Senin, 03 Juli 2017

Menunggu Kiriman Helikopter Apache

Untuk Indonesiahttps://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhSJgFTduhetO1utjyPXGumvXjZGKvYPRANA4RZmFfJRPKNhGPw0dGS2pqhygG7IPM_4l44DLR9J9qtXUowkR502E13A4V2sLoKfREDmJ1XNDljh8Cds1AJUx4MZwJsu_9VrgxVjdv_LXRn/s1600/18513271_Indonesian+Army+Aviation+new+AH-64E+Guardian+Attack+Helicopter.+Credit+to+Wayan+Agus.jpgUjicoba helikopter Apache TNI AD [Wayan Agus] ★

U
ntuk beberapa tahun kedepan bangsa Indonesia akan memiliki sejumlah alutsista yang canggih.

Hal ini terungkap ketika beberapa waktu yang lalu melalui pimpinan TNI AD memberikan info kepada publik tentang rencana pembelian Helikopter Apache.

Indonesia hingga saat ini masih menunggu kepastian pengiriman helikopter Apache buatan Amerika Serikat.

Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Mulyono belum dapat memastikan helikopter Apache buatan Amerika Serikat yang dibeli TNI AD tiba di Indonesia tahun ini, tetapi dirinya berharap helikopter itu dapat ditampilkan saat HUT TNI pada 5 Oktober 2017.

Semoga saja pada moment tertentu seperti pada 5 Oktober secara fisik minimal bisa didatangkan dulu agar rakyat Indonesia yakin dan tahu itu menjadi program dari Angkatan Darat yang nantinya harus dibeli. Ungkapan KSAD tersebut terlontar ketika acara di sela-sela Pembukaan Rapat Pimpinan TNI AD 2017 di Mabes AD, Jakarta Pusat, Senin (23/1/2017) beberapa waktu yang lalu.

Perlu kita ketahui bersama bahwa hingga kini, proses pengadaan helikopter itu masih terus dilakukan. Komunikasi dengan pabrikan dilakukan intensif agar helikopter tersebut segera tiba di Tanah Air.

Sebagaimana lazimnya kata Kasad bahwa "Kita harus tahu, pengadaan itu sekarang kontrak tidak bisa langsung datang. Melalui proses panjang”. TNI AD telah memesan delapan unit helikopter Apache.

Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa kontrak pengadaannya mencapai 295,8 juta dolar AS. Pada dasarnya, program pembangunan kapabilitas alutsista di Indonesia itu dirancang dalam tiga tahap: tahap 1 MEF pada 2010-2014; tahap 2 essential forces pada 2015-2019; dan tahap 3 optimum forces pada 2020-2025.

Saat ini tahap pertama telah selesai dilakukan dengan realisasi Rp122,2 triliun, atau mencapai target sebesar 74,98%. Untuk tahap kedua dan ketiga, direncanakan akan dialokasikan sekitar Rp157,5 triliun.

Namun, terkait dengan beberapa penyesuaian dengan kondisi saat ini, Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu telah menyatakan bahwa pada RPJMN telah disusun baseline sekitar Rp 293,5 triliun untuk anggaran tahap kedua.

Modernisasi persenjataan bisa bermakna dua: pengadaan senjata baru, atau bisa juga upgrade senjata yang sudah ada. Secara umum, pilihan kedua (upgrade) lebih ekonomis, mengingat anggaran negara kita untuk pengadaan senjata baru memang terbatas.

Target modernisasi sebenarnya tidak terlalu tinggi, minimalis bahkan, yang penting TNI mampu dalam status siaga, bila diandalkan suatu ketika ada serangan dari luar.

Aspek kepercayaan sudah cukup jelas, karena ini menyangkut bisnis, jelasnya perdagangan alutsista. Kalau performanya mengecewakan, tentu operator tidak lagi percaya dan tidak datang lagi. Aspek kepercayaan bisa dikonfirmasi kembali.

Dengan adanya tambahan Helikopter Apache yang akan menjadi milik TNI AD bukan saja penambahan alutsista. Tapi yang paling penting bagaimana iya efektif dalam penggunaannya ketika negara membutuhkan dalam menangkis setiap rongrongan yang datang dari luar maupun dari dalam.

  Tribunnews  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...