Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama dan Presiden Vietnam Tran Dai Quang menggelar jumpa pers bersama di Hanoi, Senin, 23 Mei 2016. (AFP Photo) ☆
Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama telah mencabut larangan penjualan senjata di era Perang Dingin ke Vietnam. Meski belum dicabut sepenuhnya, namun keputusan tersebut dipicu oleh semakin dekatnya hubungan antara bekas musuh dalam hal perdagangan dan kekhawatiran atas ekspansi Tiongkok di wilayah laut yang disengketakan.
Pengumuman, yang disampaikan di awal lawatan tiga hari Obama ke Vietnam, dapat memperkuat tangan Hanoi untuk melawan Beijing – yang kian tegas mengkaim wilayah-wilayah di Laut China Selatan yang diperebutkan.
“Selama berabad lalu, dua negara kita dikenal karena kerja sama kemudian konflik, pemisahan yang menyakitkan, dan rekonsiliasi yang panjang,” ujar Obama dalam konferensi pers bersama Presiden Vietnam Tran Dai Quang.
Langkah tersebut, lanjut Obama, tidak muncul akibat manuver regional Tiongkok melainkan sebagai negara-negara yang memasuki momen baru, yang akan membawa mereka menuju normalisasi hubungan.
Selain menyambut pencabutan larangan itu, Quang juga menyerukan keprihatinan dan kepentingan umum yang mengikat kedua negara sekarang.
Pemerintahan Obama menunjukkan bahwa lawatan yang dilakukan pekan ini, sebagai kesempatan untuk mendorong hubungan melampaui periode pemulihann hubungan. Vietnam sendiri dipandang sebagai bagian penting dalam banyak poros yang menjadi kebanggan Amerika di Asia Pasifik.
Lawatan Obama ke Vietnam adalah yang pertama kalinya – dan yang ketiga oleh pejabat yang menduduki posisi presiden, sejak akhir Perang Vietnam di 1975. Keterlibatan langsung Amerika Serikat dalam konflik itu sendiri berakhir, pada 1973.
Menurut Obama, bangsa ini telah mengalami perubahan menakjubkan dalam hubungan negara, berawal dari musuh sengit hingga menjadi sekutu kawasan.
Bahkan, dia mengaku tersentuh ketika melihat ribuan penduduk setempat menjulur tangan yang memegang ponsel, di sepanjang jalan-jalan Hanoi, untuk mengambil gambar pemandangan konvoi mobilnya.
Namun, karena catatan suram hak asasi manusia (HAM) di Vietnam maka pencabutan embargo senjata sepenuhnya masih menjadi pertimbangan.
Pasalnya, negara satu partai ini kerap bertindak kejam dalam menghadapi protes, memasukkan para pembangkang ke dalam penjara, melarang serikat pekerja dan mengontrol media setempat.
Meski demikian, Obama mengabaikan situasi HAM yang berbahaya itu. Dia merasa yakin, kendati Washington masih memiliki perbedaan pandangan soal hak asasi mausia dengan Vietnam namun ada sedikit kemajuan yang dihasilkan.
Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama telah mencabut larangan penjualan senjata di era Perang Dingin ke Vietnam. Meski belum dicabut sepenuhnya, namun keputusan tersebut dipicu oleh semakin dekatnya hubungan antara bekas musuh dalam hal perdagangan dan kekhawatiran atas ekspansi Tiongkok di wilayah laut yang disengketakan.
Pengumuman, yang disampaikan di awal lawatan tiga hari Obama ke Vietnam, dapat memperkuat tangan Hanoi untuk melawan Beijing – yang kian tegas mengkaim wilayah-wilayah di Laut China Selatan yang diperebutkan.
“Selama berabad lalu, dua negara kita dikenal karena kerja sama kemudian konflik, pemisahan yang menyakitkan, dan rekonsiliasi yang panjang,” ujar Obama dalam konferensi pers bersama Presiden Vietnam Tran Dai Quang.
Langkah tersebut, lanjut Obama, tidak muncul akibat manuver regional Tiongkok melainkan sebagai negara-negara yang memasuki momen baru, yang akan membawa mereka menuju normalisasi hubungan.
Selain menyambut pencabutan larangan itu, Quang juga menyerukan keprihatinan dan kepentingan umum yang mengikat kedua negara sekarang.
Pemerintahan Obama menunjukkan bahwa lawatan yang dilakukan pekan ini, sebagai kesempatan untuk mendorong hubungan melampaui periode pemulihann hubungan. Vietnam sendiri dipandang sebagai bagian penting dalam banyak poros yang menjadi kebanggan Amerika di Asia Pasifik.
Lawatan Obama ke Vietnam adalah yang pertama kalinya – dan yang ketiga oleh pejabat yang menduduki posisi presiden, sejak akhir Perang Vietnam di 1975. Keterlibatan langsung Amerika Serikat dalam konflik itu sendiri berakhir, pada 1973.
Menurut Obama, bangsa ini telah mengalami perubahan menakjubkan dalam hubungan negara, berawal dari musuh sengit hingga menjadi sekutu kawasan.
Bahkan, dia mengaku tersentuh ketika melihat ribuan penduduk setempat menjulur tangan yang memegang ponsel, di sepanjang jalan-jalan Hanoi, untuk mengambil gambar pemandangan konvoi mobilnya.
Namun, karena catatan suram hak asasi manusia (HAM) di Vietnam maka pencabutan embargo senjata sepenuhnya masih menjadi pertimbangan.
Pasalnya, negara satu partai ini kerap bertindak kejam dalam menghadapi protes, memasukkan para pembangkang ke dalam penjara, melarang serikat pekerja dan mengontrol media setempat.
Meski demikian, Obama mengabaikan situasi HAM yang berbahaya itu. Dia merasa yakin, kendati Washington masih memiliki perbedaan pandangan soal hak asasi mausia dengan Vietnam namun ada sedikit kemajuan yang dihasilkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.