Video Super Tucano :
Jakarta, Sabtu (01/09) sekitar pukul 11.50 WIB, empat unit pesawat tempur taktis Super Tucano yang baru dibeli dari Brasil mendarat di Lanud Halim Perdana Kusuma, Jakarta. Kadatangan pesawat diterima Wakil Kepala Staf TNI AU Marsda Dede Rusamsi. (TvOne)
Foto Super Tucano TNI AU:
Batch kedua EMB-314 Super Tucano tiba awal tahun depan
Jakarta - Pengganti OV-10F Bronco telah tiba, yaitu empat Embraer EMB-314 Super Tucano,
yang baru saja mendarat dari penerbangan feri di Pangkalan Udara Utama
Halim Perdanakusuma, Jakarta, Sabtu siang. Secara keseluruhan 16 pesawat
turboprop multi fungsi itu dibeli Indonesia dari Brazil; empat lagi akan tiba dalam batch kedua pada awal tahun depan; dan batch terakhir pada pertengahan tahun itu juga.
"Pada Januari 2013 akan datang kembali empat unit Super Tucano.
Pesawat ini akan terus berdatangan ke Indonesia hingga mencapai 16 unit
atau satu skadron," kata Wakil Kepala Staf TNI AU, Marsekal Madya TNI
Dede Rusamsi, Sabtu siang. Dia menyaksikan sendiri pendaratan secara
berturutan keempat Super Tucano versi kursi ganda itu, yang diterbangkan
delapan pilot pabrikan Embraer, dari pabriknya di Sao Jose dos Campos.
Bukan dia sendiri yang menyaksikan dan menyambut tim penerbang uji Empresa Braziliera de Aeronautica
(Embraer) yang dipimpin Carlos A Vieira itu, puluhan pejabat TNI AU
juga selain mendekati 100 jurnalis Tanah Air. Penerbangan feri dari Sao
Jose dos Campos ke Jakarta ditempuh dalam 12 hari penerbangan
menyinggahi 12 negara dan belasan kota. Tidak ada hambatan apapun dalam
penerbangan feri itu dan sebelum Jakarta, mereka menyinggahi Bandara
Suwondo, Medan.
Secara
organisasi, skuadron Super Tucano itu ditempatkan di Skuadron Udara 21
di Pangkalan Udara Utama TNI AU Abdurrahman Saleh, Malang. Skuadron
udara ini sejak dulu memang dikenal sebagai "rumah"-nya skuadron intai
dan pemburu sergap musuh di darat selain patroli dan keperluan lain.
Satu tipe pesawat tempur yang sangat terkenal dari skuadron itu adalah OV-10F Bronco
yang telah dipensiunkan sejak 2007 dan kebanyakan bekas-bekas pesawat
tempur buatan Rockwell, Amerika Serikat, itu dijadikan monumen dengan
keadaan sekedarnya.
Super Tucano hadir
dikelir kelabu perpaduan pegunungan dan wilayah maritim Indonesia
secara umum dengan hiasan taring hiu di bibir merah darah rancangan
mantan panglima Komando Pertahanan Udara Nasional, almarhum Marsekal
Muda TNI Faustinus Djoko Poerwoko. Nomor registrasinya juga masih
memakai registrasi Brazil walau logo bendera Merah-Putih ada di kemudi
tegaknya.
Rusamsi
menyatakan, arsenal baru TNI AU itu juga efektif sebagai anti perang
gerilya karena kecepatannya pas dan bisa dilengkapi berbagai jenis
persenjataan ringan hingga berat.
Yang
penting juga, katanya, TNI AU telah mengganggarkan dana untuk
kesenjataan pesawat tempur taktis multifungsi itu. Jajaran persenjataan
telah dibuktikan banyak negara cocok untuk dipasang di lima hard point atau pod
persenjataannya, mulai dari senapan mesin berat kaliber 12,7 milimeter,
bom konvensional Mk-81 dan Mk-82, peluru kendali udara-ke-udara jarak
pendek AIM-9 Sidewinder, hingga peluru kendali Piranha.
Karena ini terbang feri untuk pengantaran pesawat terbang baru, kata Rusamsi, persenjataan Super Tucano tidak dipasang. Saat mendarat, kesemua pod
senjatanya memang kosong, dan tiga di antaranya diganti sementara
dengan tangki eksternal untuk memperpanjang jarak tempuhnya dari semula
1.600 kilometer menjadi sekitar 2.500 kilometer dalam kecepatan jelajah
500 kilometer perjam.
Harap diingat, tanpa persenjataan yang menggetarkan dan seharusnya, Super Tucano tidak akan berfungsi maksimal sebagai penjaga kedaulatan Indonesia di udara ataupun darat.
Walaupun
teknologi yang dibenamkan Embraer di dalam tubuhnya sekelas dengan
PC-21 buatan Pilatus, Swiss, yang harganya jauh lebih mahal dari dia.
