Sebelumnya merupakan perjalanan Kompi Benny mulai dari Lap. Udara Simpang Tiga Pekanbaru-Medan, hingga ke Permatang Siantar. Sekarang ini merupakan OPERASI 17 AGUSTUS, yang merupakan OPERASI PAMUNGKAS dalam kiprah perjalanan KOMPI BENNY dalam penumpasan PRRI.
Operasi pamungkas Merebut Kota Padang Operasi 17 Agustus [google]
Dengan jatuhnya Pekanbaru dan Medan maka tinggal kota Padang yang masih dikuasai oleh PRRI, untuk merebut ibukota pemberontak itu, maka disiapkan lah Operasi 17 Agustus, suatu Operasi Militer Pamungkas yang dipimpin oleh Kolonel Ahmad Yani.
"Apapun, bagaimanapun, berapapun biaya-nya, Padang harus kita rebut! Kita akan melancarkan konsep serangan Operasi Gabungan, persiapkan dengan matang!" Bunyi briefing Kolonel Ahmad Yani kepada para staf operasinya.
Konsep Operasi Gabungan dengan eskalasi besar ini melibatkan Operasi Lintas Udara (Airbone) dengan Operasi Pendaratan Lintas Laut secara serentak. OPS LINUD adalah tugas satuan RPKAD dan PGT, sedangkan KKO akan melakukan OPS LINTAS LAUT. Satuan gabungan udara dan amfibi akan mendapatkan perlindungan dari kapal-kapal ALRI serta payung udara P-51 Mustang dan B-25 Mitchell.
Djam D 06.00 - Hari H 17 April 1958 Operasi 17 Agustus di lancarkan. Seperti biasa, sebagai ujung tombak adalah Kompi RPKAD pimpinan Benny. Tugas Kompi Benny cukup berat, karena bukan hanya harus merebut pangkalan udara Tabing dari tangan pemberontak, tapi juga memandu/membuat pancangan aman bagi penerjunan pasukan PGT dan perbekalan dalam sortie berikutnya.
Mengambil pengalaman sewaktu serbuan di Pekanbaru dan Medan kemarin, Benny menyadari betapa pentingnya payung cadangan bagi pasukan yang akan terjun ke palagan. Oleh karena itu Benny merencanakan segala sesuatunya dengan lebih baik. Benny memerintahkan seluruh anggotanya membawa payung cadangan serta ekstra amunisi karena pasukan PRRI yang dihadapi kali ini pasti jauh lebih siap dibanding rekan-rekannya di Pekanbaru dan Medan.
PRRI Padang yang dikomandoi oleh Letkol Ahmad Hussein memang sudah menyiapkan sambutan "spesial" bagi pasukan penyerbu. Selain diperkuat dengan beberapa batalyon bersenjata lengkap, seluruh Pangkalan Udara Tabing dipenuhi ribuan bambu-bambu runcing yang dipancangkan mendongak keatas, siap memangsa siapa saja yang mencoba menyerbu dari udara.
"Mereka memasang ribuan perangkap di Lanud Tabing. Bambu-bambu runcing yang dipancang mendongak seperti tusuk sate saja, siap memangsa pasukan Linud" demikian ulasan Letkol Udara Wiriadinata dalam laporannya kepada KSAD Mayjen TNI AH.Nasution.
Di daerah perbukitan sekitar sekitar pelabuhan Teluk Bayur, 1 Kompi Artileri PRRI bersiaga siap membombardier sebarang pendaratan di Tabing, bahkan perairan antara Pantai Air Manis hingga Gunung Padang dijaga tidak kurang 20 pucuk SMB Browning 12.7mm.Antara Hidup dan Mati di Angkasa Lanud TabingKRI Gajah Mada [indomiliter]
Pesawat C-47 Dakota yang membawa Kompi Benny memasuki Padang dari arah laut, iring-iringan pesawat melewati eskader ALRI dibawah yang sedang melakukan bombamdemen pantai dipimpin KRI Gajah Mada. Kapal type Destroyer hasil hibah AL Belanda pada akhir 1950 itu merupakan kapal perang tercanggih dengan persenjataan paling hebat yang dimiliki Armada RI. Semakin mendekat ke Lanud Tabing, mereka disambut dentuman artileri penangkis serangan udara milik PRRI.
