Bulan
Juni 2004 Yonif 320/Badak Putih mendapat perintah untuk melakukan
operasi ke wilayah Nanggroe Aceh Darussalam (NAD). Sebagai pasukan
pemukul di Aceh Besar, wilayah yang tidak aman karena adanya aksi-aksi
bersenjata dari Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Selama sembilan bulan
bertugas semua berjalan lancar hingga suatu peristiwa yang berkesan bagi
para prajurit Badak Putih.
Pada April 2005 Letda Inf Tommy bersama anak buahnya melaksanakan patroli rutin di desa Muree, Kecamatan Indrapuri. Ketika itu ada informasi dari staf intel, bahwa beberapa anggota GAM sedang membuat ladang ganja di desa Muree. Akhirnya diputuskan untuk menyergap yang dipimpin oleh Letda Inf Tommy, alumnus Akmil 2001.
Pada 2 April 2005, pukul 05.00 pagi, pasukan berkekuatan delapan orang menuju lokasi keberadaan GAM tersebut. Pagi itu hujan cukup deras dan pasukan tetap bergerak. "Meski saat itu hujan deras, kami tetap bergerak karena situasi seperti itu sangat menguntungkan bagi pasukan namun menjadi titik kelengahan musuh," ungkap Letda Inf Tommy.
Informasi yang didapatnya ternyata benar. Tiga jam kemudian pasukannya menemukan ladang ganja seluas sekitar 500 meter persegi. Tim Tommy diperintahkan untuk waspada.
Pasukan terus bergerak maju sampai terdengar suara orang di kejauhan. "Belum sampai 200 meter bergerak, tiba-tiba saya mendengar suara-suara orang di pinggiran sungai yang ada disitu. Lalu saya perintahkan tim untuk melakukan penyergapan," katanya. Tim kemudian dibagi menjadi dua kelompok dan membentuk posisi 'L'. Satu kelompok dipimpin Letda Tommy sedangkan sisanya dipimpin wadantim.
Pasukan bergerak senyap dan merayap mendekati posisi musuh hingga berjarak 30 meter. Karena kondisi medan yang rapat tertutup perpohonan maka hanya Letda Tommy dan seorang anggotanya yang didepan yang bisa melihat keberadaan anggota GAM tersebut.
Terlihat oleh mereka berdua, terdapat tujuh orang anggota GAM bersenjata AK-47. Maka diperintahkan anggotanya menembakan GLM sebagai tembakan pembuka dan diikuti oleh seluruh anggota tim.
Mendapat serangan dadakan tersebut, GAM lalu melarikan diri ke ketinggian, meninggalkan dua orang temannya yang tewas ditempat. Tim Badak Putih melihat anggota GAM melarikan diri langsung mengejar dan melucuti senjata dua anggota yang telah tewas.
Pengejaran memakan waktu yang cukup lama karena medan yang sulit dan harus mendaki ketinggian. Pasukan tetap siaga untuk mengatisipasi penghadangan dari pihak GAM.
Sebelum mencapai puncak ketinggian, pasukan Yonif 320 mendapat perlawanan yang gencar dari atas bukit. Ternyata anggota GAM yang kabur menuju tempat teman-temannya di atas bukit dan berjumlah cukup besar. Terlhat dari gencarnya tembakan menuju pasukan yang di pimpin Letda Tommy.
Oleh karenanya pasukan Yonif 320 harus mundur dan mencari posisi aman di bukit yang tidak jauh dari lokasi. Setelah mendapat posisi yang cukup aman, pasukan diperintahkan melakukan tembakan balasan. "Sambil bertahan dan melayani tembakan GAM, saya cek personil dan material tim. Senjata, amunisi dan perlengkapan perorangan lainnya tidak ada masalah, namun dua anggota tim mengalami kejang otot dan seorang lainnya terkena pecahan GLM," kata perwira kelahiran Palembang ini.
Sambil memberikan pertolongan pertama pada ketiga anggota yang sakit dan terluka, kontak tembak tetap berlangsung. Permintaan bantuan disampaikan melalui radio karena kondisi amunisi mulai menipis dan jumlah anggota GAM lebih besar. "Untungnya munisi masih mencukupi dan semangat bertempur prajurit saya tetap tinggi, sehingga mampu melayani kontak tembak dengan GAM hampir satu jam lamanya sampai akhirnya GAM melarikan diri." kenangnya.
Setelah dipastikan anggota GAM telah melarikan diri, maka dilakukan pembersihan. Tim Yonif 320/Badak Putih mendapatkan dua pucuk senjata AK-47, magazen sembilan buah berserta 387 peluru AK-47 dan handphone sebanyak tiga buah.
"Alhamdullilah, berkat latihan yang kami jalani menjelang keberangkatan ke daerah operasi, menjadikan Yonif 320/Badak Putih dapat bertugas dengan baik, berhasil dan tidak mendapat musibah yang cukup berarti, hingga akhirnya kami dapat kembali pulang ke home base dengan selamat." kata Tommy, yang saat itu sudah berpangkat Letnan Satu dan beristrikan seorang dokter gigi.
