✈️ Bagaimana Nasib IF-X untuk TNI AU?✈️ Pesawat F!6 V dengan camo TNI AU [Lockheed Martin]
Berbasis pada rencana penggantian pesawat Hawk 100/200, TNI AU pernah menyebutkan kalau F-16 Viper (Block 70/72) buatan Lockheed Martin, Amerika Serikat memiliki peluang paling besar untuk dipilih.
Sebab, selain TNI AU sudah memiliki dua skadron F-16 (Skadron Udara 3 dan Skadron Udara 16) dengan jumlah total saat ini 33 unit, F-16 dinilai sebagai jet tempur yang tangguh dan memiliki populasi paling banyak di dunia.
Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Yuyu Sutisna pada 9 April 2019 lalu kepada Airspace Review menyatakan, TNI Angkatan Udara telah merencanakan penggantian pesawat tempur taktis Hawk 100/200.
Pesawat tersebut kini masih dioperasikan oleh Skadron Udara 1 Lanud Supadio di Pontianak, Kalimantan Barat, dan Skadron Udara 12 Lanud Roesmin Nurjadin, Pekanbaru, Riau.
Secara bertahap pesawat-pesawat tempur buatan BAE Systems, Inggris yang digunakan oleh TNI AU sejak 1995 ini akan diganti dengan pesawat baru.
Untuk diketahui, tahun depan (2020) armada Hawk 100/200 TNI AU berusia pakai 25 tahun. Dan pada 2025 nanti usia pakainya menjadi 30 tahun alias saat yang pas untuk mulai diganti.
Dengan demikian, tepat juga bila rencana pengganti Hawk 100/200 masuk dalam Rencana Strategis (Renstra) TNI AU 2020-2024. Dibutuhkan proses 2-5 tahun untuk pengadaan satu pesawat tempur pada umumnya. Ini pun hitungan paling cepat.
Yuyu menerangkan, rencana pengadaan pengganti Hawk 100/200 juga sudah masuk dalam pengajuan pemenuhan Kebutuhan Pokok Minimum (MEF) Tahap IV. Sedangkan hingga akhir tahun ini, TNI AU masih menuntaskan pelaksanaan Renstra ke III periode 2015-2019.
Proses pemensiunan Hawk 100/200, lanjut Yuyu, akan dilaksanakan secara bertahap.
Tahap pertama, Skadron Udara 1 “Elang Khatulistiwa” akan digeser penempatannya ke Skadron Udara 12 “Black Panther”. Sehingga, semua armada Hawk 100/200 TNI AU akan berada di Skadron Udara 12 Pekanbaru.
Sementara Skadron Udara 1, akan diisi oleh pesawat tempur baru berdasarkan spesifikasi teknis yang diajukan oleh TNI AU.
“Jadi rencananya begitu, pesawat Hawk 100/200 Skadron Udara 1 akan digabung ke Skadron Udara 12 di Pekanbaru. Nah, Skadron Udara 1 akan diisi oleh pesawat tempur baru,” ujar orang nomor satu di TNI AU ini.
Pada Renstra ke IV TNI AU juga telah merencanakan pembangunan satu skadron tempur baru di Lanud El Tari, Kupang, Nusa Tenggara Timur. Pesawat yang akan ditempatkan di skadron tempur baru ini nantinya sama tipenya dengan pesawat baru yang akan digunakan oleh Skadron Udara 1.
“Ya, kita sudah merencanakan pembangunan skadron tempur baru di Kupang. Ini masuk dalam Renstra ke IV periode 2020-2024,” jelas penerbang tempur F-5 dengan callsign “Lion” itu.
Kini, enam bulan berlalu, berita teranyar yang keluar dari pernyataan KSAU adalah bahwa Indonesia akan membeli dua Skadron F-16 Block 70 dari Amerika Serikat.
Hal ini diutarakan Yuyu kepada para awak media di Pekanbaru saat melakukan kunjungan kerja ke Lanud Roesmin Nurjadin.
