Bukan penerbang biasa yang menjadi pilot pesawat jet tempur Pria yang sering di sapa Iqbal itu bukan penerbang biasa. Iqbal nanti akan menjadi pilot pesawat jet tempur.
Nanti, setelah menempuh 1000 jam terbang, dirinya akan diproyeksikan pesawat sahil kerja sama Pemerintah Korea dan Indonesia, KFX/IFX (Korean Fighter Xperiment/Indonesia Fighter Xperiment), yang berkelas diatas F-16 Amerika Serikat.
"Saya sungguh tidak menyangka akan menempuh pendidikan di Sekbang A-85 ini," ujar Iqbal, di sela-sela penutupan pendidikan Sekbang A-85, di gedung Wisma Adi, Lanud Adisutjipto, senin.
Iqbal lulus dari dari pendidikan setelah menamatkan 180 jam terbang. Rincianya masing-masing 60 jam terbang untuk pesawat jenis Bravo, dan 120 jam terbang untuk pesawat jenis Charlie.
Adapun perjalanan Iqbal menempuh pendidikan Sekbang dimulai ketika dirinya berkarier sebagai teknisi (Engineer) di PT.Dirgantara Indonesia (PT DI) di Bandung, Jabar. kala itu muncul rencana kerja sama Pemerintah Indonesia dan Korea Selatan untuk membuat jet tempur.
Kemudian PT DI mengusulkan agar ketika pesawat tersebut terealisasi, test pilotnya bukan hanya berasal dari militer namun juga dari kalangan teknisi perusahaan, sebagai upaya pengembangan teknologi.
"Saya dipersiapkan sebagai pilot sipil dari PT DI, yang nantinya akan menjajal KFX/IFX. Sedangkan empat pilot lainya berasal dari militer. hal itu merupakan langkah pengembangan teknologi dari perusahaan Dirgantara Indonesia." ucap Iqbal, yang juga pernah mengenyam pendidikan Aeronautika ITB.
Lalu, oleh kantornya, didaftarkanlah bapak satu anak ini di Sekbang A-85. Selama menempuh pendidikan, berbagai tantangan dan cobaan dirasakan oleh Iqbal. tantangan terbesar ialah rasa rindu kepada istri dan anak perempuanya, Fatimah Aruni, yang baru berusia dua tahun.
Nanti, setelah menempuh 1000 jam terbang, dirinya akan diproyeksikan pesawat sahil kerja sama Pemerintah Korea dan Indonesia, KFX/IFX (Korean Fighter Xperiment/Indonesia Fighter Xperiment), yang berkelas diatas F-16 Amerika Serikat.
"Saya sungguh tidak menyangka akan menempuh pendidikan di Sekbang A-85 ini," ujar Iqbal, di sela-sela penutupan pendidikan Sekbang A-85, di gedung Wisma Adi, Lanud Adisutjipto, senin.
Iqbal lulus dari dari pendidikan setelah menamatkan 180 jam terbang. Rincianya masing-masing 60 jam terbang untuk pesawat jenis Bravo, dan 120 jam terbang untuk pesawat jenis Charlie.
Adapun perjalanan Iqbal menempuh pendidikan Sekbang dimulai ketika dirinya berkarier sebagai teknisi (Engineer) di PT.Dirgantara Indonesia (PT DI) di Bandung, Jabar. kala itu muncul rencana kerja sama Pemerintah Indonesia dan Korea Selatan untuk membuat jet tempur.
Kemudian PT DI mengusulkan agar ketika pesawat tersebut terealisasi, test pilotnya bukan hanya berasal dari militer namun juga dari kalangan teknisi perusahaan, sebagai upaya pengembangan teknologi.
"Saya dipersiapkan sebagai pilot sipil dari PT DI, yang nantinya akan menjajal KFX/IFX. Sedangkan empat pilot lainya berasal dari militer. hal itu merupakan langkah pengembangan teknologi dari perusahaan Dirgantara Indonesia." ucap Iqbal, yang juga pernah mengenyam pendidikan Aeronautika ITB.
Lalu, oleh kantornya, didaftarkanlah bapak satu anak ini di Sekbang A-85. Selama menempuh pendidikan, berbagai tantangan dan cobaan dirasakan oleh Iqbal. tantangan terbesar ialah rasa rindu kepada istri dan anak perempuanya, Fatimah Aruni, yang baru berusia dua tahun.
★ Tribun | Kaskus
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.