Ilustrasi pencarian MH370 (sumber: Istimewa)
Mantan CEO maskapai Prancis Proteus Airlines, Marc Dugain, mengklaim Amerika Serikat sebagai pihak yang menembak jatuh pesawat Malaysia Airlines MH370 dan kemudian menutupinya sehingga bermunculan berbagai macam teori berbeda mengenai raibnya pesawat itu.
Dalam artikel enam halaman yang dipublikasikan Majalah Match di Paris, Dugain mengklaim Boeing 777 itu kemungkinan bermasalah dan saat mendekati markas militer AS di teritori Inggris, tepatnya di Diego Garcia yang berlokasi di Samudera Hindia, pesawat itu ditembak.
Pasukan militer AS takut pesawat itu telah dibajak dan akan melakukan aksi penyerangan yang sama seperti serangan 9/11, kata Dugain.
"Itu adalah pangkalan militer yang sangat berpengaruh. Sungguh mengherankan jika AS kehilangan seluruh jejak maskapai itu. Tanpa masuk ke berbagai teori konspirasi, ada kemungkinan Amerika menghentikan pesawat tersebut," kata Dugain, seperti dilansir situs web The Local.
Dugain mengatakan dia berbicara sendiri dengan sejumlah saksi mata di Maladewa, pulau terdekat Diego Garcia, yang mengklaim melihat "pesawat besar yang terbang rendah" dengan garis merah dan biru--seperti logo Malaysia Airlines--yang melintas menuju Diego Garcia pada hari yang sama saat MH370 hilang.
Pada Agustus silam, Daily Mirror melaporkan bahwa MH370 menuju atol atau pulau karang di Samudera Hindia yaitu Diego Garcia, tapi Kedutaan Besar AS di Kuala Lumpur membantah hal tersebut.
Juru bicara Kedubes AS di Malaysia mengatakan kepada surat kabar lokal The Star bahwa pada saat itu "tidak ada indikasi MH370 terbang di dekat Maladewa atau Diego Garcia."
Malaysia Airline MH370, yang hilang pada 8 Maret dengan mengangkut 239 orang yang bertolak dari Kuala Lumpur menuju Beijing, bisa saja dibajak dari jarak yang jauh dan diarahkan menuju Diego Garcia.
Pria Prancis kelahiran Senegal ini, yang kini menjadi seorang novelis sukses, mengatakan pada salah satu stasiun radio bahwa dia telah diperingatkan untuk tidak menginvestigasi MH370 oleh seorang sumber intelijen, yang berbicara soal "risiko" yang akan terjadi dan menyarankannya agar membiarkan waktu yang akan berbicara.
Penjelasan lainnya, kata Dugain, adalah adanya api di dalam pesawat memaksa para kru mematikan seluruh perangkat elektronik namun kobaran api tidak merusak eksterior pesawat, sehingga pesawat itu tetap bisa terbang secara autopilot dengan kondisi seluruh kru dan penumpang mati lemas.
Mantan CEO maskapai Prancis Proteus Airlines, Marc Dugain, mengklaim Amerika Serikat sebagai pihak yang menembak jatuh pesawat Malaysia Airlines MH370 dan kemudian menutupinya sehingga bermunculan berbagai macam teori berbeda mengenai raibnya pesawat itu.
Dalam artikel enam halaman yang dipublikasikan Majalah Match di Paris, Dugain mengklaim Boeing 777 itu kemungkinan bermasalah dan saat mendekati markas militer AS di teritori Inggris, tepatnya di Diego Garcia yang berlokasi di Samudera Hindia, pesawat itu ditembak.
Pasukan militer AS takut pesawat itu telah dibajak dan akan melakukan aksi penyerangan yang sama seperti serangan 9/11, kata Dugain.
"Itu adalah pangkalan militer yang sangat berpengaruh. Sungguh mengherankan jika AS kehilangan seluruh jejak maskapai itu. Tanpa masuk ke berbagai teori konspirasi, ada kemungkinan Amerika menghentikan pesawat tersebut," kata Dugain, seperti dilansir situs web The Local.
Dugain mengatakan dia berbicara sendiri dengan sejumlah saksi mata di Maladewa, pulau terdekat Diego Garcia, yang mengklaim melihat "pesawat besar yang terbang rendah" dengan garis merah dan biru--seperti logo Malaysia Airlines--yang melintas menuju Diego Garcia pada hari yang sama saat MH370 hilang.
Pada Agustus silam, Daily Mirror melaporkan bahwa MH370 menuju atol atau pulau karang di Samudera Hindia yaitu Diego Garcia, tapi Kedutaan Besar AS di Kuala Lumpur membantah hal tersebut.
Juru bicara Kedubes AS di Malaysia mengatakan kepada surat kabar lokal The Star bahwa pada saat itu "tidak ada indikasi MH370 terbang di dekat Maladewa atau Diego Garcia."
Malaysia Airline MH370, yang hilang pada 8 Maret dengan mengangkut 239 orang yang bertolak dari Kuala Lumpur menuju Beijing, bisa saja dibajak dari jarak yang jauh dan diarahkan menuju Diego Garcia.
Pria Prancis kelahiran Senegal ini, yang kini menjadi seorang novelis sukses, mengatakan pada salah satu stasiun radio bahwa dia telah diperingatkan untuk tidak menginvestigasi MH370 oleh seorang sumber intelijen, yang berbicara soal "risiko" yang akan terjadi dan menyarankannya agar membiarkan waktu yang akan berbicara.
Penjelasan lainnya, kata Dugain, adalah adanya api di dalam pesawat memaksa para kru mematikan seluruh perangkat elektronik namun kobaran api tidak merusak eksterior pesawat, sehingga pesawat itu tetap bisa terbang secara autopilot dengan kondisi seluruh kru dan penumpang mati lemas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.