Wilayah di Gaza luluhlantak saat dibom militer Israel ketika perang beberapa bulan lalu. | (Getty Images)
Seorang komandan militer Israel mengaku bersalah ketika menjatuhkan bom dari pesawat drone mata-mata yang membunuh anak-anak di Jalur Gaza saat perang beberapa bulan lalu.
Komandan militer bernamaMayor Yair, 31, itu mengaku salah memberikan perintah dalam mengendalikan drone mata-mata. Sehingga bom dijatuhkan di area yang terdapat banyak anak di Jalur Gaza.
Penggunaan drone dalam perang memicu kontroversi, karena menargetkan orang-orang tanpa ada risiko bagi yang mengendalikannya. Anehnya, data yang diriis Telegraph, semalam, menyatakan 65 persen dari operasi udara militer Israel di Jalur Gaza dilakukan oleh pesawat tanpa awak.
“(Bayangkan) anda harus membuat perintah (serangan) hidup dan mati dalam hitungan detik. Anda melihat itu. Anda harus mengembangkan keterampilan mental,” kata Yair.
“Kami melakukan kesalahan. Tapi itu wajar. Orang-orang membuat kesalahan. Kami belajar dari kesalahan tersebut. Anda akan melihat ada wajah tersenyum setelah insiden di mana anak-anak tewas,” lanjut pengakuan Yair.
“'Tak satu pun dari kita ingin berada dalam posisi di mana seseorang melakukan kesalahan-kesalahan ini. Kita belajar dan mencoba untuk menghindari hal ini, sebanyak yang kita bisa,” imbuh dia.
Dari 2.192 warga Palestina di Gaza yang jadi korban tewas dalam perang antara Hamas dan Israel Juli-Agustus 2014 lalu, sebanyak 519 adalah anak-anak di bawah usia 18 tahun. Data itu merupakan catatan resmi PBB.(mas)
Seorang komandan militer Israel mengaku bersalah ketika menjatuhkan bom dari pesawat drone mata-mata yang membunuh anak-anak di Jalur Gaza saat perang beberapa bulan lalu.
Komandan militer bernamaMayor Yair, 31, itu mengaku salah memberikan perintah dalam mengendalikan drone mata-mata. Sehingga bom dijatuhkan di area yang terdapat banyak anak di Jalur Gaza.
Penggunaan drone dalam perang memicu kontroversi, karena menargetkan orang-orang tanpa ada risiko bagi yang mengendalikannya. Anehnya, data yang diriis Telegraph, semalam, menyatakan 65 persen dari operasi udara militer Israel di Jalur Gaza dilakukan oleh pesawat tanpa awak.
“(Bayangkan) anda harus membuat perintah (serangan) hidup dan mati dalam hitungan detik. Anda melihat itu. Anda harus mengembangkan keterampilan mental,” kata Yair.
“Kami melakukan kesalahan. Tapi itu wajar. Orang-orang membuat kesalahan. Kami belajar dari kesalahan tersebut. Anda akan melihat ada wajah tersenyum setelah insiden di mana anak-anak tewas,” lanjut pengakuan Yair.
“'Tak satu pun dari kita ingin berada dalam posisi di mana seseorang melakukan kesalahan-kesalahan ini. Kita belajar dan mencoba untuk menghindari hal ini, sebanyak yang kita bisa,” imbuh dia.
Dari 2.192 warga Palestina di Gaza yang jadi korban tewas dalam perang antara Hamas dan Israel Juli-Agustus 2014 lalu, sebanyak 519 adalah anak-anak di bawah usia 18 tahun. Data itu merupakan catatan resmi PBB.(mas)
★ sindo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.