Seperti biasa Benny menjadi penerjun 2. Gugurnya Kopral Sihombing di Simpang Tiga Permatang Siantar yang biasanya selalu menjadi orang pertama yang terjun digantikan oleh Sersan Solikhin. Benny sendiri merasakan seperti ada sesuatu yang hilang dalam operasi kali ini. Sihombing yang sudah bersamanya sejak operasi penumpasan DI/TII di Jawa Barat sudah tidak bersamanya lagi.
Lampu merah menyala. "Penerjun siap dipintu!" Teriak Jumpmaster. Benny dan anak buahnya pun berdiri menuju pintu mengikut urutan nya masing-masing.
Beeep! Green light! "Go!!" Tanpa ragu_ragu Serda Solikhin sebagai Penerjun 1 menerjang keluar pesawat. Ketika tiba giliran Benny, ketika ia bersiap-siap mendadak pesawat oleng dan bergetar keras. Rupanya pesawat berusaha menghindari tembakan artileri penangkis serangan udara dari bawah, yang jelas gerakan pesawat tersebut membuat kaki Benny terlilit static line, tali pengikat penerjun pada pesawat. Benny pun spontan mundur selangkah untuk melepaskan lilitan tersebut, namun langkah mundur Benny ini justru disalah artikan oleh Jumpmaster di pintu pesawat, ia mengira Benny ragu-ragu terjun. Tanpa ragu-ragu dengan dorongan keras Jumpmaster mendepak Benny keluar pesawat.
Benny didepak keluar dari badan pesawat dengan static line masih melilit kakinya. Kontan saja Benny stuck di bawah badan pesawat, terhempas-hempas oleh angin, tali melilit kaki, dengan payung kuncup! Ketika Benny masih berjuang antara hidup dan mati dengan lilitan static line dan payung kuncup, anak-anak buanhnya sudah berhamburan terjun ke bawah. Payung-payung mereka mengembang dengan sempurna. Di tengah-tengah pikiran galau Benny berusaha tetap tenang sambil tetap berusaha melepaskan tali di kakinya. Benny kemudian berhasil menggapai pisau komando dipinggangnya, memotong tali yang membelit kakinya, tali putus dan Benny langsung terjun bebas ke bawah. Hanya berjarak sepersekian detik, tangan kirinya mencabut rilis payung cadangan yang meskipun dalam ketinggian minimun masih mengambang sempurna.
Benny meluncur keras kebawah dan mendarat bergulingan di tanah. Lutut kakinya terasa linu dan sakit sekali akibat terbentur badan pesawat yang menghempas-hempas kan nya, tidak kuat menahan beban tubuhnya yang penuh peralatan tempur.
Dengan terpincang-pincang dan menahan sakit, Benny menghampiri anak buahnya yang sudah berkumpul siap melakukan serbuan.
Gerakan ke Muaralabuh, Dading Terluka ParahTernyata seperti halnya di Pekanbaru dan Medan, pasukan PRRI di Padang tidak menunjukkan perlawanan yang hebat. Padahal, dari segi kekuatan dan persenjataan kekuatan bisa dikatakan berimbang. Agaknya para pemberontak sudah melorot semangatnya, terbukti bahwa Letkol Ahmad Hussein yang menjadi pucuk pimpinan pasukan PRRI mundur ke Solok.
