Tragedi
Dirgantara menyentak dunia internasional pada bulan Mei 2012 abad ini,
peristiwa jatuhnya pesawat Sukhoi Superjet 100 mengalihkan perhatian
dunia kepada Indonesia. Kecelakaan ini menyatukan seluruh elemen
masyarakat Indonesia dalam kesatuan gerakan kemanusiaan SAR (Search and
Rescue) suatu usaha mencari dan menolong atau menyelamatkan manusia dan
benda berharga yang hilang atau dikhawatirkan akan hilang dalam
penerbangan. Dan setelah Operasi SAR digelar oleh Badan SAR Nasional
dalam rangka pencarian, pertolongan, dan penyelamatan personel dan
materil pesawat Sukhoi, turut pula dalam pencarian dan evakuasi korban
pesawat Sukhoi Superjet 100 adalah satuan tim SAR Tempur dari Batalyon
467 Korps Pasukan Khas TNI Angkatan Udara yang saat ini dikomandoi oleh
Letkol Pasukan R. Harys Soeryo M; lulusan SEPA PK tahun 1995 dan Seskoal
Angkatan 47 tahun 2009.
Seperti yang tertera didalam Buku Petunjuk Prosedur Tetap TNI AU tentang Mekanisme Kerja Satuan Paskhas dalam Operasi SAR
Tempur tahun 2007. Keberhasilan kegiatan pencarian, pertolongan, dan
penyelamatan sangat ditentukan oleh kemampuan personil dan sarana
prasarana yang menunjangnya. Batalyon 467 Paskhas adalah satuan tempur
yang berada dibawah kendali Operasi Wing I Pasukan Khas TNI Angkatan Udara sama seperti satuan TNI
lainnya, selama ini terus berupaya untuk meningkatkan kemampuan
prajurit agar senantiasa siap melaksanakan tugas-tugas kemiliteran. Dan
salah satu kemampuan prajurit Pasukan Khas (Paskhas) adalah Search And Rescue Combat atau SAR Tempur dalam kegiatan operasi mencari dan menolong Survivor.
Penyelenggaraan Operasi SAR Tempur oleh Flight SAR
Tempur Paskhas dilaksanakan oleh Tim Penolong dan Tim Pengaman yang
mempunyai syarat kemampuan dan organisasi tugas tertentu, walaupun tentu
saja, keberhasilan penyelenggaraan SAR Tempur
dipengaruhi pula oleh faktor cuaca, medan di mandala operasi. Seperti
kemampuan meteorologi, komunikasi elektronika dan kerja sama pesawat
terbang; kemampuan untuk melindungi, memberikan pengamanan unsur pesawat
yang akan melakukan penjemputan Tim Penolong dalam evakuasi korban (Survivor) serta melaksanakan peran komunikasi elektronika dan KSPT.
Dalam hal ini diperlukan beberapa kemampuan lainnya yakni kemampuan
taktik dan teknik menuju lokasi musibah, mengatasi ancaman dan
melaksanakan pelolosan serta kemampuan melaksanakan pertolongan medis
dan penyelamatan korban keluar dari lokasi kejadian untuk dibawa ke
daerah yang lebih aman.
Berdasarkan Surat Telegram Asisten Operasi Kasau Nomor T/ 468/ 2012/
tanggal 9 Mei 2012 tentang pengerahan personil Paskhas untuk SAR hilangnya pesawat Rusia di Gunung Salak, maka pada Rabu (9/5) pukul sembilan malam, Tim SAR tempur Batalyon 467 Paskhas yang berjumlah sembilan puluh lima personil bergerak menuju ke Gunung Salak Bogor, dengan Team Leader
Lettu Pasukan Mochamad Adi Firdaus Sabara, yang sehari-harinya menjabat
Komandan Peleton Pan 1 Kipan 2 di Batalyon 467 Paskhas. Mulanya Tim SAR menuju ke Pangkalan TNI AU Atang Sendjaya Bogor; baru pada Pukul 10.00 melaksanakan briefing di Lanud ATS Bogor.
