Destroyer class terbaru buatan China tipe 055 seberat 10.000 ton [AP]
Angkatan Laut China semakin memperkuat armadanya dengan meluncurkan sebuah kapal penghancur (destroyer class) produksi dalam negeri pada Rabu 28 Juni 2017 waktu setempat. Hal ini menunjukkan bahwa Negeri Tirai Bambu tersebut siap meningkatkan persaingan dengan kekuatan Angkatan Laut negara lainnya seperti Amerika Serikat, Jepang dan India.
Dikutip dari laman Daily Mail, Kamis (29/6/2017), kapal penghancur tipe 055 dengan bobot 10.000 ton ini memasuki perairan galangan kapal di kota Jiangan, Shanghai pada Rabu pagi.
Selain berukuran besar, kapal tersebut juga dilengkapi dengan sistem pertahanan udara, rudal dan kapal selam jenis terbaru.
Tak hanya satu, Angkatan Laut China dikabarkan telah memproduksi empat kapal dengan tipe yang sama.
"Peluncuran kapal ini menandakan bahwa perkembangan dunia kelautan bangsa kita telah memasuki tahap yang baru," ujar pihak Angkatan Laut China.
Dari foto yang telah beredar, menunjukkan banyak pita berwarna-warni yang tergantung di bagian kapal besar tersebut.
Dalam acara peresmian, Kepala Departemen Perindustrian China, Zhang Youxia memimpin upacara tersebut. Terlihat pula sebotol sampanye sebagai simbol peresmian armada laut terbaru tersebut.
Tipe 055 secara signifikan lebih besar dibanding kapal penghancur China lainnya, seperti tipe generasi sebelumnya -- tipe 052.
Selama ini Negeri Panda itu sangat bergantung pada teknologi asing. Namun kali ini China membuktikan bahwa negaranya mampu mengelola dan membangun sendiri kapan penghancur tersebut.
Saat ini, Angkatan Laut China sedang menjalani ekspansi ambisius dan diproyeksikan memiliki total 265-273 kapal perang, kapal selam, dan kapal logistik pada tahun 2020.
Jumlah tersebut sebanding dengan 275 kapal tempur yang biasa dikerahkan oleh Angkatan Laut Amerika Serikat.
Pemerintah China mengatakan, negaranya membutuhkan angkatan laut yang kuat untuk mempertahankan dan mengamankan garis pantainya yang mencapai 14.500 kilometer. Hal itu juga dibutuhkan untuk menjaga jalur-jalur pelayaran penting lainnya, termasuk untuk wilayah sengketa kawasan Laut China Selatan.
Angkatan Laut China semakin memperkuat armadanya dengan meluncurkan sebuah kapal penghancur (destroyer class) produksi dalam negeri pada Rabu 28 Juni 2017 waktu setempat. Hal ini menunjukkan bahwa Negeri Tirai Bambu tersebut siap meningkatkan persaingan dengan kekuatan Angkatan Laut negara lainnya seperti Amerika Serikat, Jepang dan India.
Dikutip dari laman Daily Mail, Kamis (29/6/2017), kapal penghancur tipe 055 dengan bobot 10.000 ton ini memasuki perairan galangan kapal di kota Jiangan, Shanghai pada Rabu pagi.
Selain berukuran besar, kapal tersebut juga dilengkapi dengan sistem pertahanan udara, rudal dan kapal selam jenis terbaru.
Tak hanya satu, Angkatan Laut China dikabarkan telah memproduksi empat kapal dengan tipe yang sama.
"Peluncuran kapal ini menandakan bahwa perkembangan dunia kelautan bangsa kita telah memasuki tahap yang baru," ujar pihak Angkatan Laut China.
Dari foto yang telah beredar, menunjukkan banyak pita berwarna-warni yang tergantung di bagian kapal besar tersebut.
Dalam acara peresmian, Kepala Departemen Perindustrian China, Zhang Youxia memimpin upacara tersebut. Terlihat pula sebotol sampanye sebagai simbol peresmian armada laut terbaru tersebut.
Tipe 055 secara signifikan lebih besar dibanding kapal penghancur China lainnya, seperti tipe generasi sebelumnya -- tipe 052.
Selama ini Negeri Panda itu sangat bergantung pada teknologi asing. Namun kali ini China membuktikan bahwa negaranya mampu mengelola dan membangun sendiri kapan penghancur tersebut.
Saat ini, Angkatan Laut China sedang menjalani ekspansi ambisius dan diproyeksikan memiliki total 265-273 kapal perang, kapal selam, dan kapal logistik pada tahun 2020.
Jumlah tersebut sebanding dengan 275 kapal tempur yang biasa dikerahkan oleh Angkatan Laut Amerika Serikat.
Pemerintah China mengatakan, negaranya membutuhkan angkatan laut yang kuat untuk mempertahankan dan mengamankan garis pantainya yang mencapai 14.500 kilometer. Hal itu juga dibutuhkan untuk menjaga jalur-jalur pelayaran penting lainnya, termasuk untuk wilayah sengketa kawasan Laut China Selatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.