Minggu, 10 Mei 2015

Mencermati Sinyal Adrenalin "TSel"

Jawaban cemerlang juru bicara Kemenlu Arrmanatha Nasir belum lama ini sungguh sangat membungakan hati kita: Pembangunan Indonesia tidak dipengaruhi bantuan Australia. Indonesia tidak dalam kapasitas meminta-minta bantuan Australia dan adalah hak Australia untuk tidak memberikan bantuan dalam bentuk apapun kepada Indonesia. Ini adalah jawaban yang mampu memukul wajah negeri itu yang senangnya mengancam Indonesia dengan berbagai jurus sehubungan dengan ditembak matinya 2 gembong narkoba Bali Nine baru-baru ini.

Sinyal adrenalin Tsel (Tetangga Selatan) belakangan ini menuju tensi tinggi karena tidak legowo dengan matinya 2 warga negaranya yang tersangkut pidana narkoba. Mulai dari ancaman akan membekukan bantuan luar negerinya kepada Indonesia sebesar 4 trilyun, mengajak boikot warganya ke Bali, memberi beasiswa dengan nama “pahlawan” Bali Nine, menghalangi dan membatalkan perjalanan Sby ke Perth sampai dilarangnya mahasiswa kita ikut kuliah di sebuah universitas disana.

Sesungguhnya Australia memerlukan Indonesia dalam segala hal. Artinya kita sesungguhnya begitu penting di mata mereka. Negeri berpenduduk 250 juta ini adalah pasar ekonomi yang bisa mempengaruhi kehebatan negeri itu. Ada puluhan ribu mahasiwa Indonesia di Australia yang tentu ikut menggeliatkan ekonomi negeri itu. Peternak sapi Australia memerlukan pasar besar yang bernama Indonesia. Indonesia sesungguhnya juga merupakan bumper bagi Australia terutama menghadapi ancaman militer raksasa Cina yang mulai menyemburkan api lidah naga di kawasan sekitarnya.

Arogansi cara bertetangga negeri warisan aborigin itu tidak telepas dari persepsi dan perspektif pengendali pemerintahannya yang merasa selalu diatas angin dan kesan mendikte jika berselisih paham dengan RI. Maunya dia ya kemauan dia yang diikuti sebab kalau tidak maka menu omongan bernama dan bernada ancaman dia teriakkan dengan sok jagoan misalnya tarik duta besar, boikot pariwisata, ungkit-ungkit bantuan tsunami dan seterusnya. Kita berkesimpulan bahwa pengendali pemerintahan disana memang tidak menunjukkan cara pandang yang bijaksana dan dewasa dalam hubungan pertetanggaan khususnya dengan Indonesia. Yang dikedepankan hanya arogansi dan merasa kastanya lebih tinggi.

Terkait dengan hubungan kerjasama pertahanan dan militer dengan kita, ada beberapa kerjasama yang sedang on going project, misalnya hibah berbayar 5 Hercules dan pembelian 4 Hercules bekas. Kemudian kerjasama pelatihan militer antar kedua negara. Lebih penting dari itu adalah Australia harus memelihara hubungan ekonomi, militer dan kepolisiannya dengan kita karena kebutuhan masa depannya. Apalagi saat ini Indonesia sedang melaksanakan modernisasi militernya di segala matra.

Perkuatan militer Indonesia pada saatnya nanti akan memberikan kekuatan pertahanan diri yang setara dengan negeri itu. Artinya tidak bisa lagi Australia meremehkan kekuatan militer kita. Indonesia saat ini sedang membangun kekuatan militernya dengan anggaran belanja yang meningkat tajam. Bahkan diperkirakan tahun 2017 nanti anggaran pertahanan Indonesia sesuai prediksi Andi Widjajanto akan menjadi nomor satu di ASEAN. Dan itu akan berlanjut terus sehingga fajar kekuatan militer yang kekar gagah itu akan terlihat di tahun 2024 kelak, sepuluh tahun dari sekarang.

Saat ini saja sesungguhnya gertak sambal negeri kanguru itu tidak bergaung di negeri ini. Mau boikot pariwisata kek, mau tarik dubes kek, mau putus bantuan kek, sudah gak ngaruh tuh. Toh semuanya berjalan seperti biasa dan gertakan Abbott dianggap angin lalu. Apalagi jawaban diplomat Indonesia Arrmanatha Nasir yang sangat jantan itu membuat negeri itu harus berhitung ulang. Sebab dia juga harus berpikir ulang jika Indonesia melakukan serangan balik dengan menghentikan impor sapi atau menghentikan kerjasama kepolisian untuk tanggulangi teroris, dia akan kelimpungan sendiri. Harap dicatat, kita bukan lagi pengikut tetapi sudah menjadi faktor penentu.

Indonesia akan terus berjalan dengan membangun kekuatan ekonomi dan militernya. Yang tidak akan tertandingi Australia adalah kekuatan ekonomi Indonesia yang sudah jauh mengungguli tetangga selatan itu. Demikian juga perkuatan militer Indonesia dengan membangun kekuatan 1 divisi marinir di timur Indonesia, membangun armada tempur kawasan timur berpusat di Sorong, menambah kekuatan skuadron tempur di Biak, memperkuat radar-radar militer tentu pada saatnya akan mampu menyadarkan dia bahwa tetangga dekat utaranya itu bukanlah anjing kampung yang mudah digertak.

Kekuatan ekonomi dan militer Indonesia sedang menuju kekuatan herder dan jika itu tercapai sepuluh tahun dari sekarang sebagaimana prediksi lembaga-lembaga internasional maka gertak sambal yang selalu dikumandangkan selama ini akan dibalas dengan gemeretak geraham sambil menyeringai. Dijamin kanguru sebelah terdiam dan terkesima. Yang perlu dipahami Australia adalah meski nanti kekuatan ekonomi dan militer kita sudah setara herder tetapi yakinlah kita tetap mengedepankan kultur timur yang selalu santun dan teposeliro dengan tetangga tetapi tentu dengan menambah rambu “anda sopan kami segan, anda senggol kami bacok”.
****
Ahad/10 Mei 2015

  ☠ analisisalutsista  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...