Dengan berbekal perlengkapan SCRU, Tali Karmantel 50m, GPS, Senter Lapangan, Panel, Bad Parking, Sarung Tangan, Pule Single,_ Protector_, Penggaris, Kompas, Wibing (ini untuk Jump Master). Dan ½ Body Harnest, Senter Besar, Teropong Siang (khusus untuk Full Body Harnest); pas tenga malam menuju ke desa Cidahu dimana adanya Posko I SAR. Dilanjutkan briefing
jam 3 dini hari dengan Basarnas, bersama-sama Wanadri (Club Pecinta
Alam). Kelompok inilah yang bahu-membahu berusaha menemukan lokasi
jatuhnya pesawat. Dari kesaksian Komandan Tim SAR Paskhas Lettu Pasukan Mochamad Adi Firdaus S diketahui, ada beberapa jalan menuju lokasi kecelakaan.
Dengan tekad dan niat tulus untuk menolong, Tim SAR
Paskhas melangkah memulai pencarian dengan membuka jalan melalui jalan
kiri Posko Cidahu, tindakan ini dilakukan walaupun hanya sedikit
informasi yang diperoleh tentang kondisi dan situasi medan pencarian di
Gunung Salak yang menjulang di tepian Kota Bogor. Ternyata medan terlalu
curam dengan tingkat kemiringan hingga sembilan puluh derajat.
Punggungan Gunung Salak ternyata tidak mendaki lurus dari dasar hingga
puncak. Punggungan-punggungan itu banyak diapit oleh lereng curam
belasan, puluhan, bahkan ratusan meter. Sehingga diputuskan untuk
mengambil rute lain yakni melalui daerah Cimelati. Kondisi medan
ternyata sama persis seperti dengan yang dilalui dari Posko Cidahu,
tebing-tebing gunung yang curam sehingga sungguh tidaklah mungkin untuk
bertindak sendirian tetapi haruslah dibantu oleh Tim SAR
lainnya, dengan melakukan turun tebing. Untuk pindah punggungan, harus
lebih dulu menuruni lereng yang teramat curam yang kedalamannya sering
tak dapat diprediksikan.
Hari berikutnya, Kamis pagi (10/5) diawali dengan briefing,
Komandan Tim memimpin rapat, bersama-sama membuat rencana gerak untuk
melakukan evakuasi nantinya, merencanakan taktis pertolongan di darat,
serta rencana penetrasi udara. Pada saat ini, Komandan Tim Lettu Pasukan
Mochamad Adi Firdaus S mengecek kelengkapan personel dan materiil lain
yang akan digunakan dalam operasi SAR serta mengadakan koordinasi dengan satuan/ unsur SAR
lain yang terkait. Setelah semuanya ini dilakukan, tim menuju lokasi
pencarian korban, selang tidak beberapa lama, pada Pukul 10.00,
terdengar kabar Tim SAR Udara telah menemukan serpihan-serpihan jatuhnya pesawat. Dengan bantuan penelusuran dari unsur SAR
Udara yakni dengan adanya foto udara (baca Berita Pers: Komandan Lanud
Halim: pimpin langsung pengambilan gambar tempat jatuh pesawat Sukhoi
dari udara (10/5) merupakan alasan kuat mengapa Tim SAR
Tempur Batalyon 467/ Korpaskhas merupakan tim yang pertamakali mampu
meluncur ke lokasi kejadian kecelakaan pesawat Sukhoi Superjet 100.
Hal ini terbukti dengan pemberitaan Kompas, Sabtu (12/5) halaman 15 kolom 3. (foto tebing dari udara). Langsung juga pada saat itu, Pukul 14.00 tim kembali ke Posko Cidahu untuk mengikuti informasi terakhir. Sehingga pada pukul 16.00 seluruh personil SAR bergerak menuju posko induk yang baru dibentuk di desa Cipelang. Hari itu diakhiri dengan rapat untuk menyusun kekuatan, serta merencanakan kegiatan untuk esok harinya.
Hal ini terbukti dengan pemberitaan Kompas, Sabtu (12/5) halaman 15 kolom 3. (foto tebing dari udara). Langsung juga pada saat itu, Pukul 14.00 tim kembali ke Posko Cidahu untuk mengikuti informasi terakhir. Sehingga pada pukul 16.00 seluruh personil SAR bergerak menuju posko induk yang baru dibentuk di desa Cipelang. Hari itu diakhiri dengan rapat untuk menyusun kekuatan, serta merencanakan kegiatan untuk esok harinya.