Praktis sekitar jam 13.00 seluruh kota Padang sudah berada dalam kontrol TNI. Hampir semua unsur pasukan pendarat yang terdiri dari YON 438, YON 440, YON 431/Raiders Diponegoro, YON 509, YON 510/Brawijaya dan 1 YON KKO berhasil menduduki sasarannya masing-masing. Sedangkan pasukan PRRI yang menyerah, tanpa kecurigaan sedikitpun tidak ditahan bahwa mereka langsung dikerahkan sebagai unsur pendukung dan pengawalan tambahan. Sikap dan attitude dari komandan operasi Kolonel Ahmad Yani ini begitu berkesan di hati Benny.
Besoknya, Kompi Benny diperintahkan untuk menyerbu Indairung bersama YON 438/Diponegoro. Namun, Benny dengan sangat terpaksa tidak bisa memimpin anak buahnya karena kakinya masih dalam balutan gips akibat cedera waktu penerjunan. Jangankan untuk bertempur, jalan kaki saja Benny merasa nyeri sekali, akhirnya kali ini Benny absen dari pertempuran.
Hari berikutnya, Benny memaksa diri untuk ikut menyusul anak buahnya di Alahan Panjang. Hatinya tidak tenang, melihat dirinya beristirahat sedangkan anak buahnya menyabung nyawa di palagan. Alahan Panjang merupakan kota strategis yang terletak di sebuah perempatan jalur transportasi. Semua jalan-jalan utama ke arah kota-kota si Sumatera Barat harus melalui jalur ini, baik dari Padang, Solok, maupun Bukitinggi. Di Alahan Panjang ini, Kompi Benny berhasil menyergap konvoy PRRI yang baru saja mengawal Mr. Syafruddin Prawiranegara. Dalam penyergapan, kontak senjata singkat namun sengit terjadi. Akhirnya, 20 PRRI dapat ditewaskan sedangkan sisanya menyerahkan diri.
Kolonel Ahmad Yani yang terus memantau gerakan Kompi RPKAD segera datang ke Alahan Panjang. Kompi Benny diperintahkan untuk melanjutkan gerakan ke Muaralabuh karena adanya indikasi bahwa sejumlah besar pasukan PRRI sudah menyingkir ke sekitar Gunung Kerinci di perbatasan Jambi. Manuver PRRI ini sangat merungsingkan KSAD Mayjen TNI AH. Nasution. Sebab provinsi Jambi dengan susah payah sudah diperjuangkan Pak Nas secara persuasif agar tidak ikut-ikutan memberontak.
Gabungan Kompi RPKAD dan Yon Raiders Diponegoro bergerak ke Muaralabuh dengan iring-iringan truk. Benny beserta beberapa prajurit menumpang pick-up di belakang. Selama perjalanan, tidak di temukan hambatan berarti sehingga kemudian jalanan mulai menanjak mendekati tebing, mesin pickup yang memang sudah tua mulai rewel. Disitu mata Benny tiba-tiba melihat seutas kawat yang melintang ditengah jalan, pengemudi pickup langsung ia perintahkan berhenti. Benny pun turun dengan sikap waspada sambil memperhatikan kawat tersebut. Pikirnya mungkin saja hanya kawat telepon biasa yang sudah putus tapi bagaimana kalau pemicu ranjau atau bom tarik seperti yang dipakai dalam masa Perang Kemerdekaan dulu?
Baru saja Benny berjalan beberapa langkah, tiba-tiba terdengan suara menggelegar tembakan Bazooka. Kontan Benny dan anak buahnya bertiarap. Proyektil Bazooka menghantam telak pickup yang tadi ditumpangi Benny, menghamburkan tanah dan serpihan-serpihan cadas keudara. Belum hilang rasa kaget Benny akibat sergapan tiba-tiba tersebut, terdengar suara merintih,
"Aduhhhh..Bennn.."
