Setelah desakan agar dirinya mundur semakin menguat, Soeharto
akhirnya pasrah. Penguasa orde baru itu pun siap meninggalkan kursi
presiden yang dia duduki selama 32 tahun itu.
Namun hingga 20 Mei 1998 malam, Soeharto masih bimbang. Bukan karena harus meninggalkan kursi presiden, Soeharto bimbang untuk menyerahkan negara ini kepada wakil presidennya saat itu, BJ Habibie. Di mata Soeharto, Habibie adalah kawan dekat, cerdas dan cekatan, namun belum 'kuat' untuk menjadi penguasa di nusantara.
Probosutedjo, adik Soeharto, yang berada di kediaman Jalan Cendana, malam itu, mengungkapkan, Soeharto pada malam itu terlihat gugup dan bimbang. "Pak Harto gugup dan bimbang, apakah Habibie siap dan bisa menerima penyerahan itu," ujarnya.
Mendengar kata-kata Pak Harto ini, konon Habibie sangat tersinggung. Sebab, hubungan Pak Harto dan Habibie lebih daripada sekadar dua sahabat politik.
Entah apa yang membuat Soeharto bimbang untuk memberikan kursi presiden kepada Habibie, namun kini sebagian orang memiliki jawabannya sendiri. Sebagian orang menyebut bahwa pemimpin atau Presiden Indonesia harus Jawa. Bila bukan Jawa, nusantara akan terpecah.
Mitos atau kabar burung itu seakan menjadi legitimasi saat Timor-Timur akhirnya lepas dari pangkuan Ibu Pertiwi. Timor-timur lepas setelah pria kelahiran Pare-pare itu menjabat sebagai Presiden ketiga di republik ini.
Banyak pihak menyebut bahwa lepasnya Timor-Timur memang karena Habibie yang saat itu menyetujui adanya jejak pendapat atau referendum. Timor Timur lepas dari Negara Kesatuan Republik Indonesia dan menjadi negara terpisah yang berdaulat pada tanggal 30 Agustus 1999.
Lepasnya Timor Timur di satu sisi memang disesali oleh sebagian warga negara Indonesia, tapi di sisi lain membersihkan nama Indonesia yang sering tercemar oleh tuduhan pelanggaran HAM di Timor Timur.
Hal inilah yang mendorong pihak oposisi yang tidak puas dengan latar belakang Habibie semakin giat menjatuhkan Habibie. Upaya ini akhirnya berhasil dilakukan pada Sidang Umum 1999, Habibie memutuskan tidak mencalonkan diri lagi setelah laporan pertanggungjawabannya ditolak oleh MPR.
Lalu benarkah bahwa presiden Republik Indonesia harus Jawa? ataukah itu hanya sebatas mitos?[hhw]
Namun hingga 20 Mei 1998 malam, Soeharto masih bimbang. Bukan karena harus meninggalkan kursi presiden, Soeharto bimbang untuk menyerahkan negara ini kepada wakil presidennya saat itu, BJ Habibie. Di mata Soeharto, Habibie adalah kawan dekat, cerdas dan cekatan, namun belum 'kuat' untuk menjadi penguasa di nusantara.
Probosutedjo, adik Soeharto, yang berada di kediaman Jalan Cendana, malam itu, mengungkapkan, Soeharto pada malam itu terlihat gugup dan bimbang. "Pak Harto gugup dan bimbang, apakah Habibie siap dan bisa menerima penyerahan itu," ujarnya.
Mendengar kata-kata Pak Harto ini, konon Habibie sangat tersinggung. Sebab, hubungan Pak Harto dan Habibie lebih daripada sekadar dua sahabat politik.
Entah apa yang membuat Soeharto bimbang untuk memberikan kursi presiden kepada Habibie, namun kini sebagian orang memiliki jawabannya sendiri. Sebagian orang menyebut bahwa pemimpin atau Presiden Indonesia harus Jawa. Bila bukan Jawa, nusantara akan terpecah.
Mitos atau kabar burung itu seakan menjadi legitimasi saat Timor-Timur akhirnya lepas dari pangkuan Ibu Pertiwi. Timor-timur lepas setelah pria kelahiran Pare-pare itu menjabat sebagai Presiden ketiga di republik ini.
Banyak pihak menyebut bahwa lepasnya Timor-Timur memang karena Habibie yang saat itu menyetujui adanya jejak pendapat atau referendum. Timor Timur lepas dari Negara Kesatuan Republik Indonesia dan menjadi negara terpisah yang berdaulat pada tanggal 30 Agustus 1999.