Dengan adanya foto udara, telah diketahui secara pasti titik koordinat jatuhnya pesawat Sukhoi, Tim SAR
ini diikuti oleh Wanadri, turut pula dalam rombongan, _crew_TV Trans7
dan wartawan Radio, mulai bergerak pada Jumat pagi (11/5) pukul lima
pagi hari, menuju lokasi kecelakaan melalui desa Cijeruk dengan
menggunakan GPS berpatokan pada peta menuju
sasaran, saat itu pula tim aju Batalyon 467 Paskhas sudah masuk
kedudukan.Hingga Jumat pagi, helikopter NAS-332 Super Puma dari Skadron Udara 6 Lanud Atang Sendjaya batal menurunkan satu regu Paskhas. Pukul 10.35, tim SAR Paskhas yang terdepan melaporkan telah berada di tubir jurang sejarak 150 meter dari lokasi puing.
Walaupun, kenyataannya kendala dilapangan sangat ekstrim, tertutup dengan cuaca yang selalu berubah-ubah. Sayang, mereka terhalang kabut tebal. Hal ini menyulitkan tim SAR untuk jarak pandangnya.
Walaupun, kenyataannya kendala dilapangan sangat ekstrim, tertutup dengan cuaca yang selalu berubah-ubah. Sayang, mereka terhalang kabut tebal. Hal ini menyulitkan tim SAR untuk jarak pandangnya.
Ketika kabut tersingkap, setapak demi setapak Tim SAR
mendekati lokasi jatuhnya pesawat. Sehingga cara satu-satunya yang
ditempuh adalah dengan memaksimalkan fasilitas yang ada dengan
senantiasa berkoordinasi dengan satuan atas. Selalu berkoordinasi dengan
posko tentang keadaan medan dan cuaca serta berupaya untuk membuka
jalan baru demi memudahkan evakuasi dari lokasi kecelakaan.
Tim yang telah diperlengkapi dengan berbagai kemampuan ini salah
satunya kemampuan melakukan penetrasi untuk mengatasi berbagai
rintangan medan; kemampuan memberikan pertolongan medis terhadap korban
pada kecelakaan, juga kemampuan melakukan “SERE” (Survival, Evasion, Resistance, Escape) serta kemampuan menentukan titik pendaratan pesawat terbang di daerah pelolosan untuk melaksanakan evakuasi korban.
Telah berhasil merangsek maju membuka jalur yang belum pernah
dilalui oleh pendaki gunung sekalipun. Saat pendakian dilakukan, pada
saat itu pula Tim SAR Batalyon 467 telah membawa alat pemotong kayu seperti chainsaw
metal untuk membuka jalan dengan memotong ranting-ranting kayu pohon.
Sehingga tim inilah yang lebih dahulu menemukan mayat-mayat
bergelimpangan dengan reruntuhan badan pesawat yang berserakan. Kerja
keras dan upaya yang dikerahkan berbuahkan hasil dengan ditemukannya
sepuluh mayat di lokasi jatuhnya pesawat Sukhoi Jet 100. Dan pada pukul
tiga sore harinya, tim mencapai salah satu puncak Gunung Salak. Berita
ditemukannya tempat kecelakaan merupakan berita yang paling
dinanti-nantikan oleh seluruh rakyat Indonesia, yang sejak awal
mengikuti perkembangan kejadian tragedi ini.
Sebenarnya, menurut Komandan Tim Lettu Pasukan Mochamad Adi Firdaus
S, ada beberapa alternatif jalur pencarian, yang dimulai dari tiga
tempat sebagai tempat start yaitu pertama, bertitik-tolak dari
desa Cidahu. Didesa ini sudah ada jalur pendakian. Hal ini tidaklah
mengherankan sebab kawasan ini menjadi bagian dari rimba perawan Taman
Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) dan
banyak para pendaki ataupun pencinta alam menapaki jalur ini. Jalur
kedua, melalui desa Cimelati, jalannya masih sangat alamiah, sehingga
harus dibuatkan jalur yang baru. Dan yang ketiga, start dari Cipelang yang dapat dilalui walaupun dengan tingkat kesulitan tersendiri.
Serpihan-serpihan badan pesawat bercampur-baur dengan bagian-bagian
tubuh korban yang tidak berbentuk jasad lagi berserakan, aroma
pembusukan menyengat hidung menyambut kedatangan Tim SAR Paskhas dan Wanadri serta media pers.
Potongan-potongan jasad dikumpulkan dalam kantong dengan menggunakan
sarung tangan. Dan semua barang-barang yang dapat dijadikan
identifikasi jasad dikumpulkan dan langsung diserahkan kepada
Penanggungjawab (personil yang paling tertua) di Posko. Selanjutnya,
pihak rekan-rekan yang di Posko-lah yang akan memilah-milah antara
badan-badan penumpang yang sulit dikenali dengan barang-barang penumpang
berupa kartu identitas ataupun kartu yang lainnya.
