Biaya pertahanan di Indonesia baru mencakup 0,83 persen dari CDV Tangerang ★ Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Budiman, melakukan kunjungan kerja di Yonkav 9/Serbu Kodam Jaya.
Budiman melakukan pengecekan sejumlah alutsista. Selain alutsista, dia pun meninjau kondisi perumahan asrama anggota TNI di sana.
“Hanya Tank AMX 13 yang kondisinya sudah tak layak. Karena sebelum saya lahir pun alat tersebut sudah ada. Namun, setelah saya melakukan pengecekan hari ini. Dalam dua minggu kedepan sudah bisa dilakukan modernisasi,” kata Budiman di Yonkav 9, Jalan Raya Serpong, Tangerang Selatan, Jumat (25/4/2014).
Sementara kendaraan jenis Tarantula menurut Budiman, semua masih dengan kondisi baik. Hanya kondisi perumahan yang perlu dilakukan perawatan. “Dengan kunjungan saya ini juga untuk melihat sejauh mana tingkat profesional para anggota prajurit TNI,” ucapnya.
Budiman mengaku, biaya pertahanan Indonesia masih terendah dunia. “Biaya pertahanan di Indonesia baru mencakup 0,83 persen dari CDV. Kurang lebih normal biayanya pertahanan berkisar 2 persen dari CDV,” ujarnya.
Dari tahun 2009-2014 anggaran untuk alutsista yang terbesar mencapai lebih U$ 1 M atau Rp 10 triliun untuk modernisasi peralatan aslutsista multy launser roket sistem.
Diantaranya, Apache, MLRS, Caesar, 155 Monetrak, Mistral (penangkis udara) Startreak, Leopard. “Untuk sementara lebih untuk kesejahteraan rakyatnya dulu. Kalau anggaran pertahanan berlebihan juga tidak seimbang. Mudah-mudahan kedepannya bisa secara pararel,” katanya.
Untuk personel, kata dia, lebih dilakukan peningkatan tentang teknologi, baik mekanik, otomotif serta IT. “Sehingga, lima tahun kedepan setelah dilakukan modernisasi alutsita sudah dibarengi dengan sumber daya manusianya. Terlebih lagi, produk pertahanan kita terbuat dari dalam negeri,” tutupnya.
Budiman melakukan pengecekan sejumlah alutsista. Selain alutsista, dia pun meninjau kondisi perumahan asrama anggota TNI di sana.
“Hanya Tank AMX 13 yang kondisinya sudah tak layak. Karena sebelum saya lahir pun alat tersebut sudah ada. Namun, setelah saya melakukan pengecekan hari ini. Dalam dua minggu kedepan sudah bisa dilakukan modernisasi,” kata Budiman di Yonkav 9, Jalan Raya Serpong, Tangerang Selatan, Jumat (25/4/2014).
Sementara kendaraan jenis Tarantula menurut Budiman, semua masih dengan kondisi baik. Hanya kondisi perumahan yang perlu dilakukan perawatan. “Dengan kunjungan saya ini juga untuk melihat sejauh mana tingkat profesional para anggota prajurit TNI,” ucapnya.
Budiman mengaku, biaya pertahanan Indonesia masih terendah dunia. “Biaya pertahanan di Indonesia baru mencakup 0,83 persen dari CDV. Kurang lebih normal biayanya pertahanan berkisar 2 persen dari CDV,” ujarnya.
Dari tahun 2009-2014 anggaran untuk alutsista yang terbesar mencapai lebih U$ 1 M atau Rp 10 triliun untuk modernisasi peralatan aslutsista multy launser roket sistem.
Diantaranya, Apache, MLRS, Caesar, 155 Monetrak, Mistral (penangkis udara) Startreak, Leopard. “Untuk sementara lebih untuk kesejahteraan rakyatnya dulu. Kalau anggaran pertahanan berlebihan juga tidak seimbang. Mudah-mudahan kedepannya bisa secara pararel,” katanya.
Untuk personel, kata dia, lebih dilakukan peningkatan tentang teknologi, baik mekanik, otomotif serta IT. “Sehingga, lima tahun kedepan setelah dilakukan modernisasi alutsita sudah dibarengi dengan sumber daya manusianya. Terlebih lagi, produk pertahanan kita terbuat dari dalam negeri,” tutupnya.
★ Sindo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.