"Siapa itu? Dading? Neng endi kowe Ding?!" Teriak Benny. Rupanya pandangan matanya tertutup asap dan debu. Dari balik kepulan asap kemudian nampak Letda Dading Kalbuadi terkapar bersimbah darah dipinggir jalan. Sebuah proyektil panas menancap dilehernya dan membuat luka besar menganga.
Tanpa perlu dikomando lagi serangan balasan dilancarkan. Tembak menembak pun berlangsung seru. Rentetan senapan perorangan, senapan mesin, diselingi oleh dentuman Bazooka dan Mortir 60mm. Ditengah-tengah pertempuran, Benny berlari mendapatkan Dading yang bersimbah darah. Disitu kemudiannya datang merayap wakilnya, Letda Soeweno.
"Wen, Dading ungsikan kebelakang dulu. Kasi bantuan medis. Kamu jaga dia!" Perintah Benny.
"Siap Ben!" Jawab Soeweno.
Soeweno langsung mengambil alih sebuah truk, setelah menaikkan Dading ke bak truk, langsung dilarikan ke garis belakang untuk perawatan. Truk dibawa seperti kesetanan, pikirannya cuma satu, nyawa "konconya" itu harus diselamatkan.
Ketika pasukan RPKAD dan Raiders Diponegoro berhasil mencapai tempat perkubuan para pemberontak, mereka hanya menemukan gubuk-gubuk kosong dengan sajian nasi hangat dalam jumlah yang besar. Rupannya, belum pun sempat mereka sarapan pagi, pasukan TNI keburu menyerbu. Banyak persenjataan yang ditinggalkan begitu saja, termasuk Bazooka 2.6 yang berserakan, sejenis dengan yang menghantam Letda Dading Kalbuadi tadi.
Selama menuju Alahan Panjang, pasukan Benny tidak kurang mengalami empat kali penghadangan, dan empat kali pula pasukan PRRI dapat dipukul mundur. Tidak berapa lama kemudian Alahan Panjang pun dapat direbut.
Situasi Sumatera berangsur-angsur kembali aman dan tertib, apalagi ketika Presiden Soekarno mengeluarkan amnesti massal, semua yang pernah bergabung dalam PRRI diampunkan dan diterima kembali kepangkuan ibu pertiwi.
Benny bersama anak buahnya kemudian ditarik kembali ke basisnya di Batujajar. Mereka telah mengalami serangkaian petualangan yang heroik tapi juga penuh pengalaman-pengalaman yang mendebarkan hati karena harus berhadapan dengan saudara sebangsa setanah air. Dari 2 Kompi RPKAD yang di terjunkan selama OPERASI TEGAS, SAPTA MARGA dan 17 AGUSTUS, RPKAD kehilangan 9 personilnya gugur, termasuk seorang perwira pertama Kapten Anumerta Fadhillah, Komandan Kompi A/RPKAD. Seorang lagi perwira RPKAD dari Kompi Benny, Letda Dading Kalbuadi terluka parah dan dievakuasi ke Jakarta. Nyawa Dading terselamatkan, meski begitu dia harus absen dari rutinitas Komando hampir 1 tahun. Salah satu pecahan proyektil Bazooka yang menancap dilehernya dan hampir merenggut nyawanya, disimpan Dading sebagai kenang-kenangan.
Di pintu pesawat yang mengudara meninggalkan Lanud Tabing menuju ke basis di Batujajar, Benny termenung memandang kebawah. Ingatannya melayang ketika ia pertama kali terjun ke medan pertempuran, nyawa nya terasa sudah diujung tanduk saja. Ingatannya melayang teringat rekannya Lettu Fadhillah, anak buahnya Kopral Sihombing dan beberapa lagi yang gugur dalam pertempuran. Hanya doa dipanjatkan semoga mereka diterima disisi Nya.
Sekian ---
Sumber Tulisan :
Sepak Terjang Pasukan Komando-V.Pitaya, Notulen Dading Kalbuadi, Memenuhi Panggilan Tugas Jilid II-AH. Nasution, Biografi Benny Moerdani, Disjarahad, Sejarah PRRI dan catatan2 para pelaku peristiwa.