Sementara itu, pesawat helikopter SAR dari Skadron Udara 8 Pangkalan TNI
AU Atang Sendjaya telah berupaya untuk mendekati lokasi kecelakaan,
penetrasi melalui udara dilakukan dalam rangka mendapatkan ruang gerak
yang leluasa bagi Tim Penolong untuk persiapan pelaksanaan evakuasi.
Namun cuaca yang berubah-ubah dan tidak dapat diprediksikan, saat
pagi hari, kabut naik dari bawah, naik dan selalu menutupi puncak Gunung
Salak. Gunung ini mirip tumpeng dengan mahkota berpucuk tiga. Pucuk itu
adalah Puncak Salak I, Puncak Salak II yang terletak diutaranya
(2.180mdpl), dan Sumbul (1.926 mdpl) yang bercokol diantara keduanya.
Cuaca saat itu sangat tidak mendukung untuk dapat dilakukan pendaratan,
maka dilakukan penerjunan dengan cara HAHO/ HALO, dengan ketentuan ketinggian pesawat 8000 feet AGL ataupun peluncuran menggunakan tali (rapelling dan fast rope) ataupun alternatif lainnya yaitu dengan penggunaan hoist. Ataupun alternatif lain yang sama berbahayanya adalah melakukan penetrasi dengan_ Air Landed_. Penetrasi dengan Air Landed dilakukan untuk mendaratkan pasukan pada dasar/ daratan yang dapat didarati pesawat helikopter. Tim evakuasi atau SAR Udara sangat menolong pekerjaan evakuasi yang dilakukan oleh tim SAR darat, apalagi dengan bantuan hoist. Cara ini digunakan untuk menjangkau tim SAR
darat yang berada di lereng gunung yang curam, terutama menyuplai
dukungan logistik demi memelihara dan menjaga moril seluruh personil
yang telah berada di tebing gunung.
Sabtu (12/5) dimulai pagi hari pukul 05.00, lima personil dari
masing-masing satuan melaksanakan pencarian, dibantu sepuluh personil
yang melakukan evakuasi. Hal ini sangat menguras tenaga sebab kondisi
korban yang sudah berhari-hari tergeletak didasar jurang dan membengkak.
Berat mayat menambah tingkat kesulitan tim dalam melakukan evakuasi,
apalagi diambil dari dasar jurang. Menilik dan mempelajari kondisi dan
situasi yang terjadi, maka diputuskan untuk membuat area pendaratan
pesawat Helikopter. Keputusan ini tepat sekali sebab menolong
meringankan pekerjaan evakuasi, dibandingkan dengan mengangkut jasad
melalui rute darat dengan medan yang menyangsikan.
Kesibukan pembuatan Helicopter pad inilah yang paling
mencolok, setelah penemuan lokasi kecelakaan. Komandan Tim memikirkan
bagaimana caranya mencari tempat pendaratan yang aman bagi pesawat heli
untuk memudahkan tim SAR udara mengevakuasi. Pembuatan Heli pad
ini sangat membutuhkan kejelian mata oleh tim didalam memilih lokasi
pendaratan, sebab sebagian besar area berada dalam keadaan yang terjal
dan curam.
Sekaligus berupaya sekuat tenaga menyiapkan landasan pesawat dengan
menebang pohon-pohon ditempat yang datar bagi evakuasi melalui jalur
udara. Tenaga prima juga dibutuhkan dan dengan bantuan Tim SAR
lainnya, dimulailah kegiatan pembukaan hutan dengan memotong
pohon-pohon untuk keamanan pendaratan Helikopter dari Skadron Udara 8
Pangkalan TNI AU Atang Sandjaya Bogor. Heli pad
haruslah pada lokasi pendaratan yang aman dan dapat didarati oleh alat
utama sistem persenjataan ini. Lokasi pendaratan haruslah dekat dengan
lokasi terjadinya kecelakaan.
Kelebihan lainnya dari Tim SAR Batalyon 467 Paskhas ini adalah dilengkapinya tim dengan keahlian khusus seperti Parking Master.