“Insya Allah kita akan beli dua skadron di Renstra berikutnya, 2020 sampai 2024. Kita akan beli tipe terbaru Block 72 Viper,” ujar Yuyu Sutisna seperti dikutip Antara News, Senin (28/10/2019).
Yuyu menambahkan bahwa proses pengadaan Viper ini akan segera dilaksanakan.
“Mudah-mudahan 1 Januari 2020 diproses sehingga menambah kekuatan kita. Kalau kita memiliki itu, berarti kita termasuk memiliki F-16 tercanggih,” terangnya.
Ia menilai, dengan banyaknya angkatan udara di dunia yang menggunakan F-16 menunjukkan bahwa tingkat keandalan pesawat Fighting Falcon/Viper memang sangat baik.
Kembali mengonfirmasi rencana pembelian F-16 Block 72, apakah F-16 Viper ini sesuai rencana semula akan menggantikan pesawat Hawk 100/200 dan pembentukan skadron tempur baru di Kupang? KSAU menjawab diplomatis.
“Yang jelas masuk di perencanaan Renstra IV 2020-2024,” ujar Marsekal Yuyu menjawab Airspace Review, Selasa (29 Oktober 2019).
Su-35 [istmewa]
Pertanyaan lain, dengan akan dibelinya dua skadron F-16 dari AS, lalu bagaimanakah peluang untuk mengakuisisi Su-35 dari Rusia sebagai pengganti F-5 Skadron Udara 14?
Yuyu menekankan bahwa TNI AU turut mendorong terlaksananya pengadaan jet tempur dari blok Timur ini.
“Selain itu, juga kita akan ditemani pesawat dari Timur, Su-35 juga sedang proses,” papar alumni Akademi Angkatan Udara tahun 1996 ini.
Informasi dari beberapa sumber non-ofisial yang Airspace Review dapatkan menyebut, kontrak efektif pengadaan Su-35 dari Rusia sebenarnya tinggal menghitung hari saja karena semuanya sudah siap.
Diharapkan, Menteri Pertahanan RI yang baru Prabowo Subianto dapat mempercepat pengadaan pesawat pengganti F-5 ini. Namun demikian, keputusan sepenuhnya memang tergantung Jakarta. Ditandatangani atau tidak.
Selain dua proyek yang telah disebutkan, Indonesia masih punya proyek pengadaan jet tempur lainnya yaitu IF-X bekerja sama dengan Korea Selatan.
TNI AU bahkan disebut-sebut akan dilengkapi dengan pesawat ini sebanyak tiga skadron. Hal ini terungkap dalam jumpa pers sosialisasi hasil PDR (Preliminary Design Review) program jet tempur KF-X/IF-X yang diadakan PT Dirgantara Indonesia di Hotel Grand Mercure Kemayoran, Jakarta pada 6 Desember 2018 lalu.
Program Manager IF-X dari PTDI Heri Yansyah menyebut, berdasarkan MoU, TNI AU akan mendapatkan tiga skadron pesawat generasi 4,5 ini.
“Berdasar MoU, TNI AU akan mendapatkan sebanyak tiga skadron,” ujar Heri saat diwawancara Airspace Review.
Disebutkan, satu skadron jet tempur IF-X akan berisi 16 pesawat, berarti total sebanyak 48 IF-X akan memperkuat sayap TNI AU.
Ilustrasi KF-X [sheldon]
Dalam penyelenggaraan Seoul ADEX 2019, 15-20 Oktober, Korea Aerospace Industries (KAI) memunculkan mock-up KF-X kepada publik.
Proyek jet tempur Korea Selatan – Indonesia ini langsung menjadi sorotan banyak pihak termasuk media.
Pasalnya, Korea Selatan sama sekali tidak mencantumkan tanda-tanda keikutsertaan “Merah Putih” alias Republik Indonesia di proyek pesawat ini.
Hal ini berbanding terbalik saat pelaksanaan Indo Defence, November 2018, di mana both KAI menampilkan program KF-X/IF-X berikut model skala yang ditampilkan.