Oleh Samuel.Tirta (Kaskuser)
Operasi pamungkas Merebut Kota Padang Operasi 17 Agustus [google]
Dengan jatuhnya Pekanbaru dan Medan maka tinggal kota Padang yang masih dikuasai oleh PRRI, untuk merebut ibukota pemberontak itu, maka disiapkan lah Operasi 17 Agustus, suatu Operasi Militer Pamungkas yang dipimpin oleh Kolonel Ahmad Yani.
"Apapun, bagaimanapun, berapapun biaya-nya, Padang harus kita rebut! Kita akan melancarkan konsep serangan Operasi Gabungan, persiapkan dengan matang!" Bunyi briefing Kolonel Ahmad Yani kepada para staf operasinya.
Konsep Operasi Gabungan dengan eskalasi besar ini melibatkan Operasi Lintas Udara (Airbone) dengan Operasi Pendaratan Lintas Laut secara serentak. OPS LINUD adalah tugas satuan RPKAD dan PGT, sedangkan KKO akan melakukan OPS LINTAS LAUT. Satuan gabungan udara dan amfibi akan mendapatkan perlindungan dari kapal-kapal ALRI serta payung udara P-51 Mustang dan B-25 Mitchell.
Djam D 06.00 - Hari H 17 April 1958 Operasi 17 Agustus di lancarkan. Seperti biasa, sebagai ujung tombak adalah Kompi RPKAD pimpinan Benny. Tugas Kompi Benny cukup berat, karena bukan hanya harus merebut pangkalan udara Tabing dari tangan pemberontak, tapi juga memandu/membuat pancangan aman bagi penerjunan pasukan PGT dan perbekalan dalam sortie berikutnya.
Mengambil pengalaman sewaktu serbuan di Pekanbaru dan Medan kemarin, Benny menyadari betapa pentingnya payung cadangan bagi pasukan yang akan terjun ke palagan. Oleh karena itu Benny merencanakan segala sesuatunya dengan lebih baik. Benny memerintahkan seluruh anggotanya membawa payung cadangan serta ekstra amunisi karena pasukan PRRI yang dihadapi kali ini pasti jauh lebih siap dibanding rekan-rekannya di Pekanbaru dan Medan.
PRRI Padang yang dikomandoi oleh Letkol Ahmad Hussein memang sudah menyiapkan sambutan "spesial" bagi pasukan penyerbu. Selain diperkuat dengan beberapa batalyon bersenjata lengkap, seluruh Pangkalan Udara Tabing dipenuhi ribuan bambu-bambu runcing yang dipancangkan mendongak keatas, siap memangsa siapa saja yang mencoba menyerbu dari udara.
"Mereka memasang ribuan perangkap di Lanud Tabing. Bambu-bambu runcing yang dipancang mendongak seperti tusuk sate saja, siap memangsa pasukan Linud" demikian ulasan Letkol Udara Wiriadinata dalam laporannya kepada KSAD Mayjen TNI AH.Nasution.
Di daerah perbukitan sekitar sekitar pelabuhan Teluk Bayur, 1 Kompi Artileri PRRI bersiaga siap membombardier sebarang pendaratan di Tabing, bahkan perairan antara Pantai Air Manis hingga Gunung Padang dijaga tidak kurang 20 pucuk SMB Browning 12.7mm.Antara Hidup dan Mati di Angkasa Lanud TabingKRI Gajah Mada [indomiliter]
Pesawat C-47 Dakota yang membawa Kompi Benny memasuki Padang dari arah laut, iring-iringan pesawat melewati eskader ALRI dibawah yang sedang melakukan bombamdemen pantai dipimpin KRI Gajah Mada. Kapal type Destroyer hasil hibah AL Belanda pada akhir 1950 itu merupakan kapal perang tercanggih dengan persenjataan paling hebat yang dimiliki Armada RI. Semakin mendekat ke Lanud Tabing, mereka disambut dentuman artileri penangkis serangan udara milik PRRI.
