Frgate KRI Oswald SIahaan |
TNI AL terus berbenah memperbaiki armada kapal perang mereka agar
semakin disegani dan berwibawa. TNI AL harus memutar otak di tengah
keterbatasan anggaran dan dominasi kapal tua yang mereka miliki. Alhasil
ditemukan sebuah proyeksi yang dianggap mumpuni, walau dalam
keterbatasan anggaran.
Saat ini TNI AL terus menguji coba kemampuan rudal yakhont berdaya
jangkau 300 km di frigate KRI Van Speijk Class. Rudal Yakhont ini baru
dipasang di satu KRI Van Speijk Class, KRI Oswald Siahaan.
Dalam ujicoba pertama, rudal yakhont sedikit oveshot dari sasaran.
Setelah dilakukan evaluasi, satu tahun kemudian dilakukan ujitembak yang
kedua. Hasilnya sangat memuaskan. Banyak yang tidak menyangka, satu
tembakan yakhont langsung menenggelamkan KRI Teluk Berau. Hal ini
menyebabkan rudal exocet, C-705 dan Torpedo SUT, tidak jadi diujicoba,
karena target langsung tenggelam setelah dihantam Yakhont.
Ujicoba Rudal Yakhont 2 2012 |
Dengan suksesnya ujicoba ini, semua Frigate KRI Van Speijk class akan dilengkapi rudal yakhont yang dipesan Indonesia ke Rusia sebanyak 50 unit.
Heli OTHT
KRI kelas Van Speijk juga akan dilengkapi helikopter over the
horizon target (OTHT) untuk memandu rudal yakhont menuju sasaran yang
berada di luar cakrawala. Jarak pandang visual ataupun kemampuan radar
hanya 20 hingga 40 kilometer karena pengaruh lengkungan bumi.
Dengan datangnya helikopter OTHT nanti, masih diperlukan ujicoba
rudal yakhont untuk sasaran bergerak, sekaligus menguji moda mid course
update dari rudal yakhont. Helikopter itu akan menjadi datalink antara
kapal dan rudal, sehingga kapal penembak bisa terus mengupdate arah
rudal menuju sasaran.
Helikopter OTHT mutlak dibutuhkan kapal perang open sea. Dengan
adanya datalink antara kapal dan helikopter, maka kemampuan penginderaan
kapal perang akan bertambah menjadi ratusan kilometer.
Selain bisa menembak sasaran dari jauh, dia juga bisa mendeteksi
ancaman musuh secara dini, seperti ancaman rudal jarak jauh ataupun
pesawat tempur.
Jika rudal yakhont dan sistem datalink Frigate KRI Van Speijk
class sudah bekerja dengan baik, maka kemampuan sistem persenjataan
anti-udara perlu ditingkatkan.
Dengan demikian ke depannya TNI AL akan memposisikan frigate KRI Van
Speijk class sebagai kekuatan strategis TNI AL di lautan.
Kualitas Kapal Perang
Karena jumlah kapal frigate dan korvet Indonesia masih sedikit
dibandingkan luas laut Indonesia, maka dibutuhkan banyak kapal kecil /
fast boat namun mampu bertempur melawan kapal yang lebih besar.
Posisi ini ditempati oleh berbagai kapal cepat rudal yang mengusung missile C-705 China. Kapal-kapal ini antara lain: KCR 40 seperti
Clurit Class, KCR 60, Trimaran Class, Mandau class, Todak Class dan
sebagainya. Rudal-rudal jenis Harpoon maupun C-802 akan digantikan rudal
C-705 produksi bersama China dan Indonesia.
Adapun Korvet Sigma Class, Frigate PKR 10514 dan Light Frigate
Nakhoda Ragam Class, akan berada diantara ocean target dan littoral
target.
Missile C-705
Rudal C-705 dianggap tepat untuk dipasang
di kapal-kapal cepat rudal (KCR), yang jumlahnya memang sedang
diperbanyak oleh TNI AL. Dari segi ukuran rudal ini lebih kecil dari
rudal C-802, namun teknologi C-705 lebih mutakhir.
Berkat bobot hulu ledak C-705 sebesar 110 kilogram, membuat kapal
patroli cepat TNI AL yang relatif kecil (250-300 ton), memiliki
kemampuan menghancurkan kapal yang lebih besar (up to 1500 ton).
Selain itu, harga rudal C-705 jauh lebih murah dibandingkan rudal
Exocet dan sejenisnya. Dengan harga yang lebih murah ini, TNI AL
memiliki anggaran yang mencukupi untuk memiliki rudal C-705 dalam jumlah
banyak. Hal ini bisa terjadi karena rudal C-705 sebagian akan
diproduksi di Indonesia.
Rudal C-705 |
Rudal C-705 memiliki jangkauan 75-80 kilometer. Jika ditambah roket
booster jangkauan terdongkrak hingga 170 Km, sehingga bisa juga
disebut rudal lintas cakrawala (over the horizon target) atau memiliki
kemampuan tempur di open sea/ ocean target.
Kemampuan armada kapal cepat rudal ini akan semakin maut, dengan
hadirnya KCR jenis Trimaran yang sedang dibangun kembali, setelah
terjadinya tragedi terbakarnya KRI Klewang yang berkemampuan stealth.
Untuk urusan kapal selam, TNI AL telah meng-overhaul dan retrofit
KRI Cakra serta Nanggala di Korea Selatan. PT. PAL Indonesia juga
bekerjasama dengan DSME Daewoo dalam pelatihan 200 insinyur Indonesia.
Selama tiga hingga empat tahun, mereka akan berada di Korea Selatan
untuk terlibat dalam pembangunan 3 kapal selam Changbogo.
Dua kapal
selam akan dibangun di Korea Selatan, sekaligus proses alih teknologi.
Satu kapal selam lainnya dibangun di PT PAL Indonesia.
© JKGR
Artikel bagus, namun masih menyisakan pertanyaan. Apa iya fregat kelas Van Speijk masih akan efektif s.d. 2024 mengingat usianya sudah tua? Pilihan rudal Yakhont sudah tepat tetapi AL kita kekurangan platform unt mengusungnya. Apa mungkin PKR 10514 menggantikannya, mengingat rencana pembuatannya yg serba misterius, proses yg lama, harganya yg lebih mahal, dibuat per blok kemudian dikirim ke PT PAL utk dirakit/ selesaikan?
BalasHapusAlternatif lain yg pasti lebih murah ada yaitu beli Yakhont versi darat. Beberapa batere bisa dipasang utk meng cover ALKI seperti selat Sunda, selat Makasar, dan perairan Natuna. Ini adalah sistem defensif seperti dipunyai Vietnam.