Denagn AIP dan rudal anti kapal Model kapal selam S26T, yang awalnya dipesan untuk Angkatan Laut Kerajaan Thailand. (Janes) 💥
Pejabat China State Shipbuilding Corporation (CSSC) berada di Jakarta untuk kembali menawarkan kapal selam diesel-listrik (SSK) S26T yang semula dipesan untuk Thailand, ke Indonesia.
Janes memberitakan bahwa para pejabat CSSC berada di kantor Kementerian Pertahanan (MoD) pada tanggal 28 Juni untuk melakukan presentasi mengenai S26T SSK dan bagaimana kapal tersebut dapat disesuaikan dengan kebutuhan TNI Angkatan Laut, meskipun kapal tersebut telah melalui proses pembuatan.
Pertemuan tersebut dihadiri oleh para pejabat senior Kementerian Pertahanan RI, sedangkan perwakilan Komando Operasi Kapal Selam TNI Angkatan Laut dan Komando Kapal Selam Armada II bergabung melalui tautan video.
Selama presentasi, para pejabat CSSC meyakinkan Kementerian Pertahanan Indonesia bahwa tawaran kapal selam S26T untuk Indonesia tidak akan dihadapkan pada jenis pembatasan ekspor (embargo) yang sama seperti yang dialami oleh Royal Thai Navy (RTN).
Secara khusus, pejabat CSSC mengemukakan bahwa mereka akan dapat menggabungkan mesin dari vendor pilihan, termasuk MTU, ke dalam S26T SSK.
Dan sebagai upaya untuk mempermanis kesepakatan tersebut, tawaran CSSC untuk Indonesia mencakup paket modifikasi yang memungkinkan S26T SSK untuk mengerahkan dan meluncurkan rudal jelajah anti-kapal yang diluncurkan dari tabung torpedo YJ-18 buatan China.
Selain itu, S26T SSK sebagian besar akan mempertahankan fitur-fitur yang awalnya dipesan untuk RTN, termasuk sistem air independent propulsion (AIP).
Diketahui Thailand menandatangani kontrak senilai THB 13,5 miliar (USD 366,5 juta) dengan China Shipbuilding & Offshore International Company (CSOC) untuk S26T SSK, yang pada dasarnya merupakan versi modifikasi dari kelas Yuan Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat (PLAN), pada tahun 2017.
Pejabat China State Shipbuilding Corporation (CSSC) berada di Jakarta untuk kembali menawarkan kapal selam diesel-listrik (SSK) S26T yang semula dipesan untuk Thailand, ke Indonesia.
Janes memberitakan bahwa para pejabat CSSC berada di kantor Kementerian Pertahanan (MoD) pada tanggal 28 Juni untuk melakukan presentasi mengenai S26T SSK dan bagaimana kapal tersebut dapat disesuaikan dengan kebutuhan TNI Angkatan Laut, meskipun kapal tersebut telah melalui proses pembuatan.
Pertemuan tersebut dihadiri oleh para pejabat senior Kementerian Pertahanan RI, sedangkan perwakilan Komando Operasi Kapal Selam TNI Angkatan Laut dan Komando Kapal Selam Armada II bergabung melalui tautan video.
Selama presentasi, para pejabat CSSC meyakinkan Kementerian Pertahanan Indonesia bahwa tawaran kapal selam S26T untuk Indonesia tidak akan dihadapkan pada jenis pembatasan ekspor (embargo) yang sama seperti yang dialami oleh Royal Thai Navy (RTN).
Secara khusus, pejabat CSSC mengemukakan bahwa mereka akan dapat menggabungkan mesin dari vendor pilihan, termasuk MTU, ke dalam S26T SSK.
Dan sebagai upaya untuk mempermanis kesepakatan tersebut, tawaran CSSC untuk Indonesia mencakup paket modifikasi yang memungkinkan S26T SSK untuk mengerahkan dan meluncurkan rudal jelajah anti-kapal yang diluncurkan dari tabung torpedo YJ-18 buatan China.
Selain itu, S26T SSK sebagian besar akan mempertahankan fitur-fitur yang awalnya dipesan untuk RTN, termasuk sistem air independent propulsion (AIP).
Diketahui Thailand menandatangani kontrak senilai THB 13,5 miliar (USD 366,5 juta) dengan China Shipbuilding & Offshore International Company (CSOC) untuk S26T SSK, yang pada dasarnya merupakan versi modifikasi dari kelas Yuan Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat (PLAN), pada tahun 2017.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.