KRI Makasar 590 |
Komando Armada RI Kawasan Timur (Koarmatim) akan mengirimkan kapal perang untuk membantu korban bencana Badai Haiyan di Philipina.
Rencana opersi kemanusiaan dan Bhakti Sosial (Bhaksos) oleh salah satu unsur Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) di Koarmatim masih dibahas secara intensif melibatkan jajaran TNI AL dan berbagai pihak terkait termasuk Kementrian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat (Kemenkokesra), Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pusat dan daerah.
Rencananya, unsur kapal perang Koarmatim yang dikerahkan dalam misi kemanusiaan tersebut yaitu KRI Makassar-590. Kapal tersebut adalah jenis Landing Platform Dock (LPD), yang memiliki ruang yang cukup untuk mengangkut berbagai macam bantuan berupa bahan makanan, material sarana dan prasarana dan bahan kontak lainnya dengan jumlah besar. Kapal perang ini juga memilki dua kapal pendarat atau Landing Craft Utility (LCU) yang bisa untuk memangkut kendaran dan bahan kontak serta dapat mendarat di daerah pesisir pantai.
Rencanaya, KRI Makassar-590 menjalankan tugas operasi kemanusiaan di Philipina di Bawah Kendali Opersi (BKO) Gugus Tempur Laut (Guspurla) Koarmatim. Satgas operasi bhakti ini akan dipimpin langsung oleh Komandan Guspurla Koarmatim Laksamana Pertama TNI Aan Kurnia, S.Sos.
Penyiapan unsur kapal perang ini, merupakan tindak lanjut Koarmatim dalam mendukung kebijakan pemerintah dalam upaya untuk berperan serta secara langsung dan wujud kepedulian terhadap korban bencana yang terjadi di negara tetangga di kawasan Asia Tenggara sekaligus sesama anggota Association of Southeast Asian Nations (ASEAN).
Badai dengan kekuatan super itu menerjang Pulau Samar, 370 mil atau sekitar 481 kilometer tenggara Manila, ibu kota Philipina. Badai tersebut mengembuskan angin dengan kecepatan 253 kilometer per jam. Bahkan, dalam sebuah kesempatan, badai itu membawa angin dengan kecepatan mencapai 305 kilometer per jam.
Aparat Philipina masih terus melakukan pencarian korban tewas akibat Haiyan yang jumlahnya diduga mencapai lebih dari 10.000 orang itu. Meski, data resmi pemerintah sebenarnya menyebutkan jumlah korban tewas akibat badai Haiyan adalah 942 orang. Semenjak pemerintah Philipina menetapkan keadaan tersebut sebagai bencana nasional, bantuan internasional berangsur-angsur telah masuk ke daerah bencana yang terjadi bencana tersebut.
Rencana opersi kemanusiaan dan Bhakti Sosial (Bhaksos) oleh salah satu unsur Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) di Koarmatim masih dibahas secara intensif melibatkan jajaran TNI AL dan berbagai pihak terkait termasuk Kementrian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat (Kemenkokesra), Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pusat dan daerah.
Rencananya, unsur kapal perang Koarmatim yang dikerahkan dalam misi kemanusiaan tersebut yaitu KRI Makassar-590. Kapal tersebut adalah jenis Landing Platform Dock (LPD), yang memiliki ruang yang cukup untuk mengangkut berbagai macam bantuan berupa bahan makanan, material sarana dan prasarana dan bahan kontak lainnya dengan jumlah besar. Kapal perang ini juga memilki dua kapal pendarat atau Landing Craft Utility (LCU) yang bisa untuk memangkut kendaran dan bahan kontak serta dapat mendarat di daerah pesisir pantai.
Rencanaya, KRI Makassar-590 menjalankan tugas operasi kemanusiaan di Philipina di Bawah Kendali Opersi (BKO) Gugus Tempur Laut (Guspurla) Koarmatim. Satgas operasi bhakti ini akan dipimpin langsung oleh Komandan Guspurla Koarmatim Laksamana Pertama TNI Aan Kurnia, S.Sos.
Penyiapan unsur kapal perang ini, merupakan tindak lanjut Koarmatim dalam mendukung kebijakan pemerintah dalam upaya untuk berperan serta secara langsung dan wujud kepedulian terhadap korban bencana yang terjadi di negara tetangga di kawasan Asia Tenggara sekaligus sesama anggota Association of Southeast Asian Nations (ASEAN).
Badai dengan kekuatan super itu menerjang Pulau Samar, 370 mil atau sekitar 481 kilometer tenggara Manila, ibu kota Philipina. Badai tersebut mengembuskan angin dengan kecepatan 253 kilometer per jam. Bahkan, dalam sebuah kesempatan, badai itu membawa angin dengan kecepatan mencapai 305 kilometer per jam.
Aparat Philipina masih terus melakukan pencarian korban tewas akibat Haiyan yang jumlahnya diduga mencapai lebih dari 10.000 orang itu. Meski, data resmi pemerintah sebenarnya menyebutkan jumlah korban tewas akibat badai Haiyan adalah 942 orang. Semenjak pemerintah Philipina menetapkan keadaan tersebut sebagai bencana nasional, bantuan internasional berangsur-angsur telah masuk ke daerah bencana yang terjadi bencana tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.