Pertanyaanya adalah bagaimana nasib IF-X? Apakah masih akan berlanjut? Kita tunggu lagi bersama kabar terbarunya. [Roni Sontani]
Berbasis pada rencana penggantian pesawat Hawk 100/200, TNI AU pernah menyebutkan kalau F-16 Viper (Block 70/72) buatan Lockheed Martin, Amerika Serikat memiliki peluang paling besar untuk dipilih.
Sebab, selain TNI AU sudah memiliki dua skadron F-16 (Skadron Udara 3 dan Skadron Udara 16) dengan jumlah total saat ini 33 unit, F-16 dinilai sebagai jet tempur yang tangguh dan memiliki populasi paling banyak di dunia.
Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Yuyu Sutisna pada 9 April 2019 lalu kepada Airspace Review menyatakan, TNI Angkatan Udara telah merencanakan penggantian pesawat tempur taktis Hawk 100/200.
Pesawat tersebut kini masih dioperasikan oleh Skadron Udara 1 Lanud Supadio di Pontianak, Kalimantan Barat, dan Skadron Udara 12 Lanud Roesmin Nurjadin, Pekanbaru, Riau.
Secara bertahap pesawat-pesawat tempur buatan BAE Systems, Inggris yang digunakan oleh TNI AU sejak 1995 ini akan diganti dengan pesawat baru.
Untuk diketahui, tahun depan (2020) armada Hawk 100/200 TNI AU berusia pakai 25 tahun. Dan pada 2025 nanti usia pakainya menjadi 30 tahun alias saat yang pas untuk mulai diganti.
Dengan demikian, tepat juga bila rencana pengganti Hawk 100/200 masuk dalam Rencana Strategis (Renstra) TNI AU 2020-2024. Dibutuhkan proses 2-5 tahun untuk pengadaan satu pesawat tempur pada umumnya. Ini pun hitungan paling cepat.
Yuyu menerangkan, rencana pengadaan pengganti Hawk 100/200 juga sudah masuk dalam pengajuan pemenuhan Kebutuhan Pokok Minimum (MEF) Tahap IV. Sedangkan hingga akhir tahun ini, TNI AU masih menuntaskan pelaksanaan Renstra ke III periode 2015-2019.
Proses pemensiunan Hawk 100/200, lanjut Yuyu, akan dilaksanakan secara bertahap.
Tahap pertama, Skadron Udara 1 “Elang Khatulistiwa” akan digeser penempatannya ke Skadron Udara 12 “Black Panther”. Sehingga, semua armada Hawk 100/200 TNI AU akan berada di Skadron Udara 12 Pekanbaru.
Sementara Skadron Udara 1, akan diisi oleh pesawat tempur baru berdasarkan spesifikasi teknis yang diajukan oleh TNI AU.
“Jadi rencananya begitu, pesawat Hawk 100/200 Skadron Udara 1 akan digabung ke Skadron Udara 12 di Pekanbaru. Nah, Skadron Udara 1 akan diisi oleh pesawat tempur baru,” ujar orang nomor satu di TNI AU ini.
Pada Renstra ke IV TNI AU juga telah merencanakan pembangunan satu skadron tempur baru di Lanud El Tari, Kupang, Nusa Tenggara Timur. Pesawat yang akan ditempatkan di skadron tempur baru ini nantinya sama tipenya dengan pesawat baru yang akan digunakan oleh Skadron Udara 1.
“Ya, kita sudah merencanakan pembangunan skadron tempur baru di Kupang. Ini masuk dalam Renstra ke IV periode 2020-2024,” jelas penerbang tempur F-5 dengan callsign “Lion” itu.
Kini, enam bulan berlalu, berita teranyar yang keluar dari pernyataan KSAU adalah bahwa Indonesia akan membeli dua Skadron F-16 Block 70 dari Amerika Serikat.
Hal ini diutarakan Yuyu kepada para awak media di Pekanbaru saat melakukan kunjungan kerja ke Lanud Roesmin Nurjadin.
“Insya Allah kita akan beli dua skadron di Renstra berikutnya, 2020 sampai 2024. Kita akan beli tipe terbaru Block 72 Viper,” ujar Yuyu Sutisna seperti dikutip Antara News, Senin (28/10/2019).
