereka tetap percaya diri," ujar Syafruddin.
Itu cerita ketika kontingen TNI AD sedang beraksi. Ada kisah lain pasca aksi, yakni setelah kontingen TNI AD diumumkan sebagai pemenang. Salah satu anggota tim dari Jepang memyambangi Syafruddin dan bertanya kiat-kiat kontingen TNI AD dapat menembak dengan jitu.
"Ya saya jawab saya sekenanya. Obrolan lapangan lah. Kalau tim Jepang memang ingin menimba ilmu ya silakan mengirim surat ke Jakarta, nanti tentu akan dibicarakan lebih lanjut," kata Syafruddin. (fjr/mad)SS2 Pindad Dilirik Timur Tengah dan Afrika Para Juara dengan medali
Senapan Serbu 2 (SS2) buatan Pindad yang digunakan kontingen TNI AD sempat diminta dibongkar oleh pihak AS dan Australia yang menjadi kompetitor dalam kejuaraan menembak. Senjata itu dilirik oleh negara-negara di Timur Tengah dan Afrika.
"Kita sedang ada pembicaraan. Saya tak bisa menyebutkan nama negara karena belum ada kontrak. Dari Timur Tengah dan Afrika lah," kata Dirut Pindad Silmy Karim dalam perbincangan, Kamis (4/6/2015).
Sampai saat ini, SS2 digunakan oleh hampir semua kesatuan di TNI. Senjata ini pertama kali digunakan pada 2005, yang merupakan penyempurnaan dari pendahulunya Senapan Serbu I (SSI).
"Yang jelas kami terus mengoptimalkan teknologi, design dalam senjata yang menjadi produk Pindad. Kalau memang dengan senjata ini, kita dapat juara ya memang begitu realitasnya," kata Silmy.
SS2 V4 menyita perhatian dalam Australian Army Skill at Arms Meeting (AASAM) yang digelar di Victoria, Australia pertengahan Mei lalu. Digunakan oleh prajurit TNI yang mahir, SS2 membantu kontingen TNI AD menyabet gelar juara dalam turnamen menembak itu, mengalahkan kontestan lain di antaranya AS dan Australia.
Dalam perlombaan, tim Indonesia menggunakan empat jenis senjata yaitu, senapan SS-2 V-4 Heavy Barrel dan pistol G-2 (Elite&Combat) buatan PT Pindad, senapan SO-Minimi buatan Belgia, senapan GPMG (General Purpose Machine Gun) buatan Belgia dan senjata sniper AW buatan Inggris.
Tapi yang diminta dibongkar oleh AS dan Australia hanya senjata SS-2 V-4 Heavy Barrel dan pistol G-2 (Elite&Combat) buatan dalam negeri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.