KEPALA
Bagian Psikologi, Sumber Daya Manusia Polda Metro Jaya, Ajun Komisaris
Besar Arif Nurcahyo mengatakan selain orang yang pendiam atau tertutup,
yang menjadi calon pengantin baru kelompok teroris itu mereka yang
pernah dikucilkan dari lingkungannya.
"Kalau dia yang dikucilkan kemudikan hilang atau diculik pasti masyarakat tersebut tidak ada yang perduli. Tidak ada yang tahu kriteria lengkap pengambilan calon-calon pengantin itu seperti apa kecuali kelompok teroris itu sendiri. Tetapi biasanya orang yang pernah tersakiti sebelumnya," ujar AKBP Nurcahyo, Jumat (7/9).
Hal tersebut diperkuat dengan informasi yang diperoleh dari profil, Muhammad Toriq yang memiliki barang-barang yang diduga bom di dalam rumahnya, diketahui sebagai orang yang sangat tertutup dilingkungannya. Bahkan untuk menjalankan Sholat di mesjid saja, Toriq lebih memilih sendirian ketimbang berjamaah.
Sikap yang tertutup dan cenderung memisahkan diri dari lingkungannya itu sudah dilakukan Toriq sejak sebelum menikah.
"Hal tersebut yang menjadi salah satu mengapa Toriq yang direktrut oleh kelompok teroris tertentu," ujar AKBP Nurcahyo.
Lebih lanjut, AKBP Nurcahyo menegaskan, jika pondok pesantren bukan merupakan produk dari penganten baru kelompok teroris.
Nurcahyo berkeyakikan jika kelompok teroris itu tidak akan merekturt satu atau dua orang saja, tetapi banyak karena pendahulunya sudah mulai berguguran.
"Sistem perekrutan mereka hanya mereka yang tahu. Jadi lebih melihat pribadi, lebih mudah didekati orang yang punya dendam. Racun ideologi teroris itu bisa mengubah pola pikir sang pengantin baru," jelas Nurcahyo.
Selain itu, jika seseorang sudah bergabung untuk menjadi kelompok mereka, pasti tinggalnya selalu nomaden atau berpindah-pindah tempat dan juga membatasi omongan dengan lawan bicaranya. Lokasi pergaulan mereka pasti bukan di pusat perbelanjaan atau di kafe, karena paham ideologi mereka diajarkan untuk menjauhi produk tertentu.
"Mungkin, jika sudah menjadi pengantin baru, tempat sasaran seperti pusat perbelanjaan, kafe ataupun hotel yang menjadi sasaran mereka untuk melakukan aksinya," kata AKBP Nurcahyo.
"Kalau dia yang dikucilkan kemudikan hilang atau diculik pasti masyarakat tersebut tidak ada yang perduli. Tidak ada yang tahu kriteria lengkap pengambilan calon-calon pengantin itu seperti apa kecuali kelompok teroris itu sendiri. Tetapi biasanya orang yang pernah tersakiti sebelumnya," ujar AKBP Nurcahyo, Jumat (7/9).
Hal tersebut diperkuat dengan informasi yang diperoleh dari profil, Muhammad Toriq yang memiliki barang-barang yang diduga bom di dalam rumahnya, diketahui sebagai orang yang sangat tertutup dilingkungannya. Bahkan untuk menjalankan Sholat di mesjid saja, Toriq lebih memilih sendirian ketimbang berjamaah.
Sikap yang tertutup dan cenderung memisahkan diri dari lingkungannya itu sudah dilakukan Toriq sejak sebelum menikah.
"Hal tersebut yang menjadi salah satu mengapa Toriq yang direktrut oleh kelompok teroris tertentu," ujar AKBP Nurcahyo.
Lebih lanjut, AKBP Nurcahyo menegaskan, jika pondok pesantren bukan merupakan produk dari penganten baru kelompok teroris.
Nurcahyo berkeyakikan jika kelompok teroris itu tidak akan merekturt satu atau dua orang saja, tetapi banyak karena pendahulunya sudah mulai berguguran.
"Sistem perekrutan mereka hanya mereka yang tahu. Jadi lebih melihat pribadi, lebih mudah didekati orang yang punya dendam. Racun ideologi teroris itu bisa mengubah pola pikir sang pengantin baru," jelas Nurcahyo.
Selain itu, jika seseorang sudah bergabung untuk menjadi kelompok mereka, pasti tinggalnya selalu nomaden atau berpindah-pindah tempat dan juga membatasi omongan dengan lawan bicaranya. Lokasi pergaulan mereka pasti bukan di pusat perbelanjaan atau di kafe, karena paham ideologi mereka diajarkan untuk menjauhi produk tertentu.
"Mungkin, jika sudah menjadi pengantin baru, tempat sasaran seperti pusat perbelanjaan, kafe ataupun hotel yang menjadi sasaran mereka untuk melakukan aksinya," kata AKBP Nurcahyo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.