Yuyu menambahkan bahwa proses pengadaan Viper ini akan segera dilaksanakan.
“Mudah-mudahan 1 Januari 2020 diproses sehingga menambah kekuatan kita. Kalau kita memiliki itu, berarti kita termasuk memiliki F-16 tercanggih,” terangnya.
Ia menilai, dengan banyaknya angkatan udara di dunia yang menggunakan F-16 menunjukkan bahwa tingkat keandalan pesawat Fighting Falcon/Viper memang sangat baik.
Kembali mengonfirmasi rencana pembelian F-16 Block 72, apakah F-16 Viper ini sesuai rencana semula akan menggantikan pesawat Hawk 100/200 dan pembentukan skadron tempur baru di Kupang? KSAU menjawab diplomatis.
“Yang jelas masuk di perencanaan Renstra IV 2020-2024,” ujar Marsekal Yuyu menjawab Airspace Review, Selasa (29 Oktober 2019).
Su-35 [istmewa]
Pertanyaan lain, dengan akan dibelinya dua skadron F-16 dari AS, lalu bagaimanakah peluang untuk mengakuisisi Su-35 dari Rusia sebagai pengganti F-5 Skadron Udara 14?
Yuyu menekankan bahwa TNI AU turut mendorong terlaksananya pengadaan jet tempur dari blok Timur ini.
“Selain itu, juga kita akan ditemani pesawat dari Timur, Su-35 juga sedang proses,” papar alumni Akademi Angkatan Udara tahun 1996 ini.
Informasi dari beberapa sumber non-ofisial yang Airspace Review dapatkan menyebut, kontrak efektif pengadaan Su-35 dari Rusia sebenarnya tinggal menghitung hari saja karena semuanya sudah siap.
Diharapkan, Menteri Pertahanan RI yang baru Prabowo Subianto dapat mempercepat pengadaan pesawat pengganti F-5 ini. Namun demikian, keputusan sepenuhnya memang tergantung Jakarta. Ditandatangani atau tidak.
Selain dua proyek yang telah disebutkan, Indonesia masih punya proyek pengadaan jet tempur lainnya yaitu IF-X bekerja sama dengan Korea Selatan.
TNI AU bahkan disebut-sebut akan dilengkapi dengan pesawat ini sebanyak tiga skadron. Hal ini terungkap dalam jumpa pers sosialisasi hasil PDR (Preliminary Design Review) program jet tempur KF-X/IF-X yang diadakan PT Dirgantara Indonesia di Hotel Grand Mercure Kemayoran, Jakarta pada 6 Desember 2018 lalu.
Program Manager IF-X dari PTDI Heri Yansyah menyebut, berdasarkan MoU, TNI AU akan mendapatkan tiga skadron pesawat generasi 4,5 ini.
“Berdasar MoU, TNI AU akan mendapatkan sebanyak tiga skadron,” ujar Heri saat diwawancara Airspace Review.
Disebutkan, satu skadron jet tempur IF-X akan berisi 16 pesawat, berarti total sebanyak 48 IF-X akan memperkuat sayap TNI AU.
Ilustrasi KF-X [sheldon]
Dalam penyelenggaraan Seoul ADEX 2019, 15-20 Oktober, Korea Aerospace Industries (KAI) memunculkan mock-up KF-X kepada publik.
Proyek jet tempur Korea Selatan – Indonesia ini langsung menjadi sorotan banyak pihak termasuk media.
Pasalnya, Korea Selatan sama sekali tidak mencantumkan tanda-tanda keikutsertaan “Merah Putih” alias Republik Indonesia di proyek pesawat ini.
Hal ini berbanding terbalik saat pelaksanaan Indo Defence, November 2018, di mana both KAI menampilkan program KF-X/IF-X berikut model skala yang ditampilkan.
Pertanyaanya adalah bagaimana nasib IF-X? Apakah masih akan berlanjut? Kita tunggu lagi bersama kabar terbarunya. [Roni Sontani]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.