Pada April 2005 Letda Inf Tommy bersama anak buahnya melaksanakan patroli rutin di desa Muree, Kecamatan Indrapuri. Ketika itu ada informasi dari staf intel, bahwa beberapa anggota GAM sedang membuat ladang ganja di desa Muree. Akhirnya diputuskan untuk menyergap yang dipimpin oleh Letda Inf Tommy, alumnus Akmil 2001.
Pada 2 April 2005, pukul 05.00 pagi, pasukan berkekuatan delapan orang menuju lokasi keberadaan GAM tersebut. Pagi itu hujan cukup deras dan pasukan tetap bergerak. "Meski saat itu hujan deras, kami tetap bergerak karena situasi seperti itu sangat menguntungkan bagi pasukan namun menjadi titik kelengahan musuh," ungkap Letda Inf Tommy.
Informasi yang didapatnya ternyata benar. Tiga jam kemudian pasukannya menemukan ladang ganja seluas sekitar 500 meter persegi. Tim Tommy diperintahkan untuk waspada.
Pasukan terus bergerak maju sampai terdengar suara orang di kejauhan. "Belum sampai 200 meter bergerak, tiba-tiba saya mendengar suara-suara orang di pinggiran sungai yang ada disitu. Lalu saya perintahkan tim untuk melakukan penyergapan," katanya. Tim kemudian dibagi menjadi dua kelompok dan membentuk posisi 'L'. Satu kelompok dipimpin Letda Tommy sedangkan sisanya dipimpin wadantim.
Pasukan bergerak senyap dan merayap mendekati posisi musuh hingga berjarak 30 meter. Karena kondisi medan yang rapat tertutup perpohonan maka hanya Letda Tommy dan seorang anggotanya yang didepan yang bisa melihat keberadaan anggota GAM tersebut.
Terlihat oleh mereka berdua, terdapat tujuh orang anggota GAM bersenjata AK-47. Maka diperintahkan anggotanya menembakan GLM sebagai tembakan pembuka dan diikuti oleh seluruh anggota tim.
Mendapat serangan dadakan tersebut, GAM lalu melarikan diri ke ketinggian, meninggalkan dua orang temannya yang tewas ditempat. Tim Badak Putih melihat anggota GAM melarikan diri langsung mengejar dan melucuti senjata dua anggota yang telah tewas.
Pengejaran memakan waktu yang cukup lama karena medan yang sulit dan harus mendaki ketinggian. Pasukan tetap siaga untuk mengatisipasi penghadangan dari pihak GAM.
Sebelum mencapai puncak ketinggian, pasukan Yonif 320 mendapat perlawanan yang gencar dari atas bukit. Ternyata anggota GAM yang kabur menuju tempat teman-temannya di atas bukit dan berjumlah cukup besar. Terlhat dari gencarnya tembakan menuju pasukan yang di pimpin Letda Tommy.
Oleh karenanya pasukan Yonif 320 harus mundur dan mencari posisi aman di bukit yang tidak jauh dari lokasi. Setelah mendapat posisi yang cukup aman, pasukan diperintahkan melakukan tembakan balasan. "Sambil bertahan dan melayani tembakan GAM, saya cek personil dan material tim. Senjata, amunisi dan perlengkapan perorangan lainnya tidak ada masalah, namun dua anggota tim mengalami kejang otot dan seorang lainnya terkena pecahan GLM," kata perwira kelahiran Palembang ini.
Sambil memberikan pertolongan pertama pada ketiga anggota yang sakit dan terluka, kontak tembak tetap berlangsung. Permintaan bantuan disampaikan melalui radio karena kondisi amunisi mulai menipis dan jumlah anggota GAM lebih besar. "Untungnya munisi masih mencukupi dan semangat bertempur prajurit saya tetap tinggi, sehingga mampu melayani kontak tembak dengan GAM hampir satu jam lamanya sampai akhirnya GAM melarikan diri." kenangnya.
Setelah dipastikan anggota GAM telah melarikan diri, maka dilakukan pembersihan. Tim Yonif 320/Badak Putih mendapatkan dua pucuk senjata AK-47, magazen sembilan buah berserta 387 peluru AK-47 dan handphone sebanyak tiga buah.
"Alhamdullilah, berkat latihan yang kami jalani menjelang keberangkatan ke daerah operasi, menjadikan Yonif 320/Badak Putih dapat bertugas dengan baik, berhasil dan tidak mendapat musibah yang cukup berarti, hingga akhirnya kami dapat kembali pulang ke home base dengan selamat." kata Tommy, yang saat itu sudah berpangkat Letnan Satu dan beristrikan seorang dokter gigi.
[sumber Defender, 2009]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.