Olah TKP di LP Cebongan |
Namun, kriminolog Mulyana W Kusumah di Jakarta, Jumat (29/3), menyatakan andaikata korban serangan bersenjata itu merupakan unsur jaringan bisnis ilegal narkoba, tipis kemungkinan peristiwa tersebut terkait perang antarkartel narkoba.
"Jaringan bisnis ilegal narkoba di Indonesia memang sudah menjelma sebagai kejahatan terorganisasi, bahkan masuk kategori kejahatan transnasional terorganisasi (transnational organized crime). Namun, mereka belum memiliki tingkat kecanggihan organisasi kejahatan bersenjata," ujarnya.
Untuk mengungkap kasus tersebut, lanjut Mulyana, diperlukan instruksi bersama panglima TNI dan kapolri untuk mempercepat pengungkapan peristiwa penyerbuan bersenjata ke Lapas Cebongan yang oleh Presiden SBY dinilai merusak kewibawaan negara.
"Harus segera ada klarifikasi publik mengenai dugaan adanya splitting unit dari elite militer berdasarkan seluruh bukti modus operasi, identifikasi balistik, dan kesaksian lengkap lingkungan Lapas Cebongan maupun para napinya," kata Mulyana.
Selain itu, dia juga mendesak Kementerian Hukum dan HAM (Kemkumham) proaktif membentuk tim investigasi dan evaluasi pengamanan lapas. Tugas tim ini, antara lain mengumpulkan fakta internal tentang penyerangan bersenjata tersebut dalam hubungannya dengan pengamanan lapas secara keseluruhan.
Tim juga bertugas mengevaluasi pengamanan lapas untuk memperbaiki kelembagaan dan prosedur tetap pengamanan lapas, sekaligus mengoptimalkan pengamanan tahanan dan narapidana dari ancaman kekerasan fisik dan psikis dari luar maupun dalam lapas.
Polisi : Jangan terpancing info soal Lapas Cebongan di facebook
Info di Fb |
Kepala Divisi Humas Mabes Polri, Irjen Pol Suhardi Alius
mengimbau masyarakat untuk tidak terpancing dengan isu-isu tersebut.
Dia menilai, penyebaran informasi tersebut merupakan pengalihan isu yang
tidak bisa dipertanggungjawabkan.
"Imbauan saya agar masyarakat tidak terpancing dengan pengalihan isu
yang tidak bisa dipertanggungjawabkan," kata Irjen Suhardi kepada
merdeka.com, Sabtu (30/3).
Jika memang benar ada informasi-informasi yang berkaitan dengan kasus
penyerangan Lapas Sleman, Suhardi meminta masyarakat untuk menyerahkan
langsung melalui Mabes Polri.
"Apabila ada info-info lain yang betul, bisa diberikan secara resmi kepada Polri untuk didalami secara terpisah,"
Saat ini, polisi masih terus menyelidiki dan berusaha mengungkap
kasus penembakan yang terjadi pada tengah malam. Polisi pun meragukan
kebenaran informasi tersebut.
"Sebaiknya kita fokus kepada pengungkapan kasus pokoknya, yakni
penyerangan lapas yang mengakibatkan empat korban meninggal supaya tidak
bias," pungkasnya.
Analisa itu diberi judul "Pelaku Penyerangan LP Sleman Adalah Aparat Kepolisian" yang ditulis akun bernama Idjon Djanbi.
Dalam penulisannya, Idjon Djanbi memaparkan beberapa keanehan yang
terjadi saat penyerangan berlangsung. Secara terang-terangan, dia
menuding polisi ada di balik penyerangan tersebut, dan Polda DIY
berusaha menutupi pelaku lain yang terlibat dalam pembunuhan Sertu Heru
Santoso di Hugo's Cafe.
Untuk mendukung analisanya, Idjon Djanbi turut memasukkan sejumlah
foto-foto korban penembakan. Dia menduga telah terjadi penyiksaan
terhadap para korban sebelum ditembak mati oleh para pelaku.
Tak jelas siapa sebenarnya Idjon Djanbi sang penulis itu. Tetapi nama
Idjon Djanbi sejatinya adalah nama pendiri Kopassus. Setelah
ditelusuri, akun itu baru beberapa hari bergabung di facebook.(mdk/tyo)
Tudingan Via Facebook Soal Penyerbuan LP Sleman
Sebuah tulisan di Facebook dengan akun Idjon Djanbi menyebar luas di media sosial. Tulisan tersebut berjudul Pelaku Penyerangan LP Sleman Adalah Aparat Kepolisian.