Seperti biasa Benny menjadi penerjun 2. Gugurnya Kopral Sihombing di Simpang Tiga Permatang Siantar yang biasanya selalu menjadi orang pertama yang terjun digantikan oleh Sersan Solikhin. Benny sendiri merasakan seperti ada sesuatu yang hilang dalam operasi kali ini. Sihombing yang sudah bersamanya sejak operasi penumpasan DI/TII di Jawa Barat sudah tidak bersamanya lagi.
Lampu merah menyala. "Penerjun siap dipintu!" Teriak Jumpmaster. Benny dan anak buahnya pun berdiri menuju pintu mengikut urutan nya masing-masing.
Beeep! Green light! "Go!!" Tanpa ragu_ragu Serda Solikhin sebagai Penerjun 1 menerjang keluar pesawat. Ketika tiba giliran Benny, ketika ia bersiap-siap mendadak pesawat oleng dan bergetar keras. Rupanya pesawat berusaha menghindari tembakan artileri penangkis serangan udara dari bawah, yang jelas gerakan pesawat tersebut membuat kaki Benny terlilit static line, tali pengikat penerjun pada pesawat. Benny pun spontan mundur selangkah untuk melepaskan lilitan tersebut, namun langkah mundur Benny ini justru disalah artikan oleh Jumpmaster di pintu pesawat, ia mengira Benny ragu-ragu terjun. Tanpa ragu-ragu dengan dorongan keras Jumpmaster mendepak Benny keluar pesawat.
Benny didepak keluar dari badan pesawat dengan static line masih melilit kakinya. Kontan saja Benny stuck di bawah badan pesawat, terhempas-hempas oleh angin, tali melilit kaki, dengan payung kuncup! Ketika Benny masih berjuang antara hidup dan mati dengan lilitan static line dan payung kuncup, anak-anak buanhnya sudah berhamburan terjun ke bawah. Payung-payung mereka mengembang dengan sempurna. Di tengah-tengah pikiran galau Benny berusaha tetap tenang sambil tetap berusaha melepaskan tali di kakinya. Benny kemudian berhasil menggapai pisau komando dipinggangnya, memotong tali yang membelit kakinya, tali putus dan Benny langsung terjun bebas ke bawah. Hanya berjarak sepersekian detik, tangan kirinya mencabut rilis payung cadangan yang meskipun dalam ketinggian minimun masih mengambang sempurna.
Benny meluncur keras kebawah dan mendarat bergulingan di tanah. Lutut kakinya terasa linu dan sakit sekali akibat terbentur badan pesawat yang menghempas-hempas kan nya, tidak kuat menahan beban tubuhnya yang penuh peralatan tempur.
Dengan terpincang-pincang dan menahan sakit, Benny menghampiri anak buahnya yang sudah berkumpul siap melakukan serbuan.
Gerakan ke Muaralabuh, Dading Terluka ParahTernyata seperti halnya di Pekanbaru dan Medan, pasukan PRRI di Padang tidak menunjukkan perlawanan yang hebat. Padahal, dari segi kekuatan dan persenjataan kekuatan bisa dikatakan berimbang. Agaknya para pemberontak sudah melorot semangatnya, terbukti bahwa Letkol Ahmad Hussein yang menjadi pucuk pimpinan pasukan PRRI mundur ke Solok.
Praktis sekitar jam 13.00 seluruh kota Padang sudah berada dalam kontrol TNI. Hampir semua unsur pasukan pendarat yang terdiri dari YON 438, YON 440, YON 431/Raiders Diponegoro, YON 509, YON 510/Brawijaya dan 1 YON KKO berhasil menduduki sasarannya masing-masing. Sedangkan pasukan PRRI yang menyerah, tanpa kecurigaan sedikitpun tidak ditahan bahwa mereka langsung dikerahkan sebagai unsur pendukung dan pengawalan tambahan. Sikap dan attitude dari komandan operasi Kolonel Ahmad Yani ini begitu berkesan di hati Benny.
