BLUE WATER – Sailing pass armada TNI pada HUT TNI ke-69 di Surabaya. Meraih predikat Poros Maritim Dunia, mampukah Indonesia memiliki Blue Water Navy? (Foto: JM Foto/Adityo Nugroho)
Selaras Poros Maritim Dunia, pertahanan maritim menjadi garda terdepan perlindungan potensi bahari Indonesia. Konsep pertahanan laut yang baik akan menghasilkan output yang baik pula.
“Dalam hal ini, tentunya pembagian wilayah untuk pertahanan Indonesia tampaknya perlu diterapkan. Jika negara-negara lain yang memilki laut tidak begitu luas menerapkan konsep manajemen pertahanan laut yang baik, seharusnya Indonesia mampu memilki konsep manajemen pertahanan yang lebih baik, mengingat potensi sumberdaya laut Indonesia yang begitu besar,” ujar Ahlan Zulfakhri, Sekjen Asosiasi Pemuda Maritim Indonesia (APMI), kepada JMOL, beberapa waktu lalu.
Di samping itu, sambungnya, pertahanan sebuah negara merupakan harga diri yang seharusnya dijalankan tanpa toleransi.
“Beberapa konsep pertahanan manajemen laut yang sudah dijalankan di beberapa negara besar adalah Brown Water Navy, Green Water Navy, dan Blue Water Navy. Bagaimana dengan Indonesia?” kata Ahlan.
Ia menjelaskan, Brown Water Navy adalah angkatan laut dengan kekuatan perlindungan serta pertahanan wilayah perairan di sekitar pantai yang dikenal sebagai zona litoral. Wilayah ini mencakup pesisir hingga laut lepas pantai berjarak ratusan mil, merupakan bagian terdalam dari wilayah kemaritiman suatu negara. Di sinilah terkonsentrasi hiruk-pikuk lalu-lintas lepas pantai serta kapal-kapal dari penegak hukum, seperti polisi perairan, bea-cukai, dan lainnya.
“Kekuatan Brown Water Navy umumnya terdiri atas kapal-kapal patroli dengan persenjataan defensif, seperti meriam untuk tugas mendasar yakni operasi pantai dan perlindungan kegiatan ekonomi di perairan. Belakangan, dalam perkembangannya, kapal-kapal patroli tersebut dilengkapi dengan rudal-rudal ofensif anti-kapal permukaan dan torpedo serta didukung oleh kapal kombatan yang didukung rudal-rudal dan torpedo untuk fungsi semacam itu. Kapal-kapal patroli cepat rudal atau torpedo sudah sangat memadai,” tuturnya.
Selanjutnya, Green Water Navy berada satu tingkat lebih tinggi di atas Brown Water Navy, yakni angkatan laut dengan proyeksi kekuatan hingga ke perairan antara batas terluar Brown Water hingga batas terluar laut dangkal, wilayah kepulauan, dan pulau-pulau terluar dari suatu negara.
“Dimensi jangkauannya bisa mencapai ribuan mil. Kekuatannya berupa kapal cepat rudal dan torpedo yang mampu menjangkau jarak 2000 mil. Selain itu, juga memerlukan kapal jenis korvet dan fregat, atau yang lebih besar dari itu, termasuk kapal selam. Karena, kekuatan ini harus bisa diproyeksikan hingga perairan terluar dan perairan regional,” terang Ahlan.
Blue Water Navy
Sementara Blue Water Navy, lanjut Ahlan, adalah proyeksi kekuatan angkatan laut sebuah negara yang menjangkau samudera dan perairan antar-benua.
“Untuk menggambarkan kekuatannya, dapat merujuk pada Angkatan Laut Amerika Serikat. Dengan kekuatan seperti itu, mereka dapat memproyeksikan kehadiran kapal perangnya hingga ke seluruh penjuru dunia dengan gugus tugas kapal induk yang terdiri dari kapal induk sebagai inti, kapal jelajah, kapal selam, dan kapal pendukung. Dengan kekuatan Blue Water Navy, Amerika Serikat dapat menghadirkan negaranya di perairan sebagai fungsi diplomasi dan politik,” papar Ahlan.
Ia menambahkan, selain Amerika Serikat, beberapa negara besar, seperti Inggris, Prancis, dan Rusia, juga menghadirkan kekuatan lautnya, meski dengan kepentingan diplomasi yang berbeda. Inggris, yang pernah dikenal sebagai penguasa lautan, kini menghadirkan gugus operasionalnya dengan kapal induk yang lebih kecil, karena diarahkan untuk pertempuran anti-kapal selam. Sementara Rusia, sebagai inti dari Uni Soviet dulunya, lebih banyak menghadirkan kekuatan laut di penjuru dunia dengan kapal selam bertenaga nuklir.
★ JMOL
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.