Lepasnya Timor Timur di satu sisi memang disesali oleh sebagian warga negara Indonesia, tapi di sisi lain membersihkan nama Indonesia yang sering tercemar oleh tuduhan pelanggaran HAM di Timor Timur.
Hal inilah yang mendorong pihak oposisi yang tidak puas dengan latar belakang Habibie semakin giat menjatuhkan Habibie. Upaya ini akhirnya berhasil dilakukan pada Sidang Umum 1999, Habibie memutuskan tidak mencalonkan diri lagi setelah laporan pertanggungjawabannya ditolak oleh MPR.
Lalu benarkah bahwa presiden Republik Indonesia harus Jawa? ataukah itu hanya sebatas mitos?[hhw]
● Merdeka
memang presiden itu harus dari jawa...orang jawa terkenal pantang menyerah...
BalasHapushal2 berbau ras beginilah yg mengancam keutuhan NKRI..
BalasHapusAnalisa yang sangat kurang lengkap, dan menyadur dari analisa orang lainnya. seharusnya kalau ingin lengkap bisa membuat rangkuman dari beberapa sumber.
BalasHapusIndonesia di waktu itu memang sudah di ujung tanduk, kita berkoar-koar, namun kenyataannya Habibi sudah tidak ada pilihan lain.
Ekonomi kita sudah Hancur Lebur dihantam krisis moneter
TNI kita ibarat Macan tanpa taring, coba bayangkan F-16 kita yang bisa terbang hanya 2 unit, sedang pesawat lainnya hanya pesawat latih dan transport.
Kapal tempur Fregat Van Speijk kita tidak ada yang siap operasional, satu kapal terbakar mesinnya ketika dihidupkan, rudal harpoon dan exocet Ngoooboooss.
kesimpulannya : Habibi (salah satu putra terterterterbaik Indonesia) memutuskan melepas TimTim (saya yakin dia tahu hasil akhirnya timtim lepas), karena tidak ada pilihan lain, untuk menyelamatkan Indonesia dari kehancuran di segala bidang (sesuai pendapat banyak ekomom dunia)
Tidak bennar tim tim lepas karna presidennya bukan orang jawa , ini menyangkut krakter perorangan ,human tracing ,sang habibe nasionalisme patut di pertayakan ,bukan karna suku ras ,tapi loyalti kenegara sudah di perjual bellikan sekalipun dia seorang presiden , tentu tim tim lepas sejarah kellam buat bangsa indonesia ,kedepan tim tim proyek percontohan sekutu sukses lancar ajahh timtim bakal berevek ke propensi lain di situlah rencana panjang barat .
BalasHapusnasionalisme patut di pertayakan ?
Hapusdibandingkan sama siapa pak ? dibandingkan sampean ?
prestasi habibi sudah sangat banyak, mengharumkan nama bangsa.
kalau ngasih pendapat ngaca dulu pak
kita harus jujur dalam menilai bung!
Hapussetuju nasionalisme habibie tanda tanya.
sebagai seorang ilmuwan dia hebat, tidak ada yg mempertanyakan palagi meragukan, hanya orang bodoh yg msh mempertanyakan, tp sebagai negarawan, leadership sebagai bangsa besar dia tdk ada apa2nya dibandingkan pak Harto dan bung Karno, itu realita.........bagaimana suatu wilayah yg sudah dipertaruhkn dg nyawa demikian mudah dilepaskan, dimana kecerdikan dia? (bukan kepintaran bung!), janda2 seroja, veteran seroja...apakah mereka......???? dimana hati nurani....dimana jiwa kepemimpinan, dimana kemampuan dia sebagai ilmuwan ygspertinya hanya bs diterapkan di keilmuwanannya saja?
Pak habibi bukan robot pak.
Hapusmeski dia ilmuwan, jangan samakan dia sama bung karno dan pak harto.
tapi bila dibandingkan dengan semua anggota DPR sekarang, jauh lebih bagus Habibi, ingat !!! dia sering berhubungan dengan politikus kelas dunia, pengalaman is the best !!!
apalagi dibandingkan yang nulis diatas, jauuuuuuh, bumi - langit tingkat 7
berkoar-koar tapi datanya super cekak !!!
Sudah ditakdirkan oleh prabu jayabaya
BalasHapusTakdir milik Allah SWT
Hapusmasih ada ribut jawa non jawa...
BalasHapuspantesan indonesia gak maju2...
emangnya indonesia itu jawa doang apa?
cukuplah sudah menyakiti hati anak bangsa lain dengan pemikiran cuma jawa yg boleh mimpin!!!
kalau memang mau seperti itu, mending bubar aja kita!
kita liat jawa bisa apa tanpa sumatera, kalimantan, sulawesi, papua???