Besoknya, Kompi Benny diperintahkan untuk menyerbu Indairung bersama YON 438/Diponegoro. Namun, Benny dengan sangat terpaksa tidak bisa memimpin anak buahnya karena kakinya masih dalam balutan gips akibat cedera waktu penerjunan. Jangankan untuk bertempur, jalan kaki saja Benny merasa nyeri sekali, akhirnya kali ini Benny absen dari pertempuran.
Hari berikutnya, Benny memaksa diri untuk ikut menyusul anak buahnya di Alahan Panjang. Hatinya tidak tenang, melihat dirinya beristirahat sedangkan anak buahnya menyabung nyawa di palagan. Alahan Panjang merupakan kota strategis yang terletak di sebuah perempatan jalur transportasi. Semua jalan-jalan utama ke arah kota-kota si Sumatera Barat harus melalui jalur ini, baik dari Padang, Solok, maupun Bukitinggi. Di Alahan Panjang ini, Kompi Benny berhasil menyergap konvoy PRRI yang baru saja mengawal Mr. Syafruddin Prawiranegara. Dalam penyergapan, kontak senjata singkat namun sengit terjadi. Akhirnya, 20 PRRI dapat ditewaskan sedangkan sisanya menyerahkan diri.
Kolonel Ahmad Yani yang terus memantau gerakan Kompi RPKAD segera datang ke Alahan Panjang. Kompi Benny diperintahkan untuk melanjutkan gerakan ke Muaralabuh karena adanya indikasi bahwa sejumlah besar pasukan PRRI sudah menyingkir ke sekitar Gunung Kerinci di perbatasan Jambi. Manuver PRRI ini sangat merungsingkan KSAD Mayjen TNI AH. Nasution. Sebab provinsi Jambi dengan susah payah sudah diperjuangkan Pak Nas secara persuasif agar tidak ikut-ikutan memberontak.
Gabungan Kompi RPKAD dan Yon Raiders Diponegoro bergerak ke Muaralabuh dengan iring-iringan truk. Benny beserta beberapa prajurit menumpang pick-up di belakang. Selama perjalanan, tidak di temukan hambatan berarti sehingga kemudian jalanan mulai menanjak mendekati tebing, mesin pickup yang memang sudah tua mulai rewel. Disitu mata Benny tiba-tiba melihat seutas kawat yang melintang ditengah jalan, pengemudi pickup langsung ia perintahkan berhenti. Benny pun turun dengan sikap waspada sambil memperhatikan kawat tersebut. Pikirnya mungkin saja hanya kawat telepon biasa yang sudah putus tapi bagaimana kalau pemicu ranjau atau bom tarik seperti yang dipakai dalam masa Perang Kemerdekaan dulu?
Baru saja Benny berjalan beberapa langkah, tiba-tiba terdengan suara menggelegar tembakan Bazooka. Kontan Benny dan anak buahnya bertiarap. Proyektil Bazooka menghantam telak pickup yang tadi ditumpangi Benny, menghamburkan tanah dan serpihan-serpihan cadas keudara. Belum hilang rasa kaget Benny akibat sergapan tiba-tiba tersebut, terdengar suara merintih,
"Aduhhhh..Bennn.."
"Siapa itu? Dading? Neng endi kowe Ding?!" Teriak Benny. Rupanya pandangan matanya tertutup asap dan debu. Dari balik kepulan asap kemudian nampak Letda Dading Kalbuadi terkapar bersimbah darah dipinggir jalan. Sebuah proyektil panas menancap dilehernya dan membuat luka besar menganga.