Disebut-sebut, harga 16 unit Super Tucano itu sekitar 143 juta dolar Amerika Serikat, yang dibayarkan melalui fasilitas kredit ekspor. (*)(Antara)
Indonesia Beli 16 Super Tucano Senilai Rp 2,7 Triliun
Empat pesawat tempur yang dipesan TNI AU dari Embraer tiba di Halim.
Empat
pesawat tempur Super Tucano yang dibeli TNI Angkatan Udara dari
perusahaan Embraer, Brasil, tiba di Pangkalan Udara Halim
Perdanakusumah, Jakarta, Sabtu 1 September 2012. Indonesia memesan 16
pesawat atau satu skuadron.
"Ini adalah pesawat yang
kedatangannya kami tunggu sejak lama," ujar Wakil Kepala Staf Angkatan
Udara, Marsekal Madya Dede Nursamsi di Jakarta, Sabtu 1 September 2012.
Menurut
Dede, 16 pesawat tempur ini nantinya akan ditempatkan di Lanud
Abdulrahman Saleh, Malang, Jawa Timur. Pesawat-pesawat ini akan
menggantikan tugas pesawat 0V-10 Bronco.
Dede mengatakan, untuk
membeli satu paket yang terdiri dari delapan pesawat Super Tucano,
Indonesia harus merogoh kocek sebesar US$ 143 juta (sekitar Rp 1,36
triliun). "Kami pesan dua paket yang berarti berjumlah 16 pesawat," kata
Dede.
Dia menambahkan, keempat pesawat yang tiba di tanah air
hari ini diterbangkan dari Brasil menuju Indonesia oleh awak dari
Embraer. Pesawat itu berangkat pada tanggal 20 Agustus 2012.
Keempat
Super Tucano juga singgah 14 kali di sejumlah negara. Selama perjalanan
itu, pesawat-pesawat ini melintasi 12 negara, seperti Brasil, Spanyol,
Maroko, Italia, Yunani, Mesir, Qatar, Thailand, kemudian tiba di Halim
dan akan berakhir di Malang.
"Total jam terbang dari Brasil hingga nanti menuju Malang sekitar 54 jam 35 menit selama kurun 14 hari penerbangan," ujarnya.(Vivanews)
TNI-AU Sudah Siapkan Pilot Untuk Super Tucano
Empat pesawat ini merupakan pengiriman pertama, dari total 16 unit pesawat yang dipesan
Wakil Kepala Staf TNI AU Marsekal Madya Dede Rusamsi mengatakan, TNI AU telah mempersiapkan jumlah penerbang yang cukup, untuk mengawaki satu skuadron pesawat tempur taktis Super Tucano EMB 314 yang akan dimiliki TNI AU.
Hal ini dikatakannya saat upacara penyambutan kedatangan empat pesawat Super Tucano di Lanud Halim Perdanakusuma pada hari Sabtu (1/9).
Pesawat tiba di Indonesia, setelah menjalani penerbangan selama dua minggu dari lokasi pabriknya Empresa Braziliera de Aeronautica (Embraer), di San Jose dos Campos, Brazil.
Empat pesawat ini merupakan pengiriman pertama, dari total 16 unit pesawat yang dipesan oleh TNI AU, untuk menggantikan pesawat OV 10 Bronco di Skuadron 21 Lanud Abdurrahman Saleh, Malang, Jawa Timur.
“Sebagian dari penerbangnya adalah mantan penerbang Bronco, namun kami juga melatih penerbang-penerbang baru,” ujar Dede.
TNI AU telah mengirim empat personilnya untuk berlatih, sebagai penerbang pesawat tempur taktis ini dan dari pelatihan itu, mereka juga sudah memenuhi kualifikasi sebagai pelatih.
Dengan kekuatan satu skuadron yang terdiri dari 16 pesawat, TNI AU harus menyiapkan 24 pilot untuk awak pesawat jenis ini.
Salah satu penerbang Embraer yang ikut menerbangkan pesawat ini, Kapten William Souza mengatakan, dari delapan penerbang Embraer yang turut dalam pengiriman pesawat ini, tiga di antaranya akan tinggal di Malang hingga akhir tahun.
“Kami akan melatih pilot-pilot angkatan udara Indonesia,” ujar William.
Dede juga mengatakan bahwa TNI AU akan memastikan adanya alih teknologi, dalam pemeliharaan terkait pembelian pesawat ini.
Komponen alih teknologi merupakan salah satu ketetapan, dalam setiap kontrak pengadaan alat utama sistem pertahanan militer Indonesia, dari produsen luar negeri, dalam rangka membangun kemandirian industri pertahanan Indonesia.
“Sudah ada personil yang dilatih sehingga nanti perawatan pesawat bisa dilakukan sendiri,” ujar Dede.
Empat pesawat ini singgah satu hari di Jakarta setelah sebelumnya singgah di Lanud Suwondo, Medan, Sumatra Utara.
Mereka akan meneruskan perjalanan pada hari Minggu, menuju tujuan akhirnya yaitu Lanud Abdurrahman Saleh di Malang, yang akan menjadi pangkalan pesawat-pesawat Super Tucano ini.( Berita Satu)
Sumber Foto TNI AU, Audrey
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.