Produk kedirgantaraan Indonesia tidak kalah bersaing dengan produk luar negeri. Jakarta ★ Kepala Staf TNI AD Jenderal Budiman menyatakan, banyak negara asing yang sebetulnya ingin membeli teknologi yang saat ini tengah dikembangkan TNI AD. Namun, ia enggan memperjualbelikannya karena saat ini teknologi tersebut masih dalam tahap pengembangan.
"Negara-negara di kawasan ASEAN, misalnya, ingin membeli salah satu produk kita," kata Budiman di sela-sela peluncuran kapal motor cepat (KMC) Komando di Pantai ABC Ancol, Jakarta, Selasa (29/4/2014).
Ia mengatakan, salah satu teknologi yang diincar negara lain adalah radio very high frequency (VHF) produk PT CMI Teknologi. Radio tersebut merupakan hasil pengembangan kerja sama antara Direktorat Perhubungan Angkatan Darat (Dithubad) dan Universitas Surya. "Nanti saja kalau sudah selesai proses pengembangannya," ujarnya.
Menurut Budiman, sebetulnya produk kedirgantaraan yang dari Indonesia tidak kalah bersaing dengan produk luar negeri. Selain radio, ia mencontohkan, panser Anoa dan seragam tentara produksi dalam negeri juga diminati oleh negara asing.
Tahun ini TNI AD menggandeng Universitas Surya untuk mengembangkan 15 teknologi yang dapat mendukung kegiatan operasi personel di lapangan. Pengembangan teknologi tersebut bertujuan memperkuat sistem alat utama sistem persenjataan Indonesia sekaligus meminimalisir pengeluaran negara untuk membeli produk luar negeri. Untuk melakukan 15 riset teknologi tersebut, dibutuhkan biaya sebesar Rp 31 miliar.
Pengembangan teknologi itu antara lain digunakan untuk pembuatan gyrocopter, nano satelit, OpenBTS (base transceiver station), mesh networking communication system, radio VHF, dan battle management system (BMS). TNI AD juga merancang teknologi konversi bahan bakar minyak ke gas, simulasi modifikasi mobil tempur antipanas, simulasi senjata api antipanas, energi mandiri, global positioning system (GPS) tracking system dengan automatic package reporting system, multirotor, flapping wing air vehicle, pesawat drone atau unmanned aerial vehicle, simulasi menembak dengan laser gun, serta integrated optronics defence system.
"Negara-negara di kawasan ASEAN, misalnya, ingin membeli salah satu produk kita," kata Budiman di sela-sela peluncuran kapal motor cepat (KMC) Komando di Pantai ABC Ancol, Jakarta, Selasa (29/4/2014).
Ia mengatakan, salah satu teknologi yang diincar negara lain adalah radio very high frequency (VHF) produk PT CMI Teknologi. Radio tersebut merupakan hasil pengembangan kerja sama antara Direktorat Perhubungan Angkatan Darat (Dithubad) dan Universitas Surya. "Nanti saja kalau sudah selesai proses pengembangannya," ujarnya.
Menurut Budiman, sebetulnya produk kedirgantaraan yang dari Indonesia tidak kalah bersaing dengan produk luar negeri. Selain radio, ia mencontohkan, panser Anoa dan seragam tentara produksi dalam negeri juga diminati oleh negara asing.
Tahun ini TNI AD menggandeng Universitas Surya untuk mengembangkan 15 teknologi yang dapat mendukung kegiatan operasi personel di lapangan. Pengembangan teknologi tersebut bertujuan memperkuat sistem alat utama sistem persenjataan Indonesia sekaligus meminimalisir pengeluaran negara untuk membeli produk luar negeri. Untuk melakukan 15 riset teknologi tersebut, dibutuhkan biaya sebesar Rp 31 miliar.
Pengembangan teknologi itu antara lain digunakan untuk pembuatan gyrocopter, nano satelit, OpenBTS (base transceiver station), mesh networking communication system, radio VHF, dan battle management system (BMS). TNI AD juga merancang teknologi konversi bahan bakar minyak ke gas, simulasi modifikasi mobil tempur antipanas, simulasi senjata api antipanas, energi mandiri, global positioning system (GPS) tracking system dengan automatic package reporting system, multirotor, flapping wing air vehicle, pesawat drone atau unmanned aerial vehicle, simulasi menembak dengan laser gun, serta integrated optronics defence system.
★ Kompas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.