Tanpa perlu dikomando lagi serangan balasan dilancarkan. Tembak menembak pun berlangsung seru. Rentetan senapan perorangan, senapan mesin, diselingi oleh dentuman Bazooka dan Mortir 60mm. Ditengah-tengah pertempuran, Benny berlari mendapatkan Dading yang bersimbah darah. Disitu kemudiannya datang merayap wakilnya, Letda Soeweno.
"Wen, Dading ungsikan kebelakang dulu. Kasi bantuan medis. Kamu jaga dia!" Perintah Benny.
"Siap Ben!" Jawab Soeweno.
Soeweno langsung mengambil alih sebuah truk, setelah menaikkan Dading ke bak truk, langsung dilarikan ke garis belakang untuk perawatan. Truk dibawa seperti kesetanan, pikirannya cuma satu, nyawa "konconya" itu harus diselamatkan.
Ketika pasukan RPKAD dan Raiders Diponegoro berhasil mencapai tempat perkubuan para pemberontak, mereka hanya menemukan gubuk-gubuk kosong dengan sajian nasi hangat dalam jumlah yang besar. Rupannya, belum pun sempat mereka sarapan pagi, pasukan TNI keburu menyerbu. Banyak persenjataan yang ditinggalkan begitu saja, termasuk Bazooka 2.6 yang berserakan, sejenis dengan yang menghantam Letda Dading Kalbuadi tadi.
Selama menuju Alahan Panjang, pasukan Benny tidak kurang mengalami empat kali penghadangan, dan empat kali pula pasukan PRRI dapat dipukul mundur. Tidak berapa lama kemudian Alahan Panjang pun dapat direbut.
Situasi Sumatera berangsur-angsur kembali aman dan tertib, apalagi ketika Presiden Soekarno mengeluarkan amnesti massal, semua yang pernah bergabung dalam PRRI diampunkan dan diterima kembali kepangkuan ibu pertiwi.
Benny bersama anak buahnya kemudian ditarik kembali ke basisnya di Batujajar. Mereka telah mengalami serangkaian petualangan yang heroik tapi juga penuh pengalaman-pengalaman yang mendebarkan hati karena harus berhadapan dengan saudara sebangsa setanah air. Dari 2 Kompi RPKAD yang di terjunkan selama OPERASI TEGAS, SAPTA MARGA dan 17 AGUSTUS, RPKAD kehilangan 9 personilnya gugur, termasuk seorang perwira pertama Kapten Anumerta Fadhillah, Komandan Kompi A/RPKAD. Seorang lagi perwira RPKAD dari Kompi Benny, Letda Dading Kalbuadi terluka parah dan dievakuasi ke Jakarta. Nyawa Dading terselamatkan, meski begitu dia harus absen dari rutinitas Komando hampir 1 tahun. Salah satu pecahan proyektil Bazooka yang menancap dilehernya dan hampir merenggut nyawanya, disimpan Dading sebagai kenang-kenangan.
Di pintu pesawat yang mengudara meninggalkan Lanud Tabing menuju ke basis di Batujajar, Benny termenung memandang kebawah. Ingatannya melayang ketika ia pertama kali terjun ke medan pertempuran, nyawa nya terasa sudah diujung tanduk saja. Ingatannya melayang teringat rekannya Lettu Fadhillah, anak buahnya Kopral Sihombing dan beberapa lagi yang gugur dalam pertempuran. Hanya doa dipanjatkan semoga mereka diterima disisi Nya.
Sekian ---
Sumber Tulisan :
Sepak Terjang Pasukan Komando-V.Pitaya, Notulen Dading Kalbuadi, Memenuhi Panggilan Tugas Jilid II-AH. Nasution, Biografi Benny Moerdani, Disjarahad, Sejarah PRRI dan catatan2 para pelaku peristiwa.
Oleh Samuel.Tirta (Kaskuser)
★ Garuda Militer
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.