Para Penerbang pesawat Helikopter sangat bergantung kepada kehandalan
tim ini didalam memandu maupun menuntun mereka menempatkan badan
pesawatnya tepat di garis Heli pad. Sebagai ketua tim aju, Lettu Pasukan Mochamad Adi Firdaus S telah membagi tugas setiap anggota tim SAR Paskhas. Setiap harinya ada Parking Master yang dengan jeli memberi kode pendaratan ataupun untuk rafling bagi pasukan yang lainnya. Sebagai ground-crew, tugas ini sangatlah penting bagi keselamatan semua anggota SAR di udara maupun yang berada di darat. Dukungan peralatan dari Lanud Atang Sendjaya seperti tambahan alat pemotong kayu/ chain saw, tool-kid lainnya, sangatlah membantu membangun Heli pad
di puncak Gunung Salak 1 yang tingginya 2.211 meter di atas permukaan
laut (mdpl). Apalagi dukungan logistik bagi personil di gunung,
sangatlah menentukan keberhasilan evakuasi. Seandainya pesawat heli
tidak dilibatkan, maka mungkin saja personil akan terpaksa puasa dua
hari. Padahal dinginnya iklim di ketinggian Gunung Salak merupakan satu
tantangan yang sangat menguji keteguhan hati para Tim SAR darat yang berusaha menaklukkan puncak Gunung Salak.
“Sebenarnya ada sumber mata air di Pos
tiga desa Cimelati, namun jarak tempuh dan medannya terlalu beresiko
bagi personil untuk kembali ke desa dan mengambil logistik”, kata Lettu Pasukan Adi Firdaus Sabhara menjelaskan.
Kemudian, setiap harinya ada lima orang pertama yang berangkat sejak
jam enam pagi sebagai tim pencari korban. Ini dilakukan sampai dengan
sore harinya. Kemudian kembali diluncurkan sepuluh personil pada pukul
tujuh sampai dengan dua belas tengah hari sebagai tim evakuasi.
Bergantian dengan tim selanjutnya yang meneruskan tugas evakuasi dari
jam 12 sampai dengan 16 setiap harinya. Hal ini patut dilakukan sebab
mengingat beratnya medan serta beratnya korban yang telah berhari-hari
terabaikan. Belum lagi mengingat bau tajam yang menusuk hidung.
Dibutuhkan mental dan jiwa besar didalam melakukan kerja kemanusiaan
ini. Sehingga pada Minggu (13/5) tim melakukan pergantian tenaga
evakuasi dengan personil yang baru di lokasi kecelakaan, dan kemudian
hari itu ditutup dengan evaluasi oleh pemimpin tim. Demikian
selanjutnya, sampai dengan selesainya kegiatan evakuasi.
Dengan tidak mengingat diri sendiri, seluruh tim mengumpulkan satu
persatu serpihan serpihan pesawat dan anggota-anggota badan korban.
Cuaca yang dingin, medan yang terjal, bau yang menyengat menuntut
kesigapan yang tinggi dari personil TNI.
Untung saja, hal ini didukung dengan adanya suply logistic melalui
udara. Melalui darat tidak dapat diharapkan sebab jalur yang sangat
curam. Jika tim SAR lainnya dibagi dalam dua kelompok yang secara bergantian naik-turun ke puncak Gunung Salak, namun Tim SAR Paskhas tetap stand-by di puncak gunung sebab adanya Parking Master yang mampu menuntun Tim SAR Udara didalam menyuplai makanan serta dalam melaksanakan evakuasi melalui udara.
Menurut Lettu Pasukan Mochamad Adi Firdaus S, pengalaman SAR
ini tidak akan dilupakannya, saat ketika menemukan korban pertama
dengan semampunya berbuat maksimal walau hanya dengan perlengkapan
seadanya. Uniknya lagi, jasad korban atas nama Pamela Rompas ditemukan
pas bertepatan dengan hari ulang tahunnya 16 Mei. Hal ini tertera pada
kartu identitasnya yang ditemukan tidak jauh dari jasadnya. Tim SAR
telah berhari-hari merangsek naik kearah puncak Gunung Salak I mulai
dari tanggal 9 Mei sampai dengan tanggal 16 Mei. Dan pada tanggal inilah
korban ditemukan disaat seharusnya ia merayakan HUT-nya.
Pengalaman yang paling berkesan lainnya ketika terpaksa bermalam dengan
posisi tidur seadanya dan berdampingan dengan kantong-kantong mayat di
puncak gunung sebab cuaca tidak memungkinkan untuk dilakukan evakuasi
oleh Tim SAR Udara, pada sore harinya. Sebab
kabut telah perlahan naik dan menutupi puncak gunung sehingga harus
menunggu sampai keesokan harinya. “Kedengarannya janggal malam itu
tidur bersama mayat korban, tetapi ini benar-benar terjadi, namun kami
tidak lagi memikirkan yang lainnya, sebab badan semuanya penat tak
terhingga”, ungkap perwira kelahiran Malang tahun 1986 yang lalu.
