Cerita Korban Sandera Abu SayyafBurnham dan suami (Foto: YouTube) ☆
Gracia Burnham pernah menjadi korban sandera kelompok Abu Sayyaf pada tahun 2001. Setelah selamat, dia kini bercerita bahwa upaya terbaik untuk menyelamatkan sandera adalah operasi militer, bukan negosiasi.
Burnham disandera bersama dua orang lainnya pada tahun 2001 saat berlibur merayakan ulang tahun pernikahan ke-18 bersama suaminya, Martin. Kala itu, mereka liburan di sebuah resor di Palawan, Filipina. Sang suami tewas saat terjadi baku tembak, sementara Burnham selamat meski mengalami luka tembak di kaki.
Kepada CTVnews, Burnham bercerita soal kelakuan kelompok Abu Sayyaf. Menurutnya, kelompok itu tak pernah bisa dipercaya. Jadi, jangan negosiasi apalagi memberi uang tebusan.
"Kalau Kanada punya orang-orang yang tahu cara bertempur di medan perang, itu jadi ide yang bagus untuk mengeluarka para sandera dari sana (Abu Sayyaf)," kata Burnham, Jumat (29/4/20160).
Saat di bawah penguasaan Abu Sayyaf, Burnham berjalan kaki dari hutan ke hutan. Dia juga menderita sakit disentri karena minum air kotor.
Di tengah penyanderaan, dia mendengar ada kabar pemberian tebusan. Saat itu, dia sangat bahagia. Tapi belakangan, tebusan itu tak cukup. Abu Sayyaf meminta lebih.
Kebebasan baru benar-benar diterimanya saat ada operasi militer Filipina. Saat itu, ada anggota kelompok Abu Sayyaf yang dilacak. Sampai akhirnya mereka baku tembak di gunung. Di tengah peristiwa itu, ada Burnham dan suaminya.
"Suami saya dan saya langsung tertembak. Saya di bagian kaki, suami saya di dada," terangnya. "Luka kaki akan sembuh, luka dada tidak," imbuhnya. Burnham pun bisa diselamatkan.
Terkait dengan peristiwa saat ini, Burnham menilai sebetulnya pemerintah Filipina bisa menyelesaikannya selama dilakukan secara serius. Dia tak menyarankan ada proses negosiasi dan pemberian tebusan.
"Saat Anda negosiasi dengan orang jahat, mereka tak akan menepati janjinya," tegas Burnham.
Sebelumnya, militer Filipina melancarkan serangan udara terhadap posisi kelompok Abu Sayyaf di Gunung Sinumaan, Sulu. Sedikitnya 14 anggota Abu Sayyaf tewas dalam serangan udara itu.
Pasukan pemerintah Filipina menghujani anggota kelompok Abu Sayyaf dengan tembakan artileri. Pesawat tempur dan helikopter militer Filipina terbang rendah di atas hutan setempat dan menjatuhkan bom ke lokasi yang diyakini sebagai persembunyian militan Abu Sayyaf.
Di lokasi yang sama, diyakini Abu Sayyaf menyandera sekitar 20-an warga negara asing. Namun ketika serangan udara dilancarkan, tidak ada tanda-tanda para sandera di lokasi. Serangan udara ini dilancarkan selang 4 hari setelah sandera asal Kanada, John Ridsdel dipenggal Abu Sayyaf. (mad/nrl)
Gracia Burnham pernah menjadi korban sandera kelompok Abu Sayyaf pada tahun 2001. Setelah selamat, dia kini bercerita bahwa upaya terbaik untuk menyelamatkan sandera adalah operasi militer, bukan negosiasi.
Burnham disandera bersama dua orang lainnya pada tahun 2001 saat berlibur merayakan ulang tahun pernikahan ke-18 bersama suaminya, Martin. Kala itu, mereka liburan di sebuah resor di Palawan, Filipina. Sang suami tewas saat terjadi baku tembak, sementara Burnham selamat meski mengalami luka tembak di kaki.
Kepada CTVnews, Burnham bercerita soal kelakuan kelompok Abu Sayyaf. Menurutnya, kelompok itu tak pernah bisa dipercaya. Jadi, jangan negosiasi apalagi memberi uang tebusan.
"Kalau Kanada punya orang-orang yang tahu cara bertempur di medan perang, itu jadi ide yang bagus untuk mengeluarka para sandera dari sana (Abu Sayyaf)," kata Burnham, Jumat (29/4/20160).
Saat di bawah penguasaan Abu Sayyaf, Burnham berjalan kaki dari hutan ke hutan. Dia juga menderita sakit disentri karena minum air kotor.
Di tengah penyanderaan, dia mendengar ada kabar pemberian tebusan. Saat itu, dia sangat bahagia. Tapi belakangan, tebusan itu tak cukup. Abu Sayyaf meminta lebih.
Kebebasan baru benar-benar diterimanya saat ada operasi militer Filipina. Saat itu, ada anggota kelompok Abu Sayyaf yang dilacak. Sampai akhirnya mereka baku tembak di gunung. Di tengah peristiwa itu, ada Burnham dan suaminya.
"Suami saya dan saya langsung tertembak. Saya di bagian kaki, suami saya di dada," terangnya. "Luka kaki akan sembuh, luka dada tidak," imbuhnya. Burnham pun bisa diselamatkan.
Terkait dengan peristiwa saat ini, Burnham menilai sebetulnya pemerintah Filipina bisa menyelesaikannya selama dilakukan secara serius. Dia tak menyarankan ada proses negosiasi dan pemberian tebusan.
"Saat Anda negosiasi dengan orang jahat, mereka tak akan menepati janjinya," tegas Burnham.
Sebelumnya, militer Filipina melancarkan serangan udara terhadap posisi kelompok Abu Sayyaf di Gunung Sinumaan, Sulu. Sedikitnya 14 anggota Abu Sayyaf tewas dalam serangan udara itu.
Pasukan pemerintah Filipina menghujani anggota kelompok Abu Sayyaf dengan tembakan artileri. Pesawat tempur dan helikopter militer Filipina terbang rendah di atas hutan setempat dan menjatuhkan bom ke lokasi yang diyakini sebagai persembunyian militan Abu Sayyaf.
Di lokasi yang sama, diyakini Abu Sayyaf menyandera sekitar 20-an warga negara asing. Namun ketika serangan udara dilancarkan, tidak ada tanda-tanda para sandera di lokasi. Serangan udara ini dilancarkan selang 4 hari setelah sandera asal Kanada, John Ridsdel dipenggal Abu Sayyaf. (mad/nrl)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.