Intinya adalah tudingan bahwa kasus penyerangan di LP Cebongan, Sleman,
adalah ulah polisi yang melibatkan dua kartel narkoba di tubuh
kepolisian.
Dalam paparannya, penulis dengan akun Idjon Djanbi itu menceritakan apa yang disebutnya sebagai fakta, bukti, urutan kejadian, dan tempat kejadian perkara. Disebutkan bahwa banyak fakta-fakta yang disembunyikan pihak kepolisian. Penulis juga tidak terima tuduhan yang berkembang bahwa pelaku penyerangan adalah Kopassus.
Selain menuding aparat kepolisian berada di belakang peristiwa LP Cebongan, penulis menyatakan kekecewaannya pada Komnas HAM. Pertanyaan Komnas HAM dinilai cenderung menjadi fitnah dan tuduhan tanpa bukti.
Hingga kini belum diketahui siapa orang di balik akun Idjon Djanbi ini. Sampai berita ini diturunkan, Tempo.co masih menelusuri pemilik akun ini.
Menanggapi tulisan tersebut, Ketua Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Siti Noor Laila menyatakan apa yang dipaparkan penulis banyak yang tidak benar. "Misalnya dikatakan bahwa penyerang sudah tahu ruang-ruang di LP Cebongan. Padahal, yang ada adalah pelaku tidak tahu ruang-ruang itu. Mereka menodongkan senjata ke petugas untuk menunjukkan ruangan tahanan yang diincar," kata Noor Laila saat dihubungi Tempo, Sabtu, 30 Maret 2013.
Meski tidak mau menduga siapa pelakunya, yang jelas, kata Noor Laila, penyerangan dilakukan dengan perencanaan yang baik, terlatih, dan profesional. "Ini terbukti dari pelaku yang membawa senjata dan perlengkapan yang dilakukan saat menyerang," kata dia.[Amirullah]
Dalam paparannya, penulis dengan akun Idjon Djanbi itu menceritakan apa yang disebutnya sebagai fakta, bukti, urutan kejadian, dan tempat kejadian perkara. Disebutkan bahwa banyak fakta-fakta yang disembunyikan pihak kepolisian. Penulis juga tidak terima tuduhan yang berkembang bahwa pelaku penyerangan adalah Kopassus.
Selain menuding aparat kepolisian berada di belakang peristiwa LP Cebongan, penulis menyatakan kekecewaannya pada Komnas HAM. Pertanyaan Komnas HAM dinilai cenderung menjadi fitnah dan tuduhan tanpa bukti.
Hingga kini belum diketahui siapa orang di balik akun Idjon Djanbi ini. Sampai berita ini diturunkan, Tempo.co masih menelusuri pemilik akun ini.
Menanggapi tulisan tersebut, Ketua Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Siti Noor Laila menyatakan apa yang dipaparkan penulis banyak yang tidak benar. "Misalnya dikatakan bahwa penyerang sudah tahu ruang-ruang di LP Cebongan. Padahal, yang ada adalah pelaku tidak tahu ruang-ruang itu. Mereka menodongkan senjata ke petugas untuk menunjukkan ruangan tahanan yang diincar," kata Noor Laila saat dihubungi Tempo, Sabtu, 30 Maret 2013.
Meski tidak mau menduga siapa pelakunya, yang jelas, kata Noor Laila, penyerangan dilakukan dengan perencanaan yang baik, terlatih, dan profesional. "Ini terbukti dari pelaku yang membawa senjata dan perlengkapan yang dilakukan saat menyerang," kata dia.[Amirullah]
Menulis Kasus LP Sleman di FB, Siapa Idjon Djanbi?
Sebuah tulisan yang menguraikan insiden penyerangan LP Cebongan muncul di Facebook dan menyebar luas melalui media sosial.
Tulisan yang menggunakan akun Idjon Djanbi itu menguraikan apa yang
disebutnya sebagai fakta, bukti, dan urutan kejadian kasus penyerangan
empat tahanan LP Cebongan, Sleman, yang terjadi pada Sabtu, 23 Maret
2013.
Dalam tulisan berjudul Penyerangan LP Sleman adalah Aparat Kepolisian, penulis dengan akun Idjon Djanbi menyatakan bahwa kasus LP Sleman sebenarnya adalah kasus perseteruan antarbandar narkoba yang melibatkan dua kelompok di kepolisian.
