Perompak
Somalia menjadi momok dunia, tapi pasukan TNI berhasil membebaskan
sandera tanpa korban di pihak TNI maupun sandera. Bagaimana operasi pembebasan sandera itu? Untuk itu, Redaksi Jalasena mewawancarai
Laksamana Pertama TNI A.Taufiqurrahman.
Kesaksian Laksamana Pertama TNI A. Taufiqurrahman
Aneka
komentar dan kontroversi tentang penyanderaan Kapal Sinar Kudus dengan
20 orang ABK dan Kapten Kapalnya di media massa tidak sempat diikuti
oleh Laksamana Pertama A. Taufiqurrahman yang akrab disapa Laksma
Taufiq, lulusan Akademi Angkatan Laut (AAL) tahun 1985. “Dalam dua belas
jam setelah pengangangkatannya di pagi hari sebagai Komandan Gugus
Tempur Laut Armada Barat (Guspurlabar), saya sudah harus berangkat
tugas,” kenangnya. Semula Laksma Taufiq adalah Komandan Komando Latihan
(Kolat) Armada Timur. Ia mengaku belum sempat memasuki ruangan kantor
barunya, karena keburu berangkat tugas berlayar.
Taufiq bertugas memimpin pasukan pertama yang dikirim ke Somalia. Pasukan ini diangkut oleh dua kapal perang jenis fregat yaitu KRI Yos Sudarso dan KRI Abdul Halim Perdanakusumah. Kedua KRI juga dilengkapi dengan 1 helikopter dan boat Sea-Rider. Pasukan itu menjadi bagian dari Satgas Merah Putih yang terdiri dari 480 personel. Pasukan ini terdiri dari anak buah kapal, personel Komando Pasukan Katak (Kopaska) Angkatan Laut, Detasemen Jala Mangkara, Sat-81/Kopassus, dan Unit Intai Amfibi Marinir.
Pasukan kedua adalah satgas pasukan kekuatan pendukung yang dipimpin oleh Mayor Jenderal (Marinir) Alfan Baharudin. Pasukan ini menyusul dengan kapal jenis LPD, KRI Banjarmasin. Kapal diawaki oleh 488 personel terdiri dari Kopaska Angkatan Laut, Pasukan Intai Amphibi Marinir, Kopassus Angkatan darat, pasukan Ray Hoowitzer, Kopassus dan Unit Ton Tai Pur Kostrad. KRI Banjarmasin juga dipersenjatai dengan 1 heli NP-412, 7 boat Sea-Rider, 5 tank BMP3F, 4 unit Howitzer dan 18 perahu karet. Pasukan pendukung terakhir adalah satgas intel gabungan yang terdiri dari 15 personel intelijen TNI dan personel Badan Intelijen Negara (BIN). Total pasukan 999 personel. Panglima mengatakan operasi ini direncanakan dalam waktu yang sangat singkat dengan beberapa kendala, seperti tujuan operasi yang jauh dan posisi pangkalan terdekat berada di negara lain.
Taufiq bertugas memimpin pasukan pertama yang dikirim ke Somalia. Pasukan ini diangkut oleh dua kapal perang jenis fregat yaitu KRI Yos Sudarso dan KRI Abdul Halim Perdanakusumah. Kedua KRI juga dilengkapi dengan 1 helikopter dan boat Sea-Rider. Pasukan itu menjadi bagian dari Satgas Merah Putih yang terdiri dari 480 personel. Pasukan ini terdiri dari anak buah kapal, personel Komando Pasukan Katak (Kopaska) Angkatan Laut, Detasemen Jala Mangkara, Sat-81/Kopassus, dan Unit Intai Amfibi Marinir.
Pasukan kedua adalah satgas pasukan kekuatan pendukung yang dipimpin oleh Mayor Jenderal (Marinir) Alfan Baharudin. Pasukan ini menyusul dengan kapal jenis LPD, KRI Banjarmasin. Kapal diawaki oleh 488 personel terdiri dari Kopaska Angkatan Laut, Pasukan Intai Amphibi Marinir, Kopassus Angkatan darat, pasukan Ray Hoowitzer, Kopassus dan Unit Ton Tai Pur Kostrad. KRI Banjarmasin juga dipersenjatai dengan 1 heli NP-412, 7 boat Sea-Rider, 5 tank BMP3F, 4 unit Howitzer dan 18 perahu karet. Pasukan pendukung terakhir adalah satgas intel gabungan yang terdiri dari 15 personel intelijen TNI dan personel Badan Intelijen Negara (BIN). Total pasukan 999 personel. Panglima mengatakan operasi ini direncanakan dalam waktu yang sangat singkat dengan beberapa kendala, seperti tujuan operasi yang jauh dan posisi pangkalan terdekat berada di negara lain.
Sinar Kudus Korban Pembajakan
Mayjen TNI (Mar) M. Alfan Baharudin Komandan Satgas Merah Putih |
Malang bagi kapal itu di Teluk Aden di wilayah perairan Somalia terdapat 28 kapal yang disandera dengan 600 orang sandera di dalamnya. Mereka sudah berbulan-bulan tersandera menunggu pembebasan. Somalia telah kehilangan pemerintah yang stabil dan dicabik oleh perang saudara sejak tergulingnya Presiden Mohamed Said Barre pada 1991. Di sebuah negara yang kekurangan sekali kesempatan kerja, perompakan dapat menciptakan “lapangan pekerjaan” dengan gaji bulanan yang besar. Tidak mengherankan bila masalah pembebasan sandera bukan masalah sederhana. Operasi penyelamatan yang dilakukan harus tetap mengindahkan kedaulatan negara Somalia. Pembebasan sandera selalu menghindari collateral damage yaitu jatuhnya korban yang tidak dikehendaki atau akibat-akibat besar yang tidak diharapkan.
Sebagai prajurit TNI AL, Taufiq kemudian menyusun Rencana operasi untuk melaksanakan tugas memimpin pasukan pertama itu dengan sukses. Sebagai pribadi, ia harus menjamin bahwa keselamatan sandera tetap menjadi prioritas utama dan perintah tugas kepada prajurit di bawahnya merupakan perintah maut, karena dekat sekali dengan ancaman kematian sehingga penugasan ini bagaimana pun sempat memerlukan pertimbangan yang cermat dan cerdas. Tetapi, bagi Taufiq operasi seperti ini bukan yang pertama. Meskipun dalam skala yang lebih kecil, operasi pembebasan pernah dilakukannya.
Pengalaman Taufiq pada tahun 2004 memberi keyakinan itu. Ketika itu kapal tanker Indonesia dibajak oleh salah satu kekuatan separatis Indonesia di Selat Malaka. Bukan kebetulan, sebelumnya Taufiq menempa anak buahnya untuk berlatih menghadapi ancaman intensitas rendah yang harus dihadapi dengan kemampuan perseorangan. Tentu saja banyak komentar dari rekan-rekannya, bahwa ia mengada-ada, karena membuat latihan-latihan itu. Tetapi, kenyataan di lapangan tugas memang berbeda. Ancaman itu datang. Ketika bantuan yang ia minta, tidak kunjung datang, maka pembebasan harus dilakukannya bersama anak buahnya. Pembebasan kapal tanker itu mampu dilaksanakan bersama anak buahnya. Konflik fisik dengan para penyandera dalam jarak dekat pun terjadi dengan sengit. Semua perompak tewas dan beberapa di antaranya tertembak hanya pada jarak 1,5 meter.
Operasi Pembebasan
(Foto Dok. Guspurlabar) |
Kekuatan yang sudah tergelar mempunyai unique challenge, diantaranya operasi-operasi di pantai-pantai yang menjadi basis perompakan tidak dapat dilakukan, karena menghindari dikorbankannya dua jenis nyawa manusia, yaitu nyawa korban dan penduduk sipil. Taufiq pertama-tama membuat kalkulasi bagaimana karakter orang-orang Somalia itu? Imbangan daya tempur seperti apa yang harus dibangun? “Orang Somalia memiliki rasa nasionalisme yang tinggi, sehingga bila rasa nasionalisme mereka tersinggung, bagi mereka tidak ada rasa takut sedikit pun untuk melakukan apa saja, termasuk bertempur mati-matian,” tegas Taufiq. Para perompak itu diperkirakan didukung oleh 70 persen penduduk pantai sehingga menyulitkan operasi pembebasan. Sandera selalu dijadikan perisai hidup. Pernah terjadi, kata Taufiq, kapal India yang mendekat untuk membebaskan sandera. Buru-buru nakhoda kapal mendapat tondongan senjata sehingga lewat pengeras suara nahkoda kapal dipaksa meminta tentara yang mau menyelamatkan itu untuk menjauh. Tentu saja, tentara yang mau membebaskan itu kemudian mengurungkan niatnya agar sandera tidak menjadi korban.
Drama Pembebasan
Melaksanakan patroli dan pengamatan perairan Somalia dari udara |
Taufiq merasa percaya diri, karena operasi ini didukung oleh pasukan elit TNI, seperti dari Den Jaka, Sat-81/Gultor, Batalyon Inti Amphibi, Kopaska, 4 Sea Riders, dan 2 Frigate. Pada saat mendekat ke Perairan Somalia dilaksanakan pengamatan permukaan dan udara yang dimulai dengan jarak 400 mil, hingga jarak 20 mil dengan terus mengikuti perkembangan komunikasi radio dengan satuan-satuan lain dari mancanegara yang beroperasi di perairan itu disertai sejumlah pengintaian ke kapal. Karena, kapal yang disandera banyak, tidak mudah menemukan Sinar Kudus.
Pengintaian dan pengamatan dilakukan dengan cermat dan terus menerus. Sesuai dengan arahan arahan Presiden, operasi penyelamatan baru bisa dilaksanakan bila tingkat keberhasilan dapat dicapai minimal 70 persen. “Padahal menurut saya baru 50 -50 persen”, kenang Taufiq. Sebabnya, meskipun kapal Sinar Kudus sudah ditemukan, tetapi pasukan penyelamat belum tahu dimana sandera berada? Kapal masih merapat di garis pantai sehingga bila operasi dijalankan akan menimbulkan masalah hukum tersendiri.
Sambil
menunggu moment yang “opportuned” maka kapal bertolak ke Oman untuk
membangun Staging Base, baik untuk logistik maupun bahan bakar yang
dapat dianggap sebagai Pangkalan Aju. Atase Pertahanan di kota Riyad –
kebetulan namanya Ahmad Riyad bertugas untuk mengatur segala kelengkapan
pangkalan itu, seperti logistik maupun penyediaan tenaga medis. Baru
dua hari di kota itu, ada perintah dari Mabes TNI untuk “membebaskan
sandera sekarang!” Dalam operasi militer tugas prajurit adalah
membebaskan sandera, jadi tidak tunduk pada tuntutan perompak untuk
membayar uang tebusan. Tetapi Sinar Kudus adalah kapal niaga. Rupanya PT
Samudera Indonesia, melakukan negosiasi untuk pembebasan sandera. Salah
satu anggota pembajak pernah menyatakan kepada Reuters mereka telah
membebaskan Sinar Kudus setelah menerima pembayaran uang tebusan US$ 3
juta. Menurut pembajak, seperti dikutip kantor berita itu, mereka sedang
meninggalkan kapal dan sedang mempersiapkan pelayaran lain. Ketika
berita pembebasan itu dikonfirmasi ternyata masih para awak perompak di
atas kapal, sehingga ABK belum bisa dikatakan bebas. Di samping itu,
tidak ada jaminan bahwa setelah dibebaskan, kapal tidak disandera lagi
oleh kelompok perompak yang lain.
Ditunda
Mengamati situasi perairan Somalia |
Ada kekhawatiran saat kapal sudah dibebaskan akan dibajak lagi. “Perlu diketahui paling tidak ada 4 kelompok perompak di Somalia. Tiga kelompok setuju pembebasan, dan satu kelompok menolak,” kenang Taufiq. Oleh karena itu, seiring dengan usaha lain yang dilakukan oleh pemilik Sinar Kudus, sudah saatnya operasi dijalankan. Rencananya kapal akan dibebaskan jam 14.00. KRI Yos dan KRI AHP siap memantau perkembangan. Saat itu di samping kapal-kapal Indonesia ada kapal Amerika USS Brain Birds dan satu Frigate dari Italia. Ketika helikopter pengintai diterbangkan mendekati pembajak, dapat diketahui bahwa di antara pembajak di dalam kapal belum ada kesepakatan.
Setelah ditunggu-tunggu pembebasan tidak terjadi dari jam 15.00 waktu setempat sampai jam 17.00, sampai jam 20.00. Taufiq makin yakin bahwa pembebasan harus dijalankan antara pukul 1 sampai 2 dini hari.
Ternyata kapal melakukan lego jangkar untuk mendekati pantai Somalia dalam jarak 3 mil dari pantai. “Dari para pembajak itu rupanya ada orang angkatan lautnya sehingga tahu hukum internasional untuk meredam upaya pembebasan”, kenang Taufiq. Oleh karena itu, Taufiq memutuskan untuk mencegat kapal itu di kota Eyl yang berjarak 10 mil arah Utara perairan Somalia. Dari jarak 3 mil Helikopter disiapkan dengan dilengkapi General Purpose Machine Gun (GPNG) di sebelah kanan dan di sebalah kiri disiapkan para sniper (penembak jitu) menuju ke Sinar Kudus. Pada jarak aman pasukan turun dan 3 perompak tertembak yang salah satunya memakai kaos milik Mualim Kapal Sinar Kudus. Dua di antaranya bernama Farah dan Abdulkadir yang dikenal paling galak. Semula perompak itu akan ditangkap, tetapi ternyata mereka melawan dengan menembaki heli. “Mereka menembak Komandan!” lapor anggota pasukan. Taufiq pun memerintah, “Sapu!” Semua perompak dapat ditewaskan. Kapal Sinar Kudus dapat diselamatkan. Di salah satu media ditulis, kesakisan salah satu satu ABK Sinar Kudus, “Saya tugasnya di kamar mesin, jadi tidak tahu pasti. Tapi sempat melihat tiga perompak yang sebelumnya menembak helikopter TNI AL, ditembak mati.” “Terima kasih. Kalau Bapak tidak sabar kami mati semua!” tagas para ABK. Sinar Kudus melaju ke wilayah aman. Drama penyanderaan Sinar Kudus selama 61 hari berakhir.
Mogok
Dua Searider bermanuver untuk menjajaki situasi menjelang aksi pembebasan KM Sinar Kudus |
Ketika kapal berada 100 mil dari Oman ada teriakan tanda bahaya dari kapal Uni Emirat Arab yang disergap kapal-kapal pembajak. Oleh karena itu, KRI Yos Sudarso berputar arah untuk menghalau para perompak itu. Tembak - menembak terjadi di kegelapan lautan. Tidak bisa dikonfirmasi berapa pembajak yang tewas sebelum mereka melarikan diri. Bagi para pembajak, mati dan hidup rupanya “tidak menjadi masalah serius”. Taufiq menyaksikan, perompak yang tewas langsung dibuang ke laut oleh teman-temannya. “Nyawa orang kok dianggap enteng saja,” tegas Taufiq yang mengaku melakukan sholat untuk para perompak yang tewas. Setelah kapal itu aman, barulah KRI Yos kembali mengawal Sinar Kudus. Komandan pasukan NATO di wilayah itu menyatakan pujian kepada Taufiq, “You do make different!”
Karunia
KRI Yos Sudarso dan KRI Abdul Halim Perdanakusumah mengawal Sinar Kudus setelah dibebaskan |
Kuncinya, menurut Laksma Taufik adalah menemukan momentum yang tepat, “Kalau terlalu cepat membahayakan pasukan, kalau terlalu lambat membahayakan para sandera.” Selama ini pembebasan sandera berhenti di tingkat perundingan dan memenuhi tuntutan pembajak. Sesuatu yang tidak memuaskan di kalangan prajurit manapun di dunia, karena mereka yakin bahwa cara militer akan bisa mengatasi persoalan perompak Somalia. Karena bagi prajurit, seperti dikatakan Laksma Taufik, “Tugas tentara adalah perang dan menang.” Dan pembebasan para sandera dari perompak Somalia yang dilakukan pasukan TNI membuktikan itu tanpa satu nyawa pun yang menjadi korban di pihak TNI maupun sandera. Bravo Laksma Taufik. Jalesveva Jayamahe! (Redaksi Jalasena)
♣ Jalasena, Edisi No. 02 Juni Th.I 2011 ♣
Saya percaya kepada TNI dan ABRI pasti anda semua bisa melakukannya.. Semoga tentara Indonesia bisa menjadi lebih baik didunia.... Terima kasih kepada TNI dan ABRI sudah menjaga negeri IBU PERTIWI ini... MEREDEKA MERDEKA MERDEKA......
BalasHapusBravo TNI tetap semangat kedepan untuk membela rakyat negri ini.
BalasHapusKita smua hrs bangga dgn TNI.....jgnlah malah di caci.
BalasHapus