Yogyakarta,
Perwira muda diharapkan dapat mengembangkan konsep pertahanan ideal
negara Indonesia, kata Gubernur Akademi Angkatan Udara Marsekal Muda TNI
Bambang Samoedro.
"Hal itu dapat dilakukan bersama elemen generasi muda lain yang peduli dengan pertahanan negara," katanya pada seminar "Konsep Pertahanan Negara Kepulauan dalam Menghadapi Perang Asimetris" di Yogyakarta, Sabtu.
Dalam konteks itu, menurut dia, perwira muda dapat berperan aktif meningkatkan kapasitasnya dalam mengakomodasi pakar-pakar pertahanan baik dari militer maupun nonmiliter untuk mengembangkan konsep tersebut. "Hal itu penting karena selain memiliki posisi geografis yang strategis, Indonesia juga memiliki aspek yang dapat mengancam kedaulatan dan keutuhan wilayah negara," katanya.
Ia mengatakan, aspek ancaman yang tertuang dalam Buku Putih Pertahanan Tahun 2008 yang diterbitkan Kementerian Pertahanan digolongkan dalam dua kategori, yakni ancaman militer dan nirmiliter.
Ancaman militer diartikan sebagai ancaman yang menggunakan kekuatan bersenjata dan terorganisasi yang dinilai mempunayi kemampuan membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah negara, dan keamanan segenap bangsa.
"Ancaman nirmiliter atau ancaman asimetris dapat berdimensi ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, teknologi, informasi, dan keselamatan umum," katanya.Berkaitan dengan hal itu, menurut dia, seminar tersebut diharapkan dapat melahirkan beragam ide kreatif dan inovatif untuk mengembangkan dan membangun sebuah onsep pertahanan negara kepulauan.
"Konsep pertahanan negara kepulauan sebagai buah karya anak bangsa itu diperlukan dalam menghadapi peperangan asimetris," kata Bambang.Panglima Komando Pertahanan Udara Nasional (Pangkohanudnas) Marsekal Muda TNI JFP Sitompul mengatakan, ancaman dari perang asimetris semakin serius.
"Kohanudnas dengan segala kemampuan yang ada siap menghadapi ancaman dari perang asimetris," kata Sitompul.(Dephan)
"Hal itu dapat dilakukan bersama elemen generasi muda lain yang peduli dengan pertahanan negara," katanya pada seminar "Konsep Pertahanan Negara Kepulauan dalam Menghadapi Perang Asimetris" di Yogyakarta, Sabtu.
Dalam konteks itu, menurut dia, perwira muda dapat berperan aktif meningkatkan kapasitasnya dalam mengakomodasi pakar-pakar pertahanan baik dari militer maupun nonmiliter untuk mengembangkan konsep tersebut. "Hal itu penting karena selain memiliki posisi geografis yang strategis, Indonesia juga memiliki aspek yang dapat mengancam kedaulatan dan keutuhan wilayah negara," katanya.
Ia mengatakan, aspek ancaman yang tertuang dalam Buku Putih Pertahanan Tahun 2008 yang diterbitkan Kementerian Pertahanan digolongkan dalam dua kategori, yakni ancaman militer dan nirmiliter.
Ancaman militer diartikan sebagai ancaman yang menggunakan kekuatan bersenjata dan terorganisasi yang dinilai mempunayi kemampuan membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah negara, dan keamanan segenap bangsa.
"Ancaman nirmiliter atau ancaman asimetris dapat berdimensi ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, teknologi, informasi, dan keselamatan umum," katanya.Berkaitan dengan hal itu, menurut dia, seminar tersebut diharapkan dapat melahirkan beragam ide kreatif dan inovatif untuk mengembangkan dan membangun sebuah onsep pertahanan negara kepulauan.
"Konsep pertahanan negara kepulauan sebagai buah karya anak bangsa itu diperlukan dalam menghadapi peperangan asimetris," kata Bambang.Panglima Komando Pertahanan Udara Nasional (Pangkohanudnas) Marsekal Muda TNI JFP Sitompul mengatakan, ancaman dari perang asimetris semakin serius.
"Kohanudnas dengan segala kemampuan yang ada siap menghadapi ancaman dari perang asimetris," kata Sitompul.(Dephan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.