Belum diketahui siapa orang di balik akun Idjon Djanbi. Yang jelas, Idjon Djambi bukanlah nama asing di kalangan Komando Pasukan Khusus (Kopassus). Dia adalah komandan pertama pasukan elite TNI AD.
Dinukil dari buku Pengabdian Korps Baret Merah Abad XX yang diterbitkan Kopassus pada tahun 2000, disebutkan Mayor (Inf) Idjon Djanbi adalah komandan pertama Kesatuan Komando Tentara dan Teritorium III (Kesko TT III) pada 1952-1956. Kesko TT III adalah nama Kopassus saat itu. Kesatuan ini digagas beberapa tahun sebelumnya oleh Panglima TT III Kolonel (Inf) Alex Kawilarang, dan Letnan Kolonel (Inf) Slamet Riyadi.
Dalam perkembangannya, nama pasukan khusus TNI AD memang pernah berganti beberapa kali. Sebelum disebut Kopassus, kesatuan elite ini pernah juga bernama Korps Komando Angkatan Darat (KKAD), Resimen Pasukan Komando Angkatan Darat (RPKAD), Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD), Resimen Para Komando Angkatan Darat (Menparkoad), Pusat Pasukan Khusus Angkatan Darat (Puspassus AD), Komando Pasukan Sandi Yudha (Kopassandda), dan Kopassus.
Idjon Djanbi adalah seorang bekas anggota tentara kerajaan Hindia-Belanda atau Koninklijk Nederlands Indisch Leger (KNIL) yang memilih menjadi warga negara Indonesia. Dia lahir di Kanada sekitar 1915 dan mempunyai nama asli Rokus Bernardus Visser. Setelah berganti kewarganegaraan, dia menggunakan nama Mochammad Idjon Djanbi.
Nama Idjon Djanbi kini diabadikan sebagai nama Kesatrian di Pusat Pendidikan Pasukan Khusus (Pusdikpassus) di Batujajar, Bandung, Jawa Barat.[Amirullah]
Dalam tulisan berjudul Penyerangan LP Sleman adalah Aparat Kepolisian, penulis dengan akun Idjon Djanbi menyatakan bahwa kasus LP Sleman sebenarnya adalah kasus perseteruan antarbandar narkoba yang melibatkan dua kelompok di kepolisian.
Belum diketahui siapa orang di balik akun Idjon Djanbi. Yang jelas, Idjon Djambi bukanlah nama asing di kalangan Komando Pasukan Khusus (Kopassus). Dia adalah komandan pertama pasukan elite TNI AD.
Dinukil dari buku Pengabdian Korps Baret Merah Abad XX yang diterbitkan Kopassus pada tahun 2000, disebutkan Mayor (Inf) Idjon Djanbi adalah komandan pertama Kesatuan Komando Tentara dan Teritorium III (Kesko TT III) pada 1952-1956. Kesko TT III adalah nama Kopassus saat itu. Kesatuan ini digagas beberapa tahun sebelumnya oleh Panglima TT III Kolonel (Inf) Alex Kawilarang, dan Letnan Kolonel (Inf) Slamet Riyadi.
Dalam perkembangannya, nama pasukan khusus TNI AD memang pernah berganti beberapa kali. Sebelum disebut Kopassus, kesatuan elite ini pernah juga bernama Korps Komando Angkatan Darat (KKAD), Resimen Pasukan Komando Angkatan Darat (RPKAD), Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD), Resimen Para Komando Angkatan Darat (Menparkoad), Pusat Pasukan Khusus Angkatan Darat (Puspassus AD), Komando Pasukan Sandi Yudha (Kopassandda), dan Kopassus.
Idjon Djanbi adalah seorang bekas anggota tentara kerajaan Hindia-Belanda atau Koninklijk Nederlands Indisch Leger (KNIL) yang memilih menjadi warga negara Indonesia. Dia lahir di Kanada sekitar 1915 dan mempunyai nama asli Rokus Bernardus Visser. Setelah berganti kewarganegaraan, dia menggunakan nama Mochammad Idjon Djanbi.
Nama Idjon Djanbi kini diabadikan sebagai nama Kesatrian di Pusat Pendidikan Pasukan Khusus (Pusdikpassus) di Batujajar, Bandung, Jawa Barat.[Amirullah]
● Berita Satu | Merdeka | Tempo
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus