Ilustrasi Parasut GPS (Armedforces) |
Menurut dia, di Indonesia hanya ada dua pabrik yang khusus memproduksi parasut. Pertama di Katapang Kabupaten Bandung dan satu lagi di Tulungagung, Jawa Timur. Dari kualitas dan kapasitas kekuatan produksinya, Menhan merasa optimistis.
"Indonesia bisa menjadi salah satu produsen alat-alat militer. Apalagi kebutuhan parasut untuk militer dalam negeri bisa dipenuhi oleh kedua produsen tersebut," ujarnya.
"Kami berniat mempromosikan peralatan militer yang diproduksi di Indonesia. Seperti parasut ini, paling tidak bisa dipromosikan kepada negara-negara di Asia," kata Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro, yang datang bersama rombongan Komite Kebijakan Industri Pertahan (KKIP) usai menghadiri hari kebangkitan teknologi di Gedung Merdeka Bandung pada Kamis (30/8) pagi.
Dalam kunjungan tersebut, Menhan sangat tertarik melihat para karyawan yang rata-rata tenaga ahli dibidangnya itu bekerja di pabrik parasut tersebut.
Terlebih, di pabrik tersebut, kini tengah mengembangkan parasut tanpa awak yang hanya dikendalikan menggunakan GPS. Parasut tanpa awak ini, diperuntukan sebagai alat angkut amunisi, cadangan makanan. Parasut tanpa awak ini memikiki kapasitas angkut hingga 250 kilogram.
"Dalam kebangkitan teknologi Nasional ini, saya berharap dan memiliki keyakinan, bahwa industri pertahanan Indonesia juga bisa lebih maju dan berkembang. Sehingga, selain bisa di ekspor juga dapat mengurangi ketergantungan kita terhadap produk alat pertahanan dari luar negeri,"katanya. (CA-08/A-88)***(Pikiran Rakyat)
Parasut Katapang Bakal Melanglang Buana
SECARA saksama dan perlahan, seorang perempuan memegang kain panjang
berwarna kehijauan di atas meja. Kain itu dihunjami jarum mesin jahit,
yang gerakannya diatur dua kaki perempuan berambut panjang tersebut. Ia
mengaku, dalam satu hari, ia bisa menyelesaikan jahitan tiga sampai lima
kain panjang yang terbuat dari parasut itu.
Bukan sembarang kain
parasut. Namun, parasut ini merupakan parasut yang biasa digunakan para
penerjun, khususnya kalangan tentara nasional Indonesia, baik angkatan
darat, angkatan udara, maupun angkatan laut. Hanya ada dua pabrik
parasut di Indonesia, yaitu di Kabupaten Bandung dan Tulungagung.
Kamis (30/8/2012) siang, Menteri Pertahanan RI, Purnomo Yusgiantoro, meninjau pabrik parasut PT Langit Biru Parasut di Kecamatan Katapang, Kabupaten Bandung. Pabrik ini baru beroperasi sekitar dua tahun. Tidak seperti pabrik-pabrik kain lainnya, pabrik parasut ini tampak bersih baik di luar maupun di dalam ruangan. Bahkan di dalam, hamparan karpet biru melindungi kaki dari debu lantai.
Purnomo mengatakan, dalam rangka Hari Kebangkitan Teknologi Nasional, pihaknya juga menyerahkan cetak biru industri pertahanan Indonesia. Tidak hanya peralatan utama sistem pertahanan (alutsista), tetapi juga alat-alat di luar alutsista.
"Saya juga ingin langsung melihat industri pertahanan, di antaranya PT Langit Biru. Ini termasuk industri pertahanan dan saya juga mengajak Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP)," katanya seusai keliling melihat produk PT Langit Biru Parasut.
Menurut dia, perayaan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional ini begitu tepat dilakukan di Bandung. Di kota ini banyak industri alutsista dan nonalutsista, seperti PT Pindad, PT Dirgantara Indonesia (DI), dan PT Langit Biru Parasut.
Selain melakukan perayaan, Menhan juga ingin melihat standar kualitas produk industri tersebut. "Nanti kalau sudah mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri, pemerintah akan mendukung dan mendorong dilakukannya ekspor produk-produk ini. Sekarang untuk alutsista kan sudah ada yang diekspor, seperti ke Timor Leste dan Filipina. Kami dorong ekspor industri pertahanan," ujarnya.
Untuk produk parasut sendiri saat ini sudah dilakukan penjajakan ekspor, terutama di Asia Tenggara. Setelah mencakup Asia, pasar baru akan diperluas dengan ekspansi ke seluruh dunia. Ekspor ini rencananya baru akan dilakukan setelah peluncuran dan sertifikasi pameran-pameran produk industri pertahanan di dunia.
"Pada November nanti ada Indonesia Defense. Ini ajang untuk memperkenalkan produk industri pertahanan Indonesia, baik itu yang alutsista maupun yang nonalutsista. Ini juga sekaligus wadah untuk promosi. Untuk parasut, kualitasnya sudah bagus. Pada tahap pertama anggaran tahun ini sudah digunakan 216 unit," kata Purnomo.
Industri pertahanan bukan sekadar pemikiran untuk menciptakan senjata atau peralatan militer mutakhir. Namun pada prinsipnya, industri pertahanan mendukung perekonomian nasional karena membuka lapangan pekerjaan dan menciptakan produk yang bisa bersaing dengan negara lain.
Asisten Perencanaan Kasad, Mayor Jendral TNI Dicky W Usman, mengatakan, pihaknya sedang melakukan riset untuk mencari bahan parasut antiinframerah. Bahan itu diperlukan agar tidak bisa dimonitor dari luar atau radar musuh dan ditembus cahaya inframerah. "Mudah-mudahan litbang kami punya yang terbaik," katanya.(*)(Tribunnews)
Kamis (30/8/2012) siang, Menteri Pertahanan RI, Purnomo Yusgiantoro, meninjau pabrik parasut PT Langit Biru Parasut di Kecamatan Katapang, Kabupaten Bandung. Pabrik ini baru beroperasi sekitar dua tahun. Tidak seperti pabrik-pabrik kain lainnya, pabrik parasut ini tampak bersih baik di luar maupun di dalam ruangan. Bahkan di dalam, hamparan karpet biru melindungi kaki dari debu lantai.
Purnomo mengatakan, dalam rangka Hari Kebangkitan Teknologi Nasional, pihaknya juga menyerahkan cetak biru industri pertahanan Indonesia. Tidak hanya peralatan utama sistem pertahanan (alutsista), tetapi juga alat-alat di luar alutsista.
"Saya juga ingin langsung melihat industri pertahanan, di antaranya PT Langit Biru. Ini termasuk industri pertahanan dan saya juga mengajak Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP)," katanya seusai keliling melihat produk PT Langit Biru Parasut.
Menurut dia, perayaan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional ini begitu tepat dilakukan di Bandung. Di kota ini banyak industri alutsista dan nonalutsista, seperti PT Pindad, PT Dirgantara Indonesia (DI), dan PT Langit Biru Parasut.
Selain melakukan perayaan, Menhan juga ingin melihat standar kualitas produk industri tersebut. "Nanti kalau sudah mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri, pemerintah akan mendukung dan mendorong dilakukannya ekspor produk-produk ini. Sekarang untuk alutsista kan sudah ada yang diekspor, seperti ke Timor Leste dan Filipina. Kami dorong ekspor industri pertahanan," ujarnya.
Untuk produk parasut sendiri saat ini sudah dilakukan penjajakan ekspor, terutama di Asia Tenggara. Setelah mencakup Asia, pasar baru akan diperluas dengan ekspansi ke seluruh dunia. Ekspor ini rencananya baru akan dilakukan setelah peluncuran dan sertifikasi pameran-pameran produk industri pertahanan di dunia.
"Pada November nanti ada Indonesia Defense. Ini ajang untuk memperkenalkan produk industri pertahanan Indonesia, baik itu yang alutsista maupun yang nonalutsista. Ini juga sekaligus wadah untuk promosi. Untuk parasut, kualitasnya sudah bagus. Pada tahap pertama anggaran tahun ini sudah digunakan 216 unit," kata Purnomo.
Industri pertahanan bukan sekadar pemikiran untuk menciptakan senjata atau peralatan militer mutakhir. Namun pada prinsipnya, industri pertahanan mendukung perekonomian nasional karena membuka lapangan pekerjaan dan menciptakan produk yang bisa bersaing dengan negara lain.
Asisten Perencanaan Kasad, Mayor Jendral TNI Dicky W Usman, mengatakan, pihaknya sedang melakukan riset untuk mencari bahan parasut antiinframerah. Bahan itu diperlukan agar tidak bisa dimonitor dari luar atau radar musuh dan ditembus cahaya inframerah. "Mudah-mudahan litbang kami punya yang terbaik," katanya.(*)(Tribunnews)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.