Jakarta -
Penyerang Markas Kepolisian Sektor Perima, Kabupaten Luni Jaya yang
menewaskan tiga polisi diperkirakan 10 orang. Saat serangan, Selasa
subuh, 27 November 2012, ada empat polisi di markas itu.
Menurut Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri, Brigadir Jenderal Boy
Rafli Amar, satu di antara korban tewas adalah Brigadir Satu Jefry
Rumkoren. Saat serangan, Jefry hendak menaikkan bendera merah putih.
Penyerangan Polsek Perima terjadi Selasa subuh. Serangan itu menewaskan
tiga polisi termasuk Kepala Polsek Inspektur Satu Rolti Takubesi (48
tahun). Dua polisi lagi adalah anak buahnya: Jefry, dan Brigadir Satu
Daniel Makuker.
Akhirnya Jefri dan dua polisi lainnya tewas.
Ketiganya tewas karena luka tembak, kecuali Kapolsek yang juga luka
bakar. Seorang rekannya berhasil menyelamatkan diri.
Para
penyerang juga membakar prasarana kantor Polsek dan merampas senjata
milik korban seperti dua senjata api laras panjang dan satu pistol jenis
revolver milik Kapolsek.
Boy mengatakan kelompok penyerang
belum teridentifikasi. Dia menduga kuat mereka adalah gerombolan
senjata. Tetapi, Boy tidak berani memastikan mereka dari Organisasi
Papua Merdeka.
"Segala sesuatu bisa saja, tetapi yang jelas
faktanya seperti itu. Mereka menggunakan senjata api, dan melakukan
penyerangan bukan hanya mencederai dan membunuh, membakar, tapi juga
merampas senjata api," kata Boy.
Gerombolan menyerang Mapolsek Perime. Tiga polisi tewas jasad dibakar.
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri, Brigjen Pol Boy Rafli Amar,
mengatakan aksi penyerangan Markas Polsek Perime, Kabupaten Lany Jaya,
Papua, dini hari tadi bermotif perampasan senjata. Polisi menuding aksi
penyerangan yang berujung tewasnya tiga polisi itu dilakukan oleh
Organisasi Papua Merdeka (OPM).
"Kita tahu kalau orang-orang memerlukan senjata api untuk melakukan penyerangan dan aksi kekerasan lainnya," kata Boy di Mabes Polri, Jakarta, Selasa 27 November 2012.
Boy mengatakan, aksi penyerangan kantor polisi di Papua sudah berulang kali terjadi. Penyerangan itu terjadi dengan mudah karena faktor geografis dan kurangnya personel yang berjaga. "Upaya ini umumnya dilakukan secara sporadis dan mereka melarikan diri di daerah-daerah yang sulit dijangkau," kata dia.
"Kita tahu kalau orang-orang memerlukan senjata api untuk melakukan penyerangan dan aksi kekerasan lainnya," kata Boy di Mabes Polri, Jakarta, Selasa 27 November 2012.
Boy mengatakan, aksi penyerangan kantor polisi di Papua sudah berulang kali terjadi. Penyerangan itu terjadi dengan mudah karena faktor geografis dan kurangnya personel yang berjaga. "Upaya ini umumnya dilakukan secara sporadis dan mereka melarikan diri di daerah-daerah yang sulit dijangkau," kata dia.
"Ini di dataran tinggi yang tidak mudah untuk dilakukan
pengejaran-pengejaran. Sementara personel kami jumlahnya minim,
rata-rata masih di bawah 30 orang," Boy menambahkan.
Dalam penyerangan yang menyebabkan tewasnya Kapolsek Pirime, Ipda Rolfi Takubesi (48), setidaknya ada satu anggota polisi yang berhasil menyelamatkan diri. Penyidik kepolisian akan mendalami kesaksian polisi yang berhasil kabur ini.
Dalam penyerangan yang menyebabkan tewasnya Kapolsek Pirime, Ipda Rolfi Takubesi (48), setidaknya ada satu anggota polisi yang berhasil menyelamatkan diri. Penyidik kepolisian akan mendalami kesaksian polisi yang berhasil kabur ini.
"Dia kewalahan menghadapi penyerangan yang jumlahnya cukup besar,
paling tidak di atas 10 orang," jelasnya. Namun, Boy tidak menjelaskan
identitas polisi yang berhasil menyelamatkan diri ini.
Berdasarkan keterangan sementara, kelompok penyerang ini langsung menghamburkan tembakan secara membabi buta. Polisi yang berada di Mapolsek Perime memberikan tembakan balasan, namun tidak mampu mengimbangi kekuatan para penyerang. Tiga polisi tewas, para pelaku membakar jasadnya.(umi)
Berdasarkan keterangan sementara, kelompok penyerang ini langsung menghamburkan tembakan secara membabi buta. Polisi yang berada di Mapolsek Perime memberikan tembakan balasan, namun tidak mampu mengimbangi kekuatan para penyerang. Tiga polisi tewas, para pelaku membakar jasadnya.(umi)
siapapun pelakunya mreka adalah binatang sungguh kejam. Kalau sdh begini bagaimana? Prlukah digelar omp? Mngingat smakin hr smakin bnyak bunga bangsa yg gugur disna. Wahai pmerintah ambil lh tindakn hukum yg smestinya. Gelarlah omp scara mnyeluruh. Tentu dgn kualitas tni yg smakin profesional akan brdampak pd minimnya pelanggaran ham. Jgn perdulikn tanggapn dunia international trutama negara2 barat. Mrekalah sbnar-bnr'a pelanggar berat ham. NKRI HARGA MATI.
BalasHapus