“Kami
selesaikan tugas sampai tuntas dengan stand-by senantiasa di Posko
Cipelang. Total keseluruhan tim SAR berjumlah sembilan puluh lima
personil yang merupakan gabungan SAR Udara maupun SAR Darat”, ujar Perwira yang masih lajang ini.
“Halangan yang paling berat adalah
cuaca yang berubah-ubah dengan suhu kelembaban yang tinggi, disertai
hujan berkepanjangan. Ini merupakan tantangan berat yang harus mampu
dihadapi oleh anggota tim SAR, selain tentunya
medan yang sangat asli dan alamiah, pepohonan yang rapat menjulang yang
tingginya mencapai 45 meter, sehingga tak ada peluang sedikitpun untuk
melihat lokasi kecelakaan dari kejauhan. Kabut yang selalu mengikuti dan
menutupi wilayah pencarian di Gunung Salak menjadikan pengalaman ini
sangat berharga. Bahwa kita harusnya menghargai hidup yang telah
dianugerahkan Tuhan bagi kita” , kata Adi dengan berfilsafat.
Dengan adanya pengalaman dalam Save and Rescue korban pesawat Sukhoi Superjet100 ini menjadi wacana pemikiran selanjutnya agar dapat menyiapkan Heli-Pad
sebagai salah satu alternatif mengantisipasi kemungkinan terjadinya
keadaan luar-biasa di wilayah Gunung Salak tepian kota Bogor yang
terkenal dengan lereng-lerengnya yang terjal dan curam. Serta
menyilaukan. Berwarna perak, salaka dalam bahasa Sanskerta. Si
Perak ini, sebenarnya dapat dilihat utuh dari berbagai sudut pandang,
mulai dari ujung kaki hingga puncak gunung, jika langit cerah, bahkan
dapat dipandang utuh dari Jakarta. Kawasan Gunung Salak luasnya 6,5 kali
Jakarta Pusat dan 2,5 kali Kota Bogor.
Dedikasi dan kerja keras Tim SAR Batalyon 467 Paskhas bersama tim SAR
lainnya menuai pujian dan empati dari rakyat dan pemerintah Indonesia.
Dalam hal ini Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat HR Agung
Laksono dan Kepala Badan SAR Nasional Marsekal Madya TNI Daryatmo memberikan sebentuk penghargaan kepada tim SAR
Batalyon 467 Paskhas pada saat upacara penyerahan jenasah dari Menteri
Perhubungan kepada keluarga korban di Bandara Halim
Perdanakusuma, Jakarta.
Atas dedikasi dan kerja keras yang telah diberikan dalam pencarian,
penyelamatan dan evakuasi korban-korban kecelakaan pesawat Sukhoi
Superjet100 di Gunung Salak, Bogor, Jawa Barat pada tanggal 9 Mei 2012.
Lettu Pasukan Mochamad Adi Firdaus S, Komandan Tim SAR, mengatakan (Dikutip dari pemberitaan Kompas, Sabtu (12/5) halaman 15 kolom 4): “Bagi TNI dalam operasi SAR tidak ada kata kembali. Sekali berangkat, tim harus menemukan lokasi biarpun bermalam di hutan dengan logistik dan air yang mungkin minim. Namun untuk kondisi itulah mereka telah dilatih”. Bravo Batalyon 467 Paskhas, Jinggamu perisai Dirgantara. (Penulis: Kapten Sus Michiko Moningkey; Kaur Pen Pasum Lanud Halim P). ***
Mars Batalyon 467 Paskhas
Wahai prajurit Hardha Dedali
Patriot Pembela Pancasila
Tetap pandang ke depan menuju kejayaan
Meraih cita-cita Nan muliaWahai prajurit Hardha Dedali
Kreatif Inovatif dan Terlatih
Prajurit Korpaskhas yang tak kenal lelah
Berjuang bergerak dan bertempurDimedan laga kau tetap terdepan
Berjuang merebut dan kau menang
Pantang menyerah dan tak putus asa
Berjiwa satria andalan Baret Jingga
Rela berkorban demi Indonesia
Jinggamu perisai Dirgantara.+
♣